Sosbud  

BKH : ‘Berteriaklah’ Demi Perjuangan Keadilan Rakyat

Avatar photo
BKH
Calon Gubernur NTT 2018, BENNY K.HARMAN bertemu dgn sahabat sahabatnya di kampung Boking, Desa Boking Kecamatn Boking, Kabupatem TTS, Sabtu (27/10/2017) lalu. Baliho BKH selalu setia mereka jaga. Terima kasih warga Boking yg telah menjadi keluarga besar SAHABAT BKH...

Kupang, Delegasi.Com – Benny K. Harman  (BKH) selalu berteriak lantang demi penegakan hukum di negeri ini. Tak pandang bulu siapapun pelanggar hukumnya pasti akan dia tegur dengan tanpa segan. Buku  BKH terbaru berjudul “No Justice, No Peace”!, dengan tegas mengurai soal ketikdaadilan hukum di negeri ini.  Buku tersebut sebuah bukti soal   kegelisahanya atas praktik-praktik ketimpangan dalam penegakan hukum yang tidak berpihak kepada rakyat. Ia menyoroti berbagai fenomena yang terjadi mengkritisi dan memberikan Solusi.

BKH, politisi asal NTT yang begitu popular di tingkat nasional  kembali mencalonkan diri  menjadi gubernur NTT. BKH kembali ke NTT  tidak untuk mengumpulkan harta atau kekayaan. Dalam setiap kesempatan BKH selalu bilang,  kembali ke NTT adalah sebuah panggilan jiwa –Nurani- yang selalu terngiang di telinganya.

“Saya sudah punya segalanya. Saya sudah selesai dengan diri saya sendiri. Saya ke NTT, karena beban moril. Rakyat NTT sudah memberikan saya segalanya. Saya harus membuat rakyat NTT ikut  menikmati kebahagiaan bersama saya”, kata BKH ketika ditanya ketika alasan mengapa maju di pilgub kali ini.

Provinsi  NTT menurut BKH punya potensi sumber daya alam yang luar biasa besar.Sayangnya tidak maksimal dimanfaatkan. Sehingga NTT sering tertinggal  dari aspek ekonomi dengan provinsi lainya di Indonesia.

BKH bukanlah ahli pertanian.  Tetapi dia sering berkeliling di daerah lain ataupun Negara lain. Dari sana dia bejar banyak soal kehidupan petani di wilayah itu. itu pasalnya, ketika ketika berdiskusi soal ekonomi kerakyatan di NTT,  dia tampak selalu bersemangat. Dan tidak sedikit dia member solusi bagaimana para petani di NTT bisa keluar dari ketidakberdayaan ekonominya.

NTT kini berusia 59 tahun. Namun hingga saat ini banyak penduduk dirundung dalam  kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik NTT,  pada akhir 2016, dari 5,2 juta penduduk NTT,  sebanyak 1, 1 juta tergolong penduduk miskin. NTT pun kembali jatuh sebagai  provinsi termiskin ketiga setelah Papua dan Papua Barat.

“Tentu saja kita prihatin dengan melimpahnya penduduk  miskin di NTT. Boleh jadi secara etikpun kita malu mengetahui  NTT terpuruk. Namun lebih dari itu  kita perlu bangkit dari kemiskinan. Maka sudah saatnya merancang langkah-langkah yang lebih terukur agar NTT bisa bangkit dan keluar dari kemiskinan tersebut”, tulis BKH yang pernah di muat di HU Pos Kupang. //delegasi(hermen/*)

 

Komentar ANDA?