“New Normal untuk pemulihan ekonomi mestinya didahului dengan pemulihan jiwa yang pernah terintimidasi akibat Covid-19. Hampir semua orang mengalami kekacauan batin, keresahan hati, ketakutan dan kepanikan yang dialami selama pandemi. Maka, kondisi jiwa tersebut harus dipulihkan dengan cara bekerja sama”
Yasintus E. Darman
DELEGASI.COM – Tidak sedikit yang menyenter, tidak sedikit pula yang menyorot. Karena, Covid-19 ini bukan lagi hal baru atau pembicaraan baru bagi kita. Covid-19 tersebut, diangkat menjadi tema yang membanjiri ruang publik hari ini. Hampir seluruh Dunia mengangkat sekaligus menjadikan Covid-19 sebagai lahan diskursus. Begitu banyak spekulasi yang hadir di tengah proses diskursus tersebut.
Selain hal di atas, Isu covid-19 ini kemudian, diketahui oleh hampir semua kalangan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sebagai akibat dari proses penyebaran informasi yang tiada sekatnya lagi. Media berperan aktif di sana. Sehingga, informasi mampu menembus dimensi ruang dan waktu. Jadinya, hari-hari kita selalu berada dalam hiruk pikuk penanganan wabah Covid-19 yang katanya berbahaya itu. Karena berbahaya, maka semua Masyarakat berada dalam lilitan kecemasan, ketakutan serta kepanikan yang luar biasa. Yang paling sadis efeknya ialah adanya Fobia sosial, mulai dari takut bersalaman, takut menatap sampai pada takut sesama Manusia.
Semua reaksi jiwa yang muncul pada seluruh Masyarakat berpengaruh besar terhadap Kebijakan yang diambil oleh pihak Pemerintah. Salah satu Kebijakan itu ialah Kebijakan New Normal. Harapan besar Pemerintah dalam Kebijakan ini ialah mampu memulihkan kembali keadaan Ekonomi Negara yang sudah mengalami kemerosotan.
Kebijakan Dan Pemahaman Praktek Politik Dalam Pertarungan Ekonomi Global
New Normal merupakan satu Kebijakan baru di tengah covid-19. Dengan motif yang cukup kuat dan urgen maka, New Normal perlu diwacanakan. Dirilis dari detikcom, Indonesia bersiap menghadapi era normal yang baru atau new Normal pada kondisi pandemi virus Corona (COVID-19). Hal tersebut diharapkan akan kembali menggerakan kegiatan perekonomian yang laju pertumbuhannya sempat terpuruk di kuartal l-2020, yaitu hanya 2,97% berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS).
Dirilis dari TEMPO.CO, Jakarta, Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, mengatakan kebijakan tentang hidup baru atau New Normal hidup berdamai dengan pandemi Covid-19, masih sebatas wacana dari pemerintah, Selasa, 26 Mei 2020.
Pemberitaan Media di atas mengindikasikan bahwa Kebijakan New Normal masih menjadi suatu rencana pada skala Nasional. Perencanaan itu dibuat sebagai respons terhadap Ekonomi Negara yang tengah tergerus.
Selain pada skala Nasional di atas, RakyatNtt menginformasikan, Kupang, RNC-New Normal akan mulai berlaku di NTT pada 15 Juni mendatang. Hal ini disepakati dalam rapat kordinasi Gubernur NTT bersama Bupati/Wali Kota via teleconference, Selasa (26/5/2020). Salah satu poin kesepakatan dalam rapat tersebut adalah aktifitas Pemerintah dan pembangunan kembali normal pada 15 juni mendatang.”tapi tentu ditegaskan bahwa semua harus melaksanakan protokol Kesehatan,” kata juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Provinsi NTT Marius Jelamu, dalam jumpa Pers di Gedung Sasando, Selasa (26/5/2020) siang.
Ini mau menunjukan bahwa Kebijakan New Normal pada skala Nasional di atas, ternyata didukung juga oleh Pemerintah NTT. Bagi saya, kebijakan tersebut harus diapresiasi. Sebab, kekuatan sebuah Negara ada pada kapasitas Ekonomi yang efektif. Bila, Ekonomi kita tengah terkuras, maka langkah yang tepat ialah memulihkan kembali Ekonomi Negara agar seluruh elemen tetap berjalan semestinya.
