Hukrim  

Rakyat NTT Menggugat Arak Puluhan Peti Mati Sebagai ‘Kado’ Buat Pemerintah

Avatar photo
Puluhan 'kado' peti mati berjejer di depan halaman KantorGubernur

Kupang, Delegasi.com – Ratusan masyarakat dari berbagai elemen organisasi kemahasiswan yang tergabung dalam “Rakyat NTT Menggugat” – menggelar aksi  demo sambil membawa puluhan peti mati sebagai ‘kado’ buat pemerintah yang dinilai tidak peduli terhadap maraknya kasus perdagangan orang yang terjadi di wilayah di NTT.

Mereka mendatangi Mapolda NTT dan kantor Gubernur NTT pada Rabu (28/3/2018).

Mereka mengusung puluhan peti mati warna hitam pekat membuat suasana kantor gubernur nampak angker dan mencekam.

Puluhan peti mati berwarna hitam pekat itu diletakan berjejer di halaman kantor, dandi aroma rampai yang menyengat sangat terasa.

Sementara itu ratusan massa yang hadir meratap peti mati yang telah disirami rampai itu penuh kesedihan sebagai luapan emosi kedukaan atas banyaknya korban TKI yang meninggal.

Pada kesempatan itu, massa meminta untuk bertemu dengan gubernur NTT, Frans Lebu Raya,  namun tidak bisa karena gubernur tidak berada di tempat.

Kendati tidak bertemu Gubernur, massa tetap melaksanakan orasi dan kemudian diakhiri dengan pembacaan pernyataan sikap oleh Dra, Balkis Soraya Tanof, M.Hum.

Pernyataan sikap  Raykata NTT  Menggugat yang terdiri dari berbagai elemen organisasi kemahasiswan tersebut terdiri dari tiga point tuntutan yang intinya mengutuk aktivitas perdagangan orang di indonesia khususnya NTT.

“Berkaca persoalan kematian buruh migran NTT yang melonjak tinggi, maka kami menuntut agar, 1. Moratorium TKI ke Malaysia, 2. Tangkap dan adili mafia perdagangan orang, 3. Pejabat publik yang mendiamkan pelaku perdagangan orang adalah bagian dari kolonialisme sehingga harus diturunkan dan dipenjarakan,” ungkap Balkis.

Ditempat yang sama, Ketua Majelis Sinode GMIT,  Pdt. Dr. Mery Kolimon, meminta pemerintah NTT untuk serius menangani masalah human traficking.

“NTT sudah darurat human traficking dan penanganannya sudah tidak bisa biasa – biasa saja,  tapi butuh keseriusan, jangan lagi masalah penaganan human traficking diproyekkan untuk kepentingan sesaat”,  tegas Kolimon.

“Ibu – ibu tadi meratap sambil menyiram rampai di halaman kantor gubernur,  pertanda Yudas sudah menjual Yesus dan Yesus sudah mati, Stop bajual orang NTT”, imbuhnya.

Untuk diketahui juga, sebagai bentuk pelampiasan kekecewaan, sebagian massa pendemo juga merusak tugu meriam yang ada di depan Kantor Gubernur NTT.

Pengerusakan terhadap meriam peninggalan perang Dunia II itu berawal saat para pendemo tiba di depan Kantor Gubernur NTT, pintu pagar dalam kondisi tertutup. Beberapa anggota Satpol PP mendekati para pendemo untuk berdialog, namun massa beringas menjebol pintu pagar.

Setelah pintu terbuka sebagian pendemo menerobos masuk ke teras depan Kantor Gubernur NTT tapi ada sebagian membongkar tugu meriam yang terpasang di halaman depan kantor ini.

Mereka tetap bertahan dengan melakukan orasi mendesak dihadirkan Gubernur NTT.

Setelah sekian jam gubernur tak kunjung datang, massa kemudian membubarkan diri secara aman dan damai.

Aksi tersebut juga diakhiri dengan doa bersama bagi TKW / TKI yang meninggal di luar negeri. // delegasi (juan pesau)

Editor: Hermen Jawa 

Komentar ANDA?