Ekbis  

Efek Festival, Kampung Kiwangona Sekejap Jadi Pasar Jagung Titi

Avatar photo

LARANTUKA, Delegasi.Com – Lepas dari helatan di Nubun Tawan Lewolema, efek Festival Lamaholot 2019 kini terus berlanjut di Nusa Tadon Adonara.

Kali ini menyasar langsung di jantung Desa Kiwangona. Dimana, kampung asalnya Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur, Apolonia Kewa Corebima,SE.M.Si itu, mampu ‘disulap’ dalam sekejap menjadi kampung dan pasarnya Jagung Titi.

Tampak Wabup Agus Boli sedang belanja jagung titi milik Mama Paskalia asal Desa Gayak Ile Boleng. (Delegasi.Com/BBO)

 

Pasalnya, hampir sepanjang arena festival, dari pintu masuk kampung Dusun Lewoloba hingga Balai Desa Kiwangona dipenuhi dengan stand ibu-ibu dan anak-anak gadis desa yang sedang duduk berkelompok meniti jagung.

Ada sekitar 150 orang jumlahnya. Mereka didatangkan dari beberapa desa di Pulau Adonara. Selain, desa-desa di Kecamatan Adonara Timur seperti Desa Tapobali, Lamalota,dan desa terdekat lainnya. Tetapi, ada yang datang jauh-jauh dari Desa Tuwagoetobi Kecamatan Witihama, hingga Desa Gayak, Neleblolong dan Nelelamawangi I Kecamatan Ile Boleng.

Pantauan langsung media, mereka nampak antusias dan penuh rasa gembira, meski harus duduk berpeluh keringat menahan panasnya api dan asap.

Inilah stand pameran jagung titi di Kampung Kiwangona, yang seketika berubah jadi pasar jagung titi. (Delegasi.Com/BBO)

 

Sambil terus meniti jagungnya dan sesekali harus melayani para tamu serta pengunjung festival yang datang sekedar bertanya, berfoto selfi hingga membeli jagung titi.

Termasuk saat melayani pertanyaan awak media. Mereka terlihat begitu setia dan mencintai festival Lamaholot 2019 ini.

Hebatnya lagi, saat ditemui dan diajak ngobrol, mereka pun mengaku bangga bisa datang.

“Iyah, kami merasa bangga bisa hadir. Seperti sedang berada dikampung halaman sendiri. Siapa tahu kedepan bisa ada perhatian dari pemerintah. Minimal bisa bantu pasarkan jagung titi ini Pak. Atau beri kami modal usaha,”ujar Mama Marta Bulu Demon, Elisabeth Sedo Muda Makin dari Kampung Nelelamawangi I, Samiola Uba Wara asal Neleblolong serta Paskalia Solot dari Desa Gayak, Kecamatan Ile Boleng, datar.

Kelompok Ibu-ibu dari Tuwagoetobi Witihama yang dikoordinir Petronela Bengan Doro, terlihat sedang menjual hasil jagung titinya di festival Lamaholot 2019, Desa Kiwangona. (Delegasi.Com/BBO)

 

Demikian pula dengan Mama Petronela Bengan Doro asal Desa Tuwagoetobi, Witihama, saat ditemui terpisah di standnya. Bengan Doro bahkan datang bersama 32 ibu-ibu dan 5 anak gadis peniti jagung memenuhi undangan panitia.

Mereka didampingi langsung Kades Tuwagoetobi, Yohanes K.Lamatokan dan Ketua BPD, Kamilus Tupen Jumat.

Sebagaimana disorot media, kampung Kiwangona pun berubah seketika jadi pasar jagung titi.

Dan, geliat sosial ekonomi dari helatan seni budaya ini pun langsung terasa. Pamor festival Nusa Tadon seketika naik.

Tak pelak, rombongan Bupati Anton Hadjon bersama istri, Wakil Bupati Agus Boli, Tokoh adat Larantuka, Don Martinus,DVG, para pejabat Setda Flotim, Tim Indonesiana hingga tamu undangan seperti Danramil 1624-02 Adonara, Mayor.Inf. Agustinus Koten pun terlihat begitu ceria.

Mereka bahkan sempat berlama-lama berada di stand-stand jagung titi tersebut untuk menikmati renyah dan gurihnya jagung.

Seperti yang dilakukan Wakil Bupati Agus Boli dan Don Martinus,DVG saat mengunjungi standnya Mama Marta Bulu Demon,dkk.

Saking senangnya, Kedua tokoh ini bahkan sampai ikut coba meniti jagung. Wabup Agus Boli dan Don Martinus,DVG kepada media memberi apresiasinya.

“Saya kira ini warisan budaya yang mesti terus dilestarikan.Kita mesti berbangga dan mari kita dukung usaha yang ditekuni oleh Ibu-ibu dan anak-anak gadis kita ini.

Sudah saatnya Pemerintah harus bantu mereka modal dan buka pasar,”ujar Bapak Don Martinus, singkat.

Sementara Wabup Agus Boli pada kesempatan itu nyatakan, pemerintah siap membuka akses pasar jagung titi kedepan.

Minimal untuk snack di lingkungan kerja pemerintah.

“Saya kira ini ide yang bagus. Dan, kita dukung. Tapi, tolong agar kualitasnya dijaga dan bisa terus memenuhi permintaan pasar,”ujarnya sembari memberi motivasi.

Jagung titi milik Mama Marta Bulu Demon,dkk inipun ternyata laris terjual.

Banyak pengunjung pun membelinya sebagai oleh-oleh. Termasuk Kepala Kesbangpol, Andreas Kewa Ama,SH.

Harga jualannya berkisar dari Rp.20.000 hingga Rp.100.00 per kantong plastik besar.

Kepada media, Mama Marta Bulu Demon,dkk pun mengaku kalau membawa pulang Rp.150 ribu dari hasil jualan jagung titinya tersebut.

Sekedar tahu saja, tampilnya ibu-ibu dan anak-anak gadis peniti jagung, yang berjumlah 150 orang itu menjadi ikon tersendiri di Festival Lamaholot 2019 Nusa Tadon Adonara.

Mereka seolah memantik mata pemerintah kabupaten Flotim dengan Gerakan Selamatkan Tanaman Rakyatnya.

Bahwa sudah saatnya Dinas Pertanian besutan Anton Wukak Sogen tidak boleh melihat jagung dengan sebelah mata.

“Tetapi, betul-betul menjadikannya sebagai komoditi primadona unggulan Flotim yang high class. Dan, membuat rakyat Flotim sejahtera.

Bayangkan saja, jika satu hektar dengan hasil 10 ton, lalu harga satu