Ama Frans Lebu Raya, Dimata Sahabatnya, Politisi Santun, Prinsipil dan Suka Berkawan

  • Bagikan
Sesepuh Lamaholot di Kupang, Dr. Jhon Kotan, Sahabat Setia Ama Frans Lebu Raya, yang ikut antar jenasah beliau dari Kupang ke Watoone, sedang menyampaikan pernyataan duka, jelang penguburan Almahrum, Selasa, 22/12/2021, Sore. (Delegasi.Com/BBO)

ADONARA-DELEGASI.COM– Sosok Ama Frans Lebu Raya sebagai politisi pejuang, semenjak menahkodai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, pasca Konferda I tahun 2000 di Kota Ende, yang kemudian membawanya meraih posisi-posisi penting di kancah politik PDI Perjuangan, termasuk yang paling bersejarah dan langka dalam politik ialah, diberi mandat besar memegang palu Konggres PDI Perjuangan memilih Ibu Megawati Soekarnoputri, selama 3 periode berturut-turut, memberikan catatan tersendiri dimata para sahabatnya.

“Selain sebagai sosok politisi pejuang yang rendah hati dan santun, namun berkaraktek kuat, teguh prinsip, tetapi juga selalu memegang satu nilai perjuangan, yakni lebih baik banyak berkawan dalam politik.

Prosesi adat jelang penguburan jenasah Almahrum Drs. Frans Lebu Raya, yang didahului oleh pihak keluarga. Tampak Kakak Kandung Almahrum, Ama Paulus Bebe Aran, sedang membawa Om/Paman Almahrum untuk berpamitan terakhir, sebelum peti jenasah dibaringkan ke liang lahat rahim bumi, Selasa, 22/12/2021, Sore. (Delegasi.Com/BBO)

 

Karakter politik beliau inilah, yang membuat Ama Frans Lebu Raya, sangat dicintai, tapi juga selalu disegani, dan dihormati sebagai Guru politik,”ungkap salah satu sahabat politiknya di PDI Perjuangan, dari Kota Ende, Yustinus Sani, Mantan Anggota DPRD Ende 3 Periode, salah satu pelaku sejarah, yang ikut langsung membesut karier politik Ama Frans Lebu Raya selaku Ketua DPD PDIP NTT, dalam Konferda I di Ende tahun 2000 silam, sebagai Ketua Panitia Lokal, saat itu.

Dimata seorang Yustinus Sani, sosok Ama Frans Lebu Raya, sebagai politisi pejuang itu, sangat melekat kuat dalam seluruh gerak politiknya memimpin dan membesarkan PDI Perjuangan di NTT, hingga meraih banyak prestasi besar dalam hajatan-hajatan politik, baik di level kabupaten, hingga mengantarnya menjadi Wakil Gubernur, dan Gubernur NTT 2 periode, 2008-2018.

“Memang, saat jelang Konferda I, pada saat Konferda I banyak tantangan, tapi Beliau selalu tenang, rendah hati, teguh dan selalu bergerak mencari kawan.

Dan, akhirnya Beliau terpilih.

Tak sampai disini, justru pasca terpilih di Konferda I, tantangan kian banyak, namun Beliau tetap santun, rendah hati, tenang, teguh, serta bergerak mencari kawan.

Politisi PDIP, Yustinus Sani, Mantan Anggota DPRD Ende 3 Periode, Ketua Panitia Lokal Konferda I PDIP di Ende tahun 2000, ikut hadir mengantar jenasah Sahabat dan Guru Politiknya, Drs. Frans Lebu Raya, ke rahim bumi, Selasa, 22/12/2021, di Watoone-Adonara. (Delegasi.Com/BBO)

 

Dan, berkat karakternya ini karier Beliau terus menanjak, karena memang Ama Frans Lebu Raya memiliki fondasi diri yang kokoh sebagai politisi pejuang,”tegas Yustinus Sani, mengisahkan perjalanan politik sosok Putera Sang Fajar, dari Konferda I Kota Ende, saat ditemui Delegasi.Com, di Tenda duka, rumah Ama Frans Lebu Raya, Watoone, Adonara, Selasa, 22/12/2021, Pagi.

Yustinus Sani, salah satu politisi PDI Perjuangan yang terkenal berani dan vokal semasa menjadi Anggota DPRD Ende, yang tahu baik kiprah politik Ama Frans Lebu Raya itu, rela datang mengantar sahabat dan guru politiknya jalan pulang ke rahim bumi, bersama Wakil Bupati Ende terpilih, Erick Rede, bahkan lebih jauh menuturkan, hal lain yang membuat Beliau itu beda dengan politisi pada umumnya, adalah kebiasaannya, yang selalu tak membuat jarak dan menyapa dengan senyum kepada siapa saja.

“Kesenangannya adalah gemar bertemu dan selalu mengunjungi rakyat atau orang-orang kecil.

