Angka Stunting Masih Tinggi, Gubernur NTT : Kerja Kita Belum Maksimal

  • Bagikan
GUbernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting Se-Provinsi NTT, di aula Hotel Sylvia Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Senin (11/10/2021). //Foto: Hunas Pemprov NTT

KUPANG,DELEGASI.COM – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat, mengatakan, jika penurunan kasus stunting di NTT biasa-biasa saja, itu berarti kerja kita kurang maksimal. Sebab, yang kita bicarakan adalah menyangkut nyawa manusia.

Hal itu disampaikan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat,  dalam  Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting Se-Provinsi NTT, di aula Hotel Sylvia Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Senin (11/10/2021).

Dalam siaran resmi Biro Humas Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT yang diterima Delegasi.com, Selasa (12/10/2021), Gubernur Viktor menyatakan, jika melihat secara statistik, memang penurunan stunting di daerah ini sudah bagus, yaitu pada angka 21 persen dari tahun 2020 pada angka 24,2 persen. Namun, jika kita melihat dari jumlah, maka saya merasa sedih karena masih ada 80.909 orang di NTT yang stunting.

Gubernur mengatakan, rapat koordinasi ini merupakan salah satu langah mewujudkan mimpi Presiden Joko Widodo, yaitu Generasi Emas pada 2945.

“Mimpi Presiden Jokowi, negara ini pada 2045 akan menatap masa depan dengan Generasi Emasnya. Jika cita-citanya seperti itu, maka yang kita lakukan hari ini adalah desain dan perencanaan untuk menuju 2045, membawa bonus demografi menjadi generasi unggul”, ungkap Gubernur Viktor.

Gubernur Viktor menegaskan, bahwa menyelesaikan stunting di NTT tidak bisa jika hanya dilakukan dengan cara-cara yang biasa saja.

“NTT merupakan salah satu penyumbang stunting terbesar di Indonesia. Maka dari itu ini merupakan tantangan kita bersama untuk para upati dan saya sendiri sebagai Gubernur. Karena menyelesaikan masalah stunting tidak bisa hanya dilakukan dengan cara yang biasa. Konvergensi mengharuskan kita melakukan langkah-langkah terpadu, terarah dan secara bersama-sama serta kerja-kerja lapangan yang kita harus kuasai.

Jika kita mampu mendesain untuk mengetahui seluruh kelahiran dengan kerja sama kepala desa, tokoh agama, camat kepala dinas, bupati sampai pada gubernur, maka saya yakin 1.000 hari pertama kehidupan bayi akan bisa diperhatikan dan stunting bisa diatasi”, kata Gubernur Viktor.

Baca Juga:

NTT Penyumbang Stunting Terbesar Indonesia

Partai Demokrat NTT Gelar Musda Pada 15 Okober

Gubernur juga mengimbau agar permasalahan stunting diselesaikan dengan kerja sama antara pemangku kepentingan dengan stakeholder masyarakat karena permasalahan stunting merupakan tanggung jawab bersama.

“Saya berterima kasih atas kerja-kerja selama ini. Akan tetapi kita harus mensinergikan lagi seluruh stakeholder masyarakat agar masalah stunting di NTT dapat segera terselesaikan. Dan saya mengharapkan hal-hal seperti ini dapat kita lanjutkan dengan semangat kita bersama. Tanggung jawab kita adalah bagaimana kita menyelamatkan 80.909 anak yang akan menjadi generasi masa depan untuk menopang pertumbuhan NTT ke depannya”, harap Gubernur Viktor.

Dalam laporannya, Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Provinsi NTT, Kosmas Lana menyampaikan persentase penurunan stunting di NTT tahun 2021 mengalami penurunan 3,2 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar 24,2 persen.

“Pada penilaian kinerja konvergensi stunting tahun 2021 terdapat beberapa pencapaian. Dibandingkan  tahun 2020, tahun 2021 penurunan stunting sebesar 3,2 persen. Pada  Agustus 2020,  stunting di NTT berada pada angka 24,2 persen. Pada Agustus tahun 2021 ini stunting kita berada pada angka 21 persen,” jelas Kosmas.

Kosmas menyampaikan tujuan pelaksanaan Rapat Koordinasi ini merupakan evaluasi terhadap kinerja penanganan stunting di NTT.

“Tujuan pelaksanaan Rapat Koordinasi saat ini adalah evaluasi  terhadap kinerja pelaksanaan aksi konvergensi stunting yang dilaksanakan setiap tahun,” tambahnya.

Kosmas menjelaskan, dalam kegiatan ini juga  diberikan piagam penghargaan beserta sarana yang selama ini dikeluhkan oleh kabupaten/kota untuk memasukkan  data ke dalam aplikasi yang sudah ditentukan.  Kegiatan ini juga  merupakan komitmen bersama antara provinsi dan kabupaten/kota untuk terus menerus, serta bahu membahu melakukan percepatan penurunan stunting sampai  akhir periode perencanaan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota  masing-masing”, kata Kosmas.

 

10 Kabupaten Dapat Penghargaan

 

Kegiatan tersebut dirangkaikan dengan pemberian Piagam Penghargaan Penilaian Kinerja Aksi Konvergensi Penurunan Stunting bagi 10 kabupaten terbaik oleh Gubernur NTT.

Kabupaten yang memperoleh penghargaan yaitu Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten  Belu, Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, Kabupaten  Flores Timur, Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

 

Sembilan Komitmen

Dalam rapat tersebut  disepakati beberapa komitmen bersama para bupati/walikota untuk menurunkan stunting sebagai masalah kemanusiaan yang mendasar berkaitan dengan pengakuan, penghargaan, pemenuhan dan perlindungan hak-hak asasi anak secara universal.

Komitmen yang disepakati adalah sebagai berikut:

Pertama, melaksanakan program konvergensi percepatan penurunan stunting (zero stunting) untuk menciptakan Generasi Muda Unggul NTT 2045-2050 sehingga mendapatkan bonus demografi.

Kedua, bersepakat untuk masing-masing kabupaten/kota menurunkan stunting sampai 10 persen pada tahun depan 2022.

Ketiga, mendesain sistem pendeteksian gejala stunting dan pendataan stunting pada ibu hamil dan anak dalam 1.000 pertama kehidupan yang mutakhir dan akurat melalui pengukuran tinggi dan berat badan 100 persen serta pemberian makanan tambahan.

Keempat, mengalokasikan anggaran yang memadai untuk mendukung menunjang program konvergensi percepatan penurunan stunting.

Kelima, membangun kolaborasi kelembagaan pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan) swasta, LSM serta lembaga agama dan adat dalam konvergensi percepatan penurunan stunting.

Keenam, mengintegrasi pecepatan penurunan dan penanganan stunting dengan program penanggulangan kemiskinan nasional dan daerah.

Ketujuh, pendayagunaan berbagai potensi lokal sebagai menu bergizi untuk makanan tambahan bagi calon ibu, ibu hamil dan bayi serta anak.

Kedelapan, melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparat pemerintah yang professional dalam pencegahan dan penanganan stunting.

Kesembilan, melakukan supervisi, bimbingan teknis, monitoring-evaluasi, dan pengawasan secara berkala dan berkelanjutan terhadap implementasi program konvergensi stunting.

//delegasi(Hermen Jawa)

 

 

Komentar ANDA?

  • Bagikan