Kupang, Delegasi – Calon Gubernur NTT 2018 Raymundus S. Fernandez, menyatakan, jika rakyat menaruh kepercayaan dan memilih dirinya menjadi Gubernur NTT maka program percepatan pembangunan yang digagasnya adalah Gerakan ‘Tiga Cukup’. Yakni cukup makan (pangan), cukup pakaian (sandang), dan cukup memiliki rumah layak huni (papan) yang menjadikan NTT layak dan sejahtera.
Demikian dikatakan Ray saat pemaparan visi misi calon gubernur NTT yang diselenggarakan Partai Hanura di Hotel T-More Kupang, Jumat (25/8/2017).
Bupati TTU yang juga adalah kader PDI Perjuangan ini memaparkan bagaimana rencananya membangun NTT, provinsi kepulauan ini lima tahun ke depan.
Selain mengedepankan tiga tekatnya jika terpilih jadi gubernur, Ray juga menyampaikan keberhasilanya kala menjadi Bupati TTU dua periode yakni berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 65 persen menjadi 22 persen, di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) merupakan modal bagi Ray untuk bersaing melalui pintu Partai Hanura untuk maju menjadi calon Gubernur NTT periode 2018-2023.
Menurutnya, secara nasional NTT menempati urutan ketiga ‘Provinsi Miskin’ di Indonesia. Dan indicator kemiskinan itu ketidakcukupan sandang, pangan dan papan. “Saya sudah mengelilingi sebagian besar desa-desa pedalaman di NTT. Disana-sini rakyat mengeluhkan soal kekurangan makanan (termasuk kesulitan air minum/air bersih). Ada juga kita temukan berpakaian seadanya. Dan bahkan masih ada rakyat kita yang belum memiliki rumah layak huni,”jelas Ray.
Ketika rakyat NTT mempercayakan kami, kata Ray, maka kami memfokusnya pada percepatan pembangunan sarana/pasarana perhubungan baik darat, laut, maupun udara. Prasarana jalan dan jembatan yang menjadi penghubung antarwilayah perlu segera dibenahi. Karena untuk meningkatkan aksesibilitas dari dan ke pusat-pusat perekonomian. Semakin lancar moda transportasi maka akan memberikan kemudahan-kemudahan aksesibilitas warga menuju terpenuhinya tiga kebutuhan utama dimaksud.
Di dalam pelaksanaan program-program pembangunan, tentunya rakyat tidak menginginkan seorang kepala daerah yang baru mau belajar. Akan tetapi seorang kepala daerah yang siap bekerja. Dan kami sudah pernah bekerja dan siap bekerja bersama rakyat membangun NTT ke depannya menjadi lebih baik lagi. Dengan pengalaman yang sudah kami (Ray Fernandes, red) lakukan sudah hampir 20 tahun di Kabupaten TTU, rasanya sudah menjadi modal untuk melangkah maju bersama rakyat membangun NTT. Betapa tidak. Jadi Wakil Ketua DPRD, jadi Wakil Bupati, dan 2 periode jadi Bupati TTU.
“Dengan usia saya 45 tahunan ini saya kira secara fisik saya mampu mengunjungi rakyat dari desa ke desa di wilayah provinsi kepulauan NTT ini. Saya masih kuat untuk naik turun gunung menyapa warga NTT di desa-desa terpencil sekalipun. Dan hal-hal seperti ini sudah sering saya lakukan selama memimpin rakyat TTU,”ungkap Ray.
Penyampaian pokok pikiran yang diberi judul “NTT Layak dan Sejahtera” disampaikan dengan bahasa sederhana, singkat, padat dan jelas. Ray-demikian ia disapa mengawalinya dengan menyampaikan problematika pembangunan NTT. Ia mengaku, pengalamannya memimpin TTU selama kurang lebih 10 tahun, telah membentuk wawasannya untuk mengetahui konfigurasi problematika permasalahan pembangunan di NTT.
“Kita menginginkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat NTT. Kita ingin NTT dan masyarakatnya tumbuh dan berkembang maju, warganya sehat dan wawasan luas sehingga ada peningkatan produktivitas. Namun realitas yang dihadapi, ada kesenjangan antara harapan dan relitas,”kata Ketua DPC PDI Perjuangan TTU ini.
Dengan sedikit bertanya, Ray menyebut Apakah kesenjangan merupakan indikasi warga tidak berkembang? Apakah pembangunan selama ini tidak berhasil?. “Menurut saya tidak. Pembangunan selama ini telah memberi kemajuan namun tidak merata di semua kabupaten. Sehingga NTT menempati urutan ketiga provinsi termiskin,”kata alumni GMNI cabang Kupang ini.
Ray memaparkan bahwa, problematika pembangunan di NTT antara lain karena kebijakan ekonomi NTT mengabaikan sektor pertanian. Karena diabaikan mengakibatkan penggunaan teknologi dan budidaya pertanian menjadi sangat terbatas, dan kebanyakan menggunakan teknologi tradisional. Maka tak heran, produktivitas petani sangat rendah.
Demikian pula, kata mantan Wakil Bupati TTU ini, lahan kering yang merupakan potensi terbesar di sektor pertanian belum dioptimalkan dengan baik.Hal ini karena tidak ada kebijakan pertanian yang mengarah pada optimalisasi pemanfaatan lahan kering. Tak heran, yang terjadi selama ini, penanganan lahan kering dilakukan secara parsial dan sporadis. “Dengan cara seperti itu, kita sulit memperoleh hasil yang memadai,”katanya.
Sama halnya dengan pembangunan infrastruktur. Bupati Ray mengatakan, selama ini pembangunan di bidang ini tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan ekonomi. Dana yang sangat besar dialokasikan namun para pelaku ekonomi masih mengeluhkan kekurangan infrastruktur. Sehingga tak mengherankan tidak ada peningkatan produktivitas.
“Masih banyak problematika pembangunan yang terjadi di NTT. Problematika kita ke depan bagaimana mendorong percepatan atau akselerasi dalam pencapaian hasil pembangunan. Pemecahan permasalahan akan membuka jalan untuk melakukan percepatan pembangunan di NTT,”demikian kata alumni Fakultas Peternakan Undana ini.
//delegasi(hermen)