Itu yang Beliau selalu dahulukan.

Pasti Beliau mau bertemu, melihat, menyapa dan berdialog dengan mereka lebih dulu.

Lalu, kemudian ke tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh-tokoh lainnya.

Dan, itu Beliau selalu tunjukkan, termasuk saat turun kampanye politik.

Inilah yang sangat membuatnya dicintai dan dihormati, serta sangat membesarkan Partai di NTT, bahkan Nasional, hingga bisa mendapatkan kepercayaan memegang palu konggres PDIP Perjuangan selama 3 periode berturut-turut memilih Ibu Megawati Soekarnoputri.

Bahkan, kemudian menjadi Gubernur NTT 2 periode.

Dan, diberi penghargaan Bintang Jasa Utama oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo,”beber Yustinus, berlinangan air mata.

Politisi bertubuh kecil, tapi pemberani ini, malah sampai mengakui, kalau dirinya bisa meraih jejak karier politiknya, 3 periode DPRD Ende, juga berkat ‘tangan dingin’ Ama Frans Lebu Raya.

Yustinus Sani, lebih jauh menuturkan, dalam kepemimpinan 2 periode Gubernur NTT, Ama Frans Lebu Raya, telah banyak membuat kemajuan di NTT.

Beberapa hal yang hari ini sangat terasa adalah program dana ANGGUR MERAH, NTT Propinsi Koperasi, yang membesut berkembangnya banyak koperasi di NTT, NTT Propinsi Jagung, serta Ada satu hal yang kini dilanjutkan Gubernur Viktor Laiskodat adalah, Kerjasama Pengiriman Sapi NTT dengan Propinsi DKI Jakarta.

Ceritra Sahabat Frans Lebu Raya, juga dinukilkan, Dr. Jhon Kotan, SH.M.Hum, yang setia ikut antar jenasah Almahrum, dari Kupang hingga Watoone.

Dalam sedih duka, air mata, dan suara yang sedikit berat, karena lelah perjalanan dari Kupang, dengan cuaca ekstrim, Dr. Jhon Kotan, sesepuh Lamaholot di Kupang, teman kuliah semasa sama-sama di Naikoten 2 Kupang itu, menuturkan, Ama Frans Lebu Raya, pemuda Watoone, yang kini dikenang menjadi pemimpin NTT, pernah Gubernur NTT 2 Periode, memang memiliki karakter unik.

Selain, sangat rendah hati, santun, tenang, tetapi suka melayani.

Maunya hanya baik-baik saja dan mendamaikan.

“Beliau itu bawaan sejak masih muda, saat kuliah, kami tinggal sama-sama di Naikoten 2.

Semua urusan di rumah, dari masak, cuci, belanja, untuk kakak-adik, saudaranya, Beliau yang kerjakan.

Sangat mengasihi dan melayani.

Demikian juga dengan sahabat dan sesama lainnya.

Dan, karakternya pemimpin yang melayani, itu membawa Beliau kemudian menjadi orang hebat, memimpin Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kupang, Yayasan Masyarakat Sejahtera (Yasmara) Kupang, DPD PDIP NTT, Wakil Ketua DPRD NTT, Wakil Gubernur NTT, hingga Gubernur NTT 2 periode.

Dia mampu keluar dari kultur orang Adonara, yang menurut anggapan banyak orang, terkenal selalu kembali menjadi diri sendiri dan cenderung emosional,”ujar Dr. Jhon Kotan, salah satu sahabat setia Ama Frans Lebu Raya, yang ikut hadir mengantar jenasah Almahrum ke pelukan rahim ibu bumi, di Watoone, Selasa, 22/12/2021, Sore, tepat di Hari Ulang Tahun Ibu se dunia.

Dengan mata berkaca-kaca, Dr. Jhon Kotan, saat ditemui awak Media, maupun dalam pernyataan duka mewakili Komunitas Lamaholot di Kupang, menuturkan, Komunitas Lamaholot memang sangat berdukacita atas wafatnya Beliau, diusia yang masih kuat (61 tahun, red), namun selalu ada rasa bangga, punya seorang Putera terbaik Lamaholot, yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya bagi kemajuan bangsanya, daerahnya dan kesejahteraan rakyatnya.

“Ada banyak hal baik yang Beliau tinggalkan, dan juga bisa diwarisi generasi kelak, bahwa NTT pun bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia Raya.

Frans Lebu Raya sungguh menjadi sahabat rakyat, dari kaum biasa hingga kaum elit.

Ia melayani dengan hati ikhlas. ANGGUR MERAH, adalah salah satu bukti, Beliau melayani rakyatnya di Desa, dengan satu prinsip yang penting uang itu ada ditangan rakyat, supaya rakyat bisa hidup baik,”kenangnya.

(Delegasi.Com/BBO)

Komentar ANDA?

  • Bagikan