Anton Bele Bicara Tentang Milenial Bersama Mahasiswi Asrama Kasih Abadi (1)

  • Bagikan
LANTERA--Dr.Anton Bele, M.Si, memperkenalkan Lantera, alat penerangan masa lampau kepada para mahasiswi penghuni Asrama Kasih Abadi saat bincang-bincang tentang milenial di aula asrama itu, Sabtu (19/11/2022).Foto:delegasi/(Hyeron Modo).

DELEGASI.COM, KUPANG—ASRAMA Kasih Abadi, Sabtu pagi, 19 November 2022. Sekitar 60 orang mahasiswi penghuni asrama itu sudah memadati aula kecil di asrama khusus putri tersebut. Hari itu mereka kedatangan seorang tamu untuk bincang-bincang tentang generasi milenial.

Orang yang mereka tunggu adalah Dr. Antonius Bele, M.Si. dosen luar biasa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Anton diundang pemilik asrama, Adrianus Ceme, untuk berdiskusi tentang generasi milenial. 

Tujuannya untuk memberi pemahaman kepada mahasiswi tentang generasi milenial.

Adrianus Ceme, membuat program diskusi di asrama  dengan mendatang pembicara dari luar bertujuan untuk  menambah wawasan pengetahuan bagi para mahasiswi, yang mereka tidak dapat selama kuliah di perguruan tinggi.

Baca Juga:

Anton Tentang Kwadran Bele ( 1)

Anton Tentang Kwadran Bele (2)

Dalam diskusi bertema; Saya Pribadi Milenial, Anton  menjelaskan tentang apa itu milenial dan kenapa ada generasi milenial.

Juga  menceritakan kepada mereka mengenai kehidupan orang-orang tua masa lalu dengan menggunakan berbagai peralatan serba kuno dan terbatas. Sebab, dari dasar inilah, maka dalam perjalanan waktu ada istilah milenial.

Anton mengatakan, sengaja mengangkat tema; Saya Pribadi Milenial, karena tiga kata ini mendorong dirinya untuk bicara tentang perkembangan teknologi dan milenial.

PESERTA–Mahasiswi penghuni Asrama Kasih Abadi peserta diskusi bertema Saya Pribadi Milenial, di aula asrama tersebut, Sabtu (19/11/2022). Foto: delegasi/(Hyeron Modo).

Dalam diskusi itu Anton, didampingi Adrianus Ceme. Anton mengawali dengan memperkenalkan sekaligus memperagakan alat-alat kuno untuk membuat api pada masa lampau. Seperti dua bambu kering yang sudah dibelah pendek, besi dan batu api, korek api, dan pemantik. 

Sedangkan untuk alat-alat penerangan, Anton memperlihatkan lampu teplok (lampu pelita), lampu lantera.

Alat-alat penerangan ini, jelas Anton, merupakan andalan bagi genereasi terdahulu. “Termasuk saya dan Bapa Adri pernah mengalami hal ini,” ujarnya 

Alat-alat pembuat api ini diperkenalkan kepada para mahasiswi dengan maksud bahwa inilah realita kehidupan pasa masa lalu, yang tidak dialami oleh generasi-generasi milenial. Dan, dari sini pulalah awal cerita tentang generasi milenial saat ini.

“Di sini saya mau tunjuk barang-barang kuno. Ini bambu, besi dan batu  untuk buat api. Orang tua dulu belum tahu korek api.  Ini saat orang tua kita dahulu sudah kenal besi, sebelumnya tidak. Orang-orag tua di kampung-kampung biasanya kalau pergi ke kebun atau sawah di kantong ada bawa barang-barang ini, selain tembakau dan sirih pinang plus kapur sirih,” cerita Anton.

Dalam perkembangan kemudian, ada korek api yang berbahan baku fosfor dan kayu. Dan, ketika orang – orang dari kota memperkenalkan, orang-orang tua di kampung, kaget, hai apalagi ini. Waktu gas sudah ada, maka munculah pemantik sampai sekarang.

MAHASISWI–Sebagian mahasiswi penghuni Asrama Kasih Abadi peserta diskusi foto bersama pemilik asrama Adrianus Ceme (duduk kanan), Dr.Anton Bele, M.Si (duduk tengah batik merah) sebagai pembicara, dan Ibu Yolenta Wea (pemilik asrama, duduk kiri).Foto:delegasi/(Hyeron Modo).

Ada mahasiswi yang tahu dan ada yang tahu nama alat-alat yang diperlihatkan dan diperagakan oleh Anton.

Tetapi, inti pesannya, bahwa para mahasiswi sebagai generasi milenial sudah melangkah jauh dari kehidupan masa lalu. Tidak lagi menggunakan alat-alat kuno untuk buat api dan penerangan di waktu malam.

“Apa yang saya tunjuk dan peragakan ini  intinya satu, yaitu kamu lompat dari sini (melewati barang-barang kuno) jauh ke depan. Sehingga kalau kata milenial muncul, itu dasarnya dari sini. Dari barang-barang kuno ini. Bukan muncul tiba-tiba,” kata Anton.

Kemudian Anton menjelaskan tentang isi buku berjudul Kwadran Bele.

“Maksud saya memperkenalkan buku ini, pertama-tama kita ingat dan sadar, kita punya akarnya berawal dari barang-barang kuno yang saya perkenalkan tadi.  Bukan berarti  kamu harus kembali ke masa lampau,” ujarnya.. 

Lima Kelompok Generasi   

Anton membagikan saya generasi milenial dalam  tiga kelompok.

Pertama, Saya. Saya maksudnya pribadi, ciptaan Tuhan. Saya sebagai manusia pribadi dalam diri saya terdapat empat unsur atau empat bagian, yaitu Nafsu, Nalar, Naluri dan Nurani.

Kedua adalah Generasi.  Anton membagi generasi dalam lima kelompok.

Pertama, Generasi kolot yang dikenal Baby Boomer yang berprinsip banyak anak banyak rezeki. Generasi ini tahun 1945 hingga Perang Dunia II tahun 1964. 

Kedua, Generasi X tahun 1965 sampai 1980. Generasi ini adalah kelompok manusia gagap teknologi. Umumnya orang-orang yang hidup pada era itu masih gagap tentang teknologi.

Ketiga, Genersi Y, yaitu generasi yang lahir tahun 1981 hingga 1996. Kelompok Generasi Y umumnya sudah mulai kenal teknologi komunikasi seperti warung telepon (wartel) dan faksimile (Faks).

Empat adalah Generasi Z, yaitu orang-orang yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012. Generasi Y ini, jelas Anton, generasi yang sudah tahu dan paham tentang komputer. 

BAMBU–Dr.Anton Bele, M.Si, memperkenalkan dua belah bambu kering sebagai alat pembuat api orang-orang pada masa lampau, kepada mahasiswi peserta diskusi di aula asrama itu, Sabtu (19/11/2022) //Foto:delegasi/(Hyeron Modo).

Kelima adalah Generasi Alpha. Orang – orang yang lahir tahun 2013 sampai sekarng masuk dalam kelompok ini. Mereka sudah mengenal internet.

Pada kelompok pertama tentang Saya, Anton menjelaskan mengenai unsur Nafsu.Menurut dia, nafsu maksudnya dorongan, keinginan. Seperti nafsu belajar.

Kalau seandainya tidak ada nafsu belajar, mana mungkin kamu datang ke Kupang untuk kuliah. Jadi, kamu ada di  Kupang karena ada nafsu belajar 

Kedua adalah Nalar. Maksudnya kamu mahasiswi yang kuliah di Kupang, itu untuk asah nalar. Nalar itu bukan di dahi, tetapi seluruh diri kita (manusia) ada nalar. Dalam arti bahwa nalar itu adalah bahagian dari kita.  

Contoh tentang nafsu dan nalar, jelas Anton, seorang bayi yang baru lahir ketika perawat menyerahkan kepada ibunya, bayi itu langsung menetek susu ibunya.

Itu karena bayi tersebut ada nafsu, yaitu nafsu untuk makan  Lalu, misalnya kalau kita memberi kepada bayi itu balpoin, dia tidak akan isap, tetapi dia mencari dan menetek susu ibunya, itu karena dia ada nalar.

Ketiga adalah Naluri. Naluri ini, misalnya perawat itu sangat  ramah, tapi bayi itu menangis terus. Namun, kalau ibunya yang gendong, bayi itu tenang, tidak menangis. Itu karena bayi punya naluri.

Lalu keempat Nurani. Contoh kembali pada bayi tadi. Bayi ini  digendong ibunya dan kemudian dia tidur nyenyak. Tidur nyenyak itu karena dia merasa tenang. Itu karena nuraninya ada.

Nasfu itu adalah dorongan. Kita semua cari makan, itu nafsu. Tetapi,  kalau makan terlalu banyak, itu berarti bidang nafsunya terlalu besar.  Seperti sekarang kamu datang kuliah di Kupang, itu berarti ada nafsu untuk belajar. 

Tetapi dari segi nalar, apakah kamu betul-betul sadar bahwa Adrianus Ceme, dengan hati terbuka untuk kamu aman tinggal di asrama Kasih Abadi. Itu nalar kamu yang timbang untuk tinggal di asrama ini.

Kemudian dari segi naluri, mahasiswi yang tinggal di sini tentu saling bertanya, kamu dari mana. 

Kata saya dalam diskusi ini tidak terlepas satu dengan yang lain. Dan, karena naluri demikian, maka dari segi nurani selama empat atau lima tahun kamu tinggal di asrama Kasih Abadi ini, nurani itu harus tenang. 

Maka kalau ada aturan dalam asrama ini, itu karena empat unsur ini, yaitu nafsu, nalar, naluri dan nurani. “Keempat unsur ini harus seimbang,” tegas Anton.

//delegasi(Hyeron Modo/bersambung) 

Komentar ANDA?

  • Bagikan