ENDE, DELEGASI.COM – Kepala Balai (Kabalai) Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) X Kupang, Mochtar Napitupulu diminta untuk mengklarifikasi pernyataannya yang menyebut wilayah Satuan Kerja (Satker) PJN IV (Ngada, Nagekeo, Ende dan Sikka, red) sebagai ‘Jalur Gaza’ yang kontraktornya bersaudara tapi ‘saling gigit’.
Permintaan klarifikasi itu disampaikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ende, Baltasar Saiyatua (Anggota Komisi II dari PKPI, red) dan Yani Kota (Sekretaris Komisi II, dari Partai Berkarya, red) secara terpisah kepada media ini pekan lalu.
Menurut Saiyatua, pernyataan Kabalai Mochtar Napitupulu tentang ‘Jalur Gaza’ (seperti pengakuan Kasatker IV BPJN NTT, Achmad Trunajaya, red) mengarah kepada unsur SARA.
“Jadi tolong dijelaskan, apa maksudnya Kabalai mengatakan bahwa Ende adalah ‘Jalur Gaza’? Mungkin Kabalai punya maksud lain, tapi masyarakat bisa berpikir ke SARA (suku, agama, ras dan antargolongan). Tolong dijelaskan hal itu?” tandasnya.
Sepengetahuannya, lanjut Saiyatua, Jalur Gaza itu adalah di Timur Tengah, tempat diperebutkan Palestina dengan Israel.
“Jadi jangan menciptakan konflik baru bagi kita di Flores, khususnya di Ende. Janganlah?” ujarnya.
Menurut Saiyatua, tidak ada pengusaha ‘saling gigit’ untuk memperebutkan proyek di Ende. Apalagi membawa-bawa soal SARA di Ende.
“Karena kita itu adalah bersaudara. Persaingan itu biasa dalam dunia usaha. Tapi kita adalah satu, yaitu warga Negara Indonesia yang menganut dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,” tandas anggota Fraksi Amanat Keadilan Sejahtera DPRD Ende.
Ia menjelaskan, masyarakat di Flores, khususnya di Ende, tidak membeda-bedakan SARA. “Kita ini hidup rukun, damai, aman, dan tentram. Kabalai datang bertugas di NTT lalu mau menciptakan hal-hal yang tidak baik lagi. Tolong dipertanggung jawabkan itu,” tegas Saiyatua.
Hal senada juga dikatakan Sekretaris Komisi II DPRD Ende, Yani Kota. “Pernyataan Kabalai PJN X Kupang itu cukup ekstrim dan mengarah kepada unsur SARA. Padahal di Flores ini khususnya kami di Ende sini , hidupnya rukun-rukun saja, dan bersaudara semua. Jadi Kabalai PJN X Kupang harus klarifikasi pernyataannya tentang ‘Jalur Gaza’,” ujarnya.
Yani mengakui adanya persaingan antar pengusaha sebagai hal yang biasa. Namun ia membantah kalau ada saling cakar dan saling gigit antar pengusaha di Flores, khsusnya di Ende.
“Kalau saling cakar, saling gigit, salingh ribut diantara rekanan juga sama sekali tidak benar. Karena seluruh rekanan ini semuanya mereka bersaudara. Dan tidak akan mungkinlah terjadi ‘gigit-mengigit’ sesama rekanan,” tandas Sekretaris Fraksi Demokrat Berkarya DPRD Ende.
Menurut Yani, pernyataan Kabalai PJN X Kupang tentang ‘Jalur Gaza’ itu membuat Kasatker PJN IV menjadi ketakutan.
“Karena pernyataan itu, Kasatker Trunajaya ketakutan dan sampai saat ini tidak ada di tempat. Ini berarti, tidak ada kenyamanan Kasatker selama bertugas di Ende. Selama proses penanganan pekerjaan Jalan Trans Flores, ruas Ende-Detusoko, yang saya lihat dan saya amati tidak ada PPK dan Kasatker. Hanya ada Kabalai. Ada apa?” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kabalai PJN X Kupang, Mochtar Napitupulu menyebut wilayah Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Nasional IV (meliputi Kabupaten Ngada, Nagekeo, Ende dan Sikka, red) sebagai ‘Jalur Gaza’.
Kepala Satker (Kasatker) PJN IX NTT, Achmad Trunajaya, ST, MT mengungkapkan pernyataan Kabalai PJN X Kupang, Mochtar Napitupulu saat pelantikannya sebagai Kasatker pada awal Mei 2020 di Kupang.
0“Bapak disitu punya tugas cukup berat, karena PJN IV itu termasuk ‘Jalur Gaza’. Yang bilang jalur Gaza itu beliau loh, bukan saya loh. Waktu kami dilantik di Kupang, Pak Kabalai pesan di aku ditengah orang ramai yang hadir saat itu. Tidak ada utusan dari Flores. Mungkin aja tidak diundang tetapi untuk daratan Timor, semuanya hadir,” ungkapnya.
Sehingga ia ditugaskan untuk mengamankan wilayah kerjanya. “Kenapa disebut ‘Jalur Gaza’? Karena menurut Kabalai kontraktornya bersaudara, tapi saling serang. Saling gigit. Bahasa beliau begitu. Jadi saya dipesan, tugas Pak Truna adalah mengamankan itu dan mendamaikan mereka. Saya jawab siap,” ungkap Trunajaya.
Kemudian, lanjut Trunajaya, Kabalai mengatakan, “Trunajaya jangan senang dulu. Soalnya begini katanya, setelah mereka damai dan kompak, justru saya yang akan digigit oleh mereka. Dia (Kabalai, red) bilang begitu,” bebernya.
Mendengar itu, kata Trunajaya, ia menjadi bingung. “Tugas macam apa ini? Jadi ngeri sekali abang. Sudah mendamaikan orang. Orang sudah damai, saya pula yang digigit. Ini tugas yang benar-benar konyol. Saya jadi bingung. Dan banyak saksinya kog saat itu, Kabalai omong bahwa Flores khususnya Ende itu jalur Gaza waktu pelantikan saya,” ujarnya.
Trunajaya mengatakan, kontraktor-kontraktor yang hadir saat itu juga sudah tahu omongan Kabalai Mochtar Napitupulu. Achmad Trunajaya menduga, beredarnya pernyataan Kabalai Napitupulu itu mungkin mulai tersiar di kalangan masyarakat setelah ia berorasi sebelum diperiksa tim internal BPJN X terkait mosi tidak percaya dari bawahannya.
Sementara itu, Kabalai BJN Wilayah X NTT, Mochtar Napitupulu yang dikonfirmasi tim media ini Selasa (29/7/20) di Bandara Aroeboesman Ende, membantah pernyataannya sendiri.
“Bahwa di Flores ini banyak bencana alam, tanah longsor itu pasti. Tapi kalau soal ‘Jalur Gaza’ itu tidak pernah saya bicarakan. Kalau itu pengakuan Kasatker, ya…biarkan saja dia mau omong. Itu haknya dia,” kilahnya.
Menurut Napitupulu, ‘Jalur Gaza’ yang dimaksudkannya itu semata-mata jalur bencana. “Tidak ada ‘Jalur Gaza’ yang dikaitkan dengan unsur SARA. Itu juga tidak benar. Yang benar adalah, Flores ini jalur bencana,” tegasnya.
//delegasi (*/tim)