Selain itu, saya melihat bahwa Pemerintah sangat cerdas membaca pola dan strategi Politik dalam konteks pertarungan Ekonomi Dunia Hari ini. Sebab, fenomena Covid-19 jangan hanya dilihat dari kaca mata Kesehatan, tetapi juga harus dilihat dari sudut Politik, terutama dalam persaingan Ekonomi global. Kita harus jeli untuk melihat dan membaca kalau hari ini Dunia sedang berada dalam pertarungan Ekonomi, terutama Negara-Negara Super Power. Bacaan ini laik untuk diacungkan jempol sebab, itu bisa saja terjadi.
Ketika melihat berbagai opini yang disebarluaskan diberbagai Media, Banyak orang yang ternyata berfilsafat untuk melihat secara logis rasional tentang Covid-19 ini. Ada yang mengatakan covid-19 ini adalah perang ideologi, konspirasi baru dari pihak tertentu, serta praktek Imperialisme dan Neokolonialisme yang berwajah baru. Praktek tersebut pada dasarnya bertujuan untuk menjatuhkan Ekonomi Negara lain. Sehingga, tingkat ketergantungan makinlah besar terhadap pihak yang melakukan praktek kejahatan di atas. Semuanya itu, dapat diterima sebagai kebenaran yang mungkin sifatnya tentatif. Tetapi, perlu diingat bahwa pendapat itu kemudian bisa menjadi kebenaran yang ada di balik kemunculan Covid-19 tersebut. Gagasan tersebut mampu membaca sekaligus membongkar panggung belakang kemunculan Covid-19. Kita hari ini mustinya berpikir sejauh dan sedalam itu. Sebab, tidak ada yang mustahil bagi yang berkuasa hari ini.
Dengan melihat cara berpikir tersebut di atas, kita seharusnya bebas dan dinyatakan merdeka dari praktek manipulasi yang hanya berujung pada rendahnya produktifitas kita dan Negara.
Hemat saya, Kebijakan New Normal sangatlah penting dan tepat untuk diterapkan yang walaupun masih bersifat rencana. Mengingat, New Normal ketika dikorelasikan dengan berbagai ide yang ada di atas maka, kebijakan New Normal tersebut layak dan pantas untuk diterapkan. Tetapi, tetap meperhatikan satu hal yang harus dilakukan yaitu, mengikuti protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitas di tengah Covid-19.
Urgensi Imunitas Jiwa
Pemerintah memiliki mimpi besar di tengah Covid-19 yaitu, pemulihan Ekonomi Negara yang selama pandemi mengalami defisit. Di tengah Kebijakan New Normal, satu orientasi yang dibangun ialah memulihkan kembali Ekonomi yang kian mengalami defisit. Orientasi tersebut didukung dengan mengaktifkan kembali serangkaian kegiatan diberbagai elemen, baik Parawisata, Pertanian, Perkantoran dan lain sebagainya. Hal ini patut diapresiasi.
Pengaktifan berbagai aspek di atas, mestinya didahului dengan pemulihan jiwa yang pernah terintimidasi akibat Covid-19. Hampir semua orang mengalami kekacauan batin, keresahan hati, ketakutan dan kepanikan yang dialami selama pandemi. Maka, kondisi jiwa tersebut harus dipulihkan dengan cara bekerja sama antara Media dan Pemerintah, terutama Media Lokal untuk menginformasikan sejumlah isu yang sifatnya mampu mengeluarkan lilitan kecemasan dan ketakutan yang sudah beberapa bulan terinternalisasi dalam diri. Praktek itu menjadi rujukan yang tepat dalam pemulihan jiwa yang selama ini berada dalam genggaman ketakut dan kepanikan.
Satu yang harus kita pahami, ketika kita masih berada dalam ketakutan dan kepanikan kita tidak akan mengalami suatu peradaban.
Kebijakan New Normal harus berjalan beriringan dengan imunitas jiwa. Sebab, dengan cara ini, mampu mewujudkan harapan Pemerintah dalam meningkatkan Ekonomi Negara.
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi Universitas Nusa Cendana Kupang