VATICAN CITY, DELEGASI.COM – Sri Paus Fransiskus mengatakan pada Minggu (11/10/2020) bahwa kehidupan Carlo Acutis, memberikan kesaksian bagi para remaja bahwa kebahagiaan sejati ditemukan dengan mengutamakan Tuhan. Melansir Kantor Berita Catholic, Carlo Acutis adalah seorang remaja Italia kelahiran Inggris, penganut Katolik taat yang memiliki bakat dalam bidang pemrograman komputer. Acutis juga dilaporkan sering membantu orang miskin dan Vatikan mengklaim bahwa Acutis pernah menjadi “perantara dari surga” pada tahun 2013 untuk menyembuhkan seorang bocah lelaki Brasil yang menderita penyakit pankreas langka, seperti dilaporkan AFP.
Suka membantu orang miskin
Acutis adalah sosok religius sejak usia muda, meski ibunya mengatakan keluarganya jarang menghadiri gereja. Ketika dia tidak sedang menulis program komputer atau bermain sepak bola, Acutis dikenal di lingkungannya karena kebaikannya terhadap mereka yang hidup di pinggiran.
“Dengan tabungannya, dia membeli kantong tidur untuk para tunawisma dan di malam hari dia membawakan mereka minuman panas,” kata ibunya minggu ini, menurut kantor berita Catholic. “Dia mengatakan, lebih baik mengurangi satu pasang sepatu jika itu berarti bisa melakukan satu pekerjaan bagus lagi,” kata sang ibu. Dia juga menjadi sukarelawan di dapur umum di Milan. Uskup Assisi Domenico Sorrentino mengatakan bulan ini bahwa dapur umum untuk orang miskin akan dibuka untuk menghormati Acutis. “Ketika dia meninggal, gereja dipenuhi dengan orang-orang miskin. Semua orang bertanya-tanya apa yang mereka lakukan di sana. Nah, Carlo biasa membantu mereka secara diam-diam,” kata Nicola Gori, yang mewakili kasus beatifikasi Acutis. “Keluarga tahu soal itu, karena ibunya akan pergi bersamanya, yang baru berusia 15 tahun. Dia akan memberi mereka kantong tidur dan makanan, itulah sebabnya mereka ingin menghadiri pemakaman (Acutis),” tambahnya.
Santo pelindung internet
Melansir AFP, proses beatifikasi Carlo Acutis menjadikan dia memiliki gelar ” Santo Pelindung Internet” meskipun sebelumnya sudah ada satu, akademisi abad ke-7, Isidore de Seville. Paus mencatat Acutis sebagai remaja yang memberikan pengabdian besar pada Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi dan menjadi milenial pertama yang diberkati dengan gelar Beato pada 10 Oktober kemarin di Asisi, Italia.
Dilansir dari Wikipedia Bahasa Indonesia, “Beato dalam istilah Gereja Katolik dikenal sebagai bentuk dari proses beatifikasi (dari bahasa Latin “beatus”, yang berbahagia). Maknanya adalah suatu pengakuan atau pernyataan yang diberikan oleh Gereja terhadap orang yang telah meninggal bahwa orang tersebut adalah orang yang berbahagia. Beatifikasi diberikan kepada orang yang dianggap telah bekerja sangat keras untuk kebaikan atau memiliki keistimewaan secara spiritual.
Beatifikasi memerlukan bukti berupa mukjizat (kecuali dalam kasus martir), sebagai bukti bahwa orang yang dianggap suci atau kudus itu telah berada dalam Surga dan dapat mendoakan orang lain.”
Di usia Acutis yang ke-15, dia didiagnosis mengidap leukemia pada tahun 2006. Dia mempersembahkan “penderitaannya” untuk Paus Benediktus XVI dan untuk Gereja, dengan mengatakan, “Saya mempersembahkan semua penderitaan yang harus saya derita untuk Tuhan, untuk paus, dan Gereja…
” Paus Fransiskus menjadikan Acutis sebagai teladan bagi para milennial dengan menulis bahwa Acutis mampu menggunakan internet dan teknologi untuk ‘menyebarkan injil’.
“Memang benar bahwa dunia digital dapat membuat Anda menghadapi risiko ketergantungan, apatis, dan (hanya) kesenangan sesaat. Namun jangan lupa bahwa ada anak muda bahkan ada yang menunjukkan kreativitas bahkan jenius. Itulah yang terjadi pada Beato Carlo Acutis,” tulis Paus pada tahun 2018.
“Carlo sangat menyadari bahwa seluruh perangkat komunikasi, periklanan, dan jejaring sosial dapat digunakan untuk membuai kita, membuat kita kecanduan konsumerisme dan membeli barang terbaru di pasar, terobsesi dengan waktu luang, terjebak dalam hal-hal negatif. Namun dia tahu bagaimana menggunakan teknologi komunikasi baru untuk menyebarkan Injil, untuk mengkomunikasikan nilai-nilai dan keindahan.”
Proses pemberkatan Carlo Acutis menjadi Beato dipimpin oleh Kardinal Agostino Vallini. Mengutip Katolik News, dia mengungkapkan bahwa beatifikasi ini merupakan “kabar baik” bahwa ada seorang pemuda di zaman ini “telah ditaklukkan oleh Kristus dan telah menjadi cahaya bagi mereka yang ingin mengenal Dia dan mengikuti teladan-Nya.”
Melalui surat apostolik dari Paus Fransiskus, peringatan terhadap Beato Carlo Acutis akan selalu berlangsung setiap tahun pada tanggal 12 Oktober, sesuai hari wafat Acutis pada tahun 2006.
//delegasi(*/kompas)