Mataram, Delegasi.Com – Menko Kemaritiman, Luhut Panjaitan mngatakan pemerintah tidak punya niat untuk berhutang hanya sekedar berpesta pora pada momentum pertemuan IMF di Bali.
pernyataan Luhut tertuang dala press rillis Biro Informasi dan Hukum Kemenko Bidang Kemaritimanyang diterima delegasi.com, Selasa(9/10/2018) ketika mengunjungi korban gempa Lombok bersama Direktur IMF. Luhut saat ditanya wartawan, mengatakan kedatangannya beserta rombongan untuk menunjukkan simpati kepada para korban yang terkena gempa.
“Kedatangan kami ini sebagai bukti bahwa kami, pada pertemuan tahunan tersebut tidak berpesta-pesta seperti yang dikatakan sebagian orang, kami datang kesini untuk menyampaikan simpati kami. Lalu saya ingin sampaikan juga tidak ada rencana kami dari pemerintah untuk berhutang kemana-mana. Kita negara berdaulat,” ujar Menko Luhut.
Direktur IMF, Ms. Lagarde pun meyakini ekonomi Indonesia saat ini tidak membutuhkan utang.
“Apakah Indonesia mau menerima pinjaman dari IMF?, jawabannya tidak, karena ekonomi Indonesia sekarang ini berada di tangan yang sangat baik,” katanya.
Ms. Lagarde mengatakan saat memutuskan Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan tahunan tersebut, pihaknya tidak pernah memprediksi akan terjadi bencana alam di negara ini.
“Kami tidak akan pernah tahu bahwa Gunung Agung di Bali akan erupsi, gempa akan melanda Lombok dan Sumbawa, dan gempa disertai tsunami akan melanda Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah. Yang kami tahu Indonesia adalah yang terbaik dan ketua tim, yaitu Pak Luhut yang merencanakan ini, betul-betul dapat kami percayakan untuk penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-World Bank di Bali,” ujarnya.
Ms. Lagarde mengatakan mereka tidak membatalkan pertemuan di Bali karena akan mengakibatkan banyak orang akan kehilangan pekerjaan dan upaya yang dilakukan selama ini menjadi sia-sia.
“Kalau kami batalkan tentu saja akan menjadi sebuah penghinaan… sehingga kami putuskan kami tetap akan datang,” katanya saat menyampaikan kata sambutan.
Menko Luhut mengatakan banyak manfaat yang bisa diambil dari penyelenggaraan pertemuan tahunan ini seperti proyek-proyek infrastruktu, pariwisata dll.
“Manfaatnya banyak sekali, nanti anggota OKI kita bawa ke Lombok setelah pertemuan IMF, soal pendanaan syariah,” katanya.
Ms. Lagarde mengatakan pada kunjungan ini, dia membawa sumbangan sebesar Rp 2 miliar dari para karyawan IMF dan dana tersebut akan dialokasikan untuk Lombok dan Palu. Pada kesempatan kali ini Menko Luhut, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia menyampaikan sumbangan sebagai wujud rasa simpati kepada para korban.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menetapkan Lombok saat ini dalam penanganan transisi darurat ke pemulihan. _Ground breaking_ rumah dan bantuan untuk korban segera dicairkan.
Menurut BMKG gempa bumi magnitudo 6,4 yang terjadi pada 29 Juli 2018 merupakan awal dari rangkaian Gempa Lombok 2018. Pada 9 Agustus 2018 pukul 12.25 WIB, gempa dengan kekuatan 5,9 kembali terjadi. Sepuluh hari kemudian terjadi dua gempa dengan kekuatan lebih dari magnitudo 6,0 yang terjadi lebih ke arah timur.
Provinsi NTB mencatat jumlah korban meninggal akibat gempa Sumba per 1 Oktober 2018 mencapai 564 orang. Sedangkan jumlah korban luka-luka tercatat 1.584 orang.
Menurut data BNPB sampai bulan lalu, total rumah rusak sebanyak 167.961 rumah.
Dengan rincian, Lombok Utara 38.497 rumah rusak, Lombok Barat 55.924 rumah rusak, Lombok Timur 15.642 rumah rusak, Lombok Tengah 27.039 rumah rusak, Mataram 6.894 rumah rusak, Sumbawa 8.604 rumah rusak. //delegasi (hermen)