Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupupaten Flores Timur bekerjasama dengan Indonesiana sebagai perpanjangan tangan Direktorat Jendral Pariwisata dan Kebudayaan pada bulan September yang akan datang kembali menggelar Festival senibudaya yang juga merupakan kelanjutan dari Festival Nubun Tawa pada 2018 yang lalu.
Festival ini kemudian disepakti dengan nama: “Festival Lamaholot Flores Timur 2019”. Festival seni budaya Lamaholot Flores Timur dirancang untuk menampilkan esensi khas Lamaholot yakni: “Puin Ta’an Uin To’u, Gahan Ta’an Kahan Ehan, Pai taan tou” atau “Mari Jadi Satu”.
Acara pembukaan akan berlangsung di Desa Bantala, Kecamatan Lewolema dan penutupan di Desa Kiwangona Kecamatan Adonara Timur. Festival yang digelar selama 5 hari di dua tempat berbeda itu, berlangsung dari tanggal 11 sampai dengan 15 September 2019. Acara telah dikemas secara baik yang juga siap digelar itu, menurut rencana akan di buka secara resmi oleh Dirjen Pariwisata dan Kebudayaan.
Penggunaan nama Festival Lamaholot kali ini menurut Bupati Anton Hadjon dikarenakan penggabungan dua Festival pada dua tempat yang berbeda yakni Festival Nubuntawa, Lewolema dan Festival Nusa Tadon Adonara yang pelaksanaanya bersamaan dalam satu paket kegiatan. Mengingat pelaksanaan kedua Festival ini berdekatan, maka Pemerintah memandang perlu menyatukan kedua Festival ini dengan nama Festival Lamaholot.
Dalam penyelenggaran Festival ini, kata Bupati Anton Hadjon, Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator dengan penggerak utamanya adalah masyarakat. Hal ini sejalan dengan semangat Festival itu sendiri yang berbasis pada masyarakat. “
Berdasarkan pengelaman tahun lalu dan tahun ini, menurutnya sudah terbukti bagaimana keikutsertaan masyarakat pemilik budaya dan Pemerintah Desa dalam mendukung pelaksanaan Festival. Sehingga diharapkan tradisi yang sudah berjalan ini tetap dipertahankan dari waktu ke waktu dengan tanpa menghilangkan nilai-nilai dasar budaya lamaholot.
Bupati Anton Hadjon, didampingi Kadis Pariwisata dan Kebudayaan, Apolonia Corebima, SE dan Kepala Bagian Humas Setda Flotim, Heronimus Lamawuran, S. Sos, juga berharap tradisi budaya yang baik ini harus bisa diwariskan kepada generasi yang akan datang. Karena itu pada Festival kali ini pemerintah melibatkan sekolah-sekolah. “Paling tidak mereka ikut menghadiri kegiatan ini, supaya tradisi yang sudah ada bisa terwariskan secara baik dengan segala nilai-nilai kelamaholotan kita, katanya.
Untuk pelaksanaan festival tahun ini panitia terus melakukan koordinasi dengan Pimpinan OPD dalam mendukung kegiatan Festival ini. ” Tadi saya sudah rapatkan dengan pimpinan OPD membicarakan khusus tentang bagaimana keterlibatan OPD dalam mendukung pelaksanaan Festival Budaya ini. Sehingga kepada semua Pimpinan OPD, saya sampaikan untuk mereka juga terlibat dalam pelaksanaan Festival tersebut, kata Bupati Anton Hadjon.
Dikatakan, setiap momen penyelenggaraan Festival pasti ada kelebihan kekurangannya masing-masing. Karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap Festival yang telah dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar dapat dilakukan perbaikan dan pembenahan terkait kekurangan yang dialami dari setiap Festival yang telah dilaksanakan itu. Karena menurutnya Festival juga merupakan momen dimana banyak orang bertemu, maka pemerintah mewajibkan OPD untuk dapat menghadirkan pelaku usaha dan pengrajin di daerah ini, untuk dapat memamerkan hasil usahanya masing-masing pada stand yang telah disiapkan oleh OPD yang bersangkutan. Sehingga dengan adanya Festival ini dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat.
//delegasi*/BBO)