Borong, Delegasi.com – Pengerjaan jembatan Wae Wake Desa Golo Rengket, Kecamatan Poco Ranaka yang dikerjakan tahun 2016 silam tak kunjung rampung.
Masyarakat setempat yang hendak berpergian melalui jembatan ini mesti menggunakan titian yang dibuat menggunakan bambu bulat. Selain mengancam nyawa, juga mengganggu proses transportasi.
Desa Golo Rengket adalah Desa dengan kondisi alam yang subur.
Jembatan Wae Wake adalah sarana penghubung antara dua Desa dengan tingkat produktivitas ekonomi yang tinggi.
Penduduk berjumlah sekitar 1.600 jiwa.
Lasarus Sangku (70) warga Kampung Waso-Golo Rengket, Kecamatan Pocoranaka mengeluh soal jembatan Wae Wake yang dikerjakan tahun 2016 silam itu.
Menurutnya pekerjaan jembatan Wae Wake hingga kini masih menyisakan urukan dibagian timur sedalam kurang lebih 2 Meter. Kondisi ini, tambah Lasarus, menyulitkan warga setempat untuk menyebrangi jembatan demi kegiatan sehari-hari sebagai petani sawah.
“Kerja jembatan tahun 2016 lalu. Sampai sekarang belum lanjut-lanjut. Kami kesulitan kalau kekebun setiap hari”, tuturnya kepada awak media, Jumat (16/2/2018).
Informasi yang dihimpun dilokasi, jembatan ini adalah satu-satunya sarana mutlak untuk menghubungkan Jalur centra ekonomi Mano-Majung hingga Tanggar.
“Jembatan ini penting, kami mau cari hidup.
Sudah kerja terus 1 tahun belum dilanjutkan”, keluh Lasarus.
Sementara itu, kepala Desa Golo Rengket, Robertus Lenang, sesalkan soal kondisi jembatan yang belum rampung itu.
Menurut dia, proyek jembatan itu sudah sejak tahun 2016 dikerjakan.
“Proyeknya tahun 2016, tapi lihat saja kondisinya. Urukan dibagian timur masih tersisa lubang besar”, jelas Rober (16/02/18).
Informasi yang dihimpun, jembatan ini dibangun tahun 2018 dengan perkiraan jumlah dana sekitar 1,8 miliar.// delegasi(rn)
Editor: Hermen Jawa