KH Hazim Musadi : Jangan Jadikan Agama Sebagai Alat Kebencian

  • Bagikan
Kantor
Ribuan warga Kota Kupang mengikuti Acara Nusantra Bersatu di alun alun Kantor Gubernur NTT, Rabu (30/11/16)

Kupang, delegasi Jangan jadikan agama sebagai alat kebencian. Karena itu jangan mempertentangkan agama yang satu dengan agama yang lain untuk kepentingan kelompok tertentu.
Demikian dikatakan Staf Ahli Presiden, KH. Hazim Musadi dalam orasi kebangsaan pada acara Nusantara Bersatu, Rabu (30/11/2016) di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT. Menurut Musadi, ia hadir di NTT untuk meneguhkan kembali Nusantara Bersatu.
“Jangan jadikan agama sebagai alat kebencian. Karena itu jangan mempertentangkan agama yang satu dengan agama yang lain untuk kepentingan kelompok tertentu,” ujar KH.Hazim Musadi.
Menurut mantan Ketua PBNU ini, agama bukan alat untuk menyebar kebencian. Karena itu, Musadi meminta para pemeluk agama untuk saling menghargai dan bertoleransi dengan pemeluk agama lainnya.
“Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku dan agama. Kalau kita mayoritas di tempat kita, maka kita menjadi minoritas di tempat lain. Kalau kita minoritas di tempat kita, maka kita menjadi mayoritas di tempat lain. Karena itu kita harus jaga semangat nasionalisme kita,” tandas Musadi.
Semua agama, kata Musadi, punya hak untuk hidup di Indonesia. “Karena kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan semua agama. Bukan hanya hasil perjuangan agama tertentu saja. Para pahlawan kita gugur dan ‘berserakan’ di seluruh Indonesia. Itu bukti bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam agama dan suku,” tandasnya.
Hal senada juga dikatakan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya. “Mayoritas punya makna kalau mampu melindungi minoritas. Mari kita saling bertoleransi. Warga NTT harus bisa memberi teladan toleransi bagi negeri ini. Kita harus tetap menjadi provinsi yang memilki nilai toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang tertinggi di Indonesia,” tandas Lebu Raya.
Perbedaan, lanjut Lebu Raya, harus diterima sebagai suatu kenyataan. “Berbeda-beda itu harus kita terima. Berbeda itu suatu keindahan. Kita harus merasa berdosa kalau kita mewariskan perpecahan kepada penerus bangsa. Kita harus merasa berdosa kepada para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini,” ujarnya.
Menurut Lebu Raya, warga NTT berkewajiban menjadi ideologi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. “Karena Pancasila lahir dari Ilham Tuhan yang Maha Kuasa dibawah rindangnya pohon sukun, di lapangan Perse Ende,” katanya.//delegasi/hermen/ger

Komentar ANDA?

  • Bagikan