RSUP Kupang dan Secarik Kertas Catatan Ben Mboi

  • Bagikan
Ben Mboi //Foto: ISTIMEWA

DELEGASI.COM, KUPANG – “Tolong berikan surat ini ke Benny (Benny K. Harman),” ungkap Ben Mboi sambil menyodorkan secarik kertas kepada putri sulungnya, dr Tridia Sudirga Mboi.

Sehari sebelum meninggal dunia pada 22 Juni 2015, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dua periode 1978-1983 dan 1983-1988, Brigjen (Purn) Aloysius Benedictus Mboi meminta selembar kertas untuk menulis kepada putri sulungnya, dr Tridia Sudirga Mboi.

BACA JUGA : Menkes Resmikan Rumah Sakit Umum Pusat  Kupang

Tulisanya sangat singkat,’tommorow there be a lot of media and they will spell that I am a hero, but actually I am not, because I just do what I have to do,’ beliau tidak mau disebut pahlawan. Lalu menyuruh untuk diserahkan ke Benny K. Harman.

“Itulah ungkapan pesan terakhir sebelum almarhum meninggal pada 23 Juni 2015 dini hari,” kata putri sulung Almarhum Ben Mboi, dr. Tridia Sudirga Mboi saat memberikan sambutan dalam soft opening RSUP Ben Mboi Kupang, Kamis 22 Desember 2022.

Soft Opening RSUP Ben Mboi di Kupang. //Foto: Delegasi.com(ISTIMEWA)

Sepotong catatan almarhum itu tentu tidak terlepas dari rencana Pemerintah Kabupaten Manggarai yang mengganti nama RSUD Ruteng menjadi RSUD Ben Mboi.

Bagi Ben Mboi, demikian Brigjen (Purn) Aloysius Benedictus Mboi biasa disapa, sebuah rumah sakit jika diberi nama seseorang artinya orang itu paling kurang adalah seorang pahlawan. Bagi Ben Mboi dirinya tidak mau disebut pahlawan.

“Jadi saya disuruh sampaikan ke Pak Benny bahwa besok akan banyak media datang dan media akan menyebut almarhum pahlawan. Tapi beliau mengaku bukan pahlawan. karena menurut almarhum dirinya hanya melakukan pekerjaan. Dan memang betul besoknya dia meninggal dan heboh, dibilang dia pahlawan,” lanjut Tridia bercerita.

Tridia mengungkapkan, saat pertama kali pemkab Manggarai meminta untuk menggunakan nama sang ayah untuk dijadikan rumah sakit pihak keluarga sempat bingung.

“Karena kalau papa ditanya, pasti dia tidak mau. Kami bingung, apa yang baiknya kita lakukan, lalu kebanyakan saran adalah bukan sebagai pahlawan, tetapi sebagi contoh. Begitu banyak hal positif yang telah beliau lakukan yang akhirnya keluarga ingin sebut, bukan pahlawan tetapi menjadi contoh bagi orang muda NTT,” katanya.

Bangga Keluarga

Keluarga besar dr. Ben Mboi merasa senang, bangga, bersyukur dan berterimakasih atas diresminya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Ben Mboi Kupang oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin pada Kamis, 22 Desember 2022.

Betapa tidak, rumah sakit tipe A pertama di NTT itu diberi nama RSUP Ben Mboi. Tentu pemerintah pusat dalam hal ini Kemekes RI telah mempertimbangkan secara matang nama rumah sakit tersebut. Selain sebagai tokoh pemimpin Ben Mboi adalah seorang dokter berprestasi. Wajar jika nama RSUP Kupang diberi nama RSUP Ben Mboi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menandatangani prasasti peresmian Rumah Sakit Umum Pusat Ben Mboi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (22/12/2022).//Foto: Kompas.com

“Kami bangga dan senang karena pemda NTT, Kemenkes dan Pemda Manggarai sudah merelakan namanya di kasih, sehingga nama Ben Mboi naik ditingkat provinsi maupun Nasional. Dengan tidak mengecilkan rumah sakit yang ada di Manggarai,” ujar dr.Tridia Sudirga Mboi, anak kandung dari dr. Ben Mboi.

Menurutnya, semakin besar dari sebuah rumah sakit dan semakin moderen, maka keluarga merasa beban dan tanggungjawabnya juga lebih besar.

“Karena itu kami dari keluarga berpesan agar semangat, spirit, alasan Ben Mboi menjadi dokter dan bagaimana dia menjalani hidupnya sebagai dokter. Harus bisa terwujudkan oleh orang-orang yang memakai nama Ben Mboi,” pesannya.

Karena menurutnya, Bapa Ben Mboi sukses sebagai Gubernur justru karena pola pikirnya dokter.

“Kalau dokter itu, dia melihat seseorang itu satu dengan yang satu itu sama, tidak ada beda. Hati dokter itu empati, atau peduli pada semua. Begitu juga dengan membangun NTT,” tutupnya.

//delegasi(Hermen Jawa)

Komentar ANDA?

  • Bagikan