Astaga, Kebun Kelor Covid-19 di Trans Waiwerang-Ile Boleng Hangus Dilalap Api

Avatar photo
Kebun Kelor yang hangus dan sebuah pondok yang sepih, di Jalan Trans Waiwerang-Ile Boleng. (Delegasi.Com/BBO)

ADONARA-DELEGASI.COM– Astaga, sial dan menyedihkan! Dosa siapa lagi, sampai tangan nakal membakar hamparan Kebun Kelor, yang terletak di Jalan Trans Waiwerang-Ile Boleng, Pulau Adonara, yang dibiayai dari Program Padat Karya tahun 2020, dalam rangka pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 itu.

Kebun Kelor Covid-19 yang sempat jadi topik hangat dan mendapat sorotan publik itu, kini sebagian hamparannya hangus, sehingga membikin sebagian tanaman Kelor yang telah tumbuh, meski masih rendah dan kerdil itu pun nyaris tak ditemukan lagi.

Ini tampak Kebun Kelor yang terletak di Jalan Trans Waiwerang-Ile Boleng, yang hangus dilalap api. (Delegasi.Com/BBO)

 

Hanya tersisa tiang-tiang Bambu, yang dipasang sebagai tanda disekitar tanaman Kelor, saat disambangi Delegasi.Com, belum lama ini.

Padahal, kebun ‘proyek dana covid-19’ ini, di hamparan lahan yang lazimnya menjadi areal padang pengembalaan ternak Sapi dan Kambing milik Tuan Kebun itu, sempat digadang-gadang bakal jadi ‘mesin uang’ baru bagi pemulihan ekonomi Flotim dan masyarakat.

Saat disambangi Delegasi.Com, selain tersisa hamparan yang tak dilalap api, dengan tiang bambu kecil sebagai tanda, namun masih ada sebagian areal yang tak dimakan api, dengan Kelor yang masih hidup.

Tak ada satu orang pun yang ditemui di areal kebun Kelor itu.

Hanya sebuah pondok yang sepi, tanpa tuan kebunnya.

Penampakan Kebun Kelor di Jalan Trans Waiwerang-Ile Boleng, yang sebelumnya penuh rumput hijau, dan Tanaman Kelor, yang kerdil dan tidak subur. (Delegasi.Com/BBO)

 

Tak ada juga papan nama kegiatannya, padahal luas kebun Kelor, program padat karya pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19 itu, dibawah Dinas Perkebunan dan Peternakan Flotim, sesuai informasi yang disadap Delegasi.Com sekitar 3 hektar.

Sementara berapa besar nilai biaya program dan kegiatannya, belum ada data akurat yang diperoleh.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Flotim, Sebast Sina Kleden,SP, belum ditemui Media, dan diperoleh keterangannya, terkait kondisi Kebun Kelor Covid-19 di Adonara, tersebut.

Sebelumnya, beberapa warga, baik yang tinggal di Waiwerang dan Ile Boleng, yang bertemu dan ngobrol bersama Delegasi.Com, pun kerap mempertanyakan ihwal keberadaan kebun Kelor di areal Waibao-Got Hitam itu.

Pasalnya, areal itu lebih akrab dengan hamparan rumput ilalang yang jadi pakan ternak Sapi dan Kambing.

Juga rawan dilalap api saat musim kering dan angin kencang.

“Kok bisa yah, areal itu dibuka Kebun Kelor. Kan, biasanya juga orang lepas ternak disitu, karena daerah padang rumput.

Apalagi, saat musim kering, rawan api juga,”ujar salah seorang warga Waiwerang, yang kerap melintasi areal itu ke Ile Boleng untuk menimbang hasil komoditi, yang enggan disebut identitasnya.

Ia bahkan pesimis Kelor di areal itu bisa tumbuh dengan baik dan subur, jika tak diurus dengan baik.

Tentunya, diharapkan ada langkah cepat dari Dinas Perkebunan dan Perternakan Flotim untuk menyelamatkan program padat karya Kelor tahun 2020 di Adonara ni agar bisa berhasil.

Terlihat Tanaman Kelor kecil, dan tanda tiang Bambu di Kebun Kelor, Jalan Trans Waiwerang-Ile Boleng, saat dipotret beberapa waktu lalu. (Delegasi.Com/BBO)

 

Tanaman Kelor yang mati dimakan api, lekas diganti kembali.

Demikian pula penjagaan kawasan Perkebunan Kelor ini diperketat, supaya jangan lagi ada musibah kebakaran.

(Delegasi.Com/BBO)

Komentar ANDA?