JAKARTA, DELEGASI.COM – Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) termasuk kategori Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) terendah, sedikit lebih tinggi dari Provinsi Papua dan Papua Barat.
Provinsi NTT berada pada level 66,11, sedang Papua yaitu 60,44 dan Papua Barat di 65,19, dilansir Pos Kupang.com.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan indeks pembangunan manusia (IPM) manusia berada di level 71,94 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan bila dilihat berdasarkan provinsi, DKI Jakarta tercatat memiliki IPM tertinggi yakni 80,77. IPM DKI tersebut lebih tinggi dibanding dari rata-rata nasional.
Kemudian diikuti Yogyakarta yang sebesar 79,97 dan Kalimantan Timur 76,24.
“PR yang perlu dipecahkan bersama ke depan adalah masih ada disparitas IPM yang tinggi di provinsi dan kabupaten/kota. Misalnya, di DKI Jakarta 80-an, tapi di Papua 60-an,” ujar dia ketika memberikan keterangan pers secara virtual, Selasa (15/12/2020).
Namun demikian, Suhariyanto menjelaskan pada tahun 2020 ini tidak ada lagi provinsi yang masuk dalam kategori IPM rendah.
Berdasarkan catatan BPS, DKI Jakarta sebagai satu-satunya provinsi dengan status capaian pembangunan manusia yang sangat tinggi, yakni di atas atau sama dengan 80.
Sementara jumlah provinsi dengan status capaian pembangunan manusia yang tinggi atau di kisaran 70 hingga 80 pada tahun 2020 adalah sebanyak 22 dan dengan status sedang atau di kisaran 60 dan 70 sebanyak 11.
“Sejak tahun 2018, tidak ada lagi provinsi dengan status pembangunan manusia rendah setelah IPM Provinsi Papua meningkat statusnya dari rendah menjadi sedang,” jelas BPS.
Untuk diketahui, Indeks pembangunan manusia mengukur kualitas hidup manusia yang dilihat dari kualitas kesehatan, pendidikan dan pengeluaran per kapita per tahun.
IPM dipakai untuk mengukur seberapa jauh program pembangunan yang telah dilakukan pemerintah untuk dapat meningkatkan kualitas hidup manusianya.
BPS mencatat, pengeluaran per kapita masyarakat Indonesia pada tahun 2020 ini sebesar Rp 11,01 juta. Jumlah tersebut turun 2,53 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 11,3 juta.
“Covid ini menyebabkan banyak masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan sehingga bisa dilihat pengeluaran per kapita turun,” ujar dia.
BPS melaporkan adanya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia ( IPM) Indonesia menjadi 71,39 di 2018. Angka tersebut meningkat 0,58 poin atau setara dengan 0,82 persen dibandingkan 2017 lalu.
Meskipun ada peningkatan, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan disparitas atau kesenjangan IPM antar kabupaten/kota masih tinggi. Kota dengan IPM tertitnggi saat ini dipegang oleh Yogyakarta dengan IPM sebesar 66,1, sementara di Kabupaten Nduga, Papua hanya 29,4.
“Jadi bisa dibayangkan keadaan pendidikan dan kesehatan di sana (Kabupaten Nduga), dan kembali lagi kuncinya kepada infrastruktur,” ujar Suhariyanto di Jakartam Senin (15/4/2019).
Sementara dari segi Provinsi, DKI Jakarta menduduki posisi sebagai provinsi dengan IPM tertinggi, yaitu sebesar 80,47 sementara Papua menduduki posisi Provinisi dengan IPM terendah yaitu 60,06.
“Tapi berita yang menggembirakan bahwa pada 2018 ini Provinsi Papua IPMnya sudah masuk kategori sedang. Tahun lalu nilai IPM Papua masih sebesar 59,09, masih di kategori sedang,” jelas Suhariyanto.
Untuk bisa mencapai pemerataan IPM di setiap daerah, Suhariyanto mengatakan berbagai program pembangunan ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintah harus berkualitas dan berlandaskan nilai-nilai sosial yang inklusif.
Melambat
BPS mencatat terjadinya penurunan nilai pengeluaran per kapita masyarakat akibat adanya pandemi Covid-19.
Hal itu menjadi salah satu pemicu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2020 yang hanya sebesar 71,94 atau hanya tumbuh 0,03 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, setiap tahun wajarnya pertumbuhan IPM di kisaran 0,5 persen hingga 0,6 persen per tahun.
“Covid ini menyebabkan banyak masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan sehingga bisa dilihat pengeluaran per kapita turun,” ungkap Suhariyanto dalam keterangan pers secara virtual, Selasa (15/12/2020).
BPS mencatat, pengeluaran per kapita masyarakat Indonesia pada tahun 2020 ini sebesar Rp 11,01 juta. Jumlah tersebut turun 2,53 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 11,3 juta.
Sementara, indikator lain dalam IPM mencatatkan perbaikan.
Dari sisi pendidikan, pada tahun 2020 anak-anak berusia 7 tahun memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,98 tahun atau hampirsetara dengan lamanya waktu untuk menamatkan pendidikan hingga setingkat Diploma I.
Angka ini meningkat 0,03 tahun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12,95 tahun.
Dari sisi kesehatan, bayi yang lahir pada tahun 2020 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 71,47 tahun, lebih lama 0,13 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya.(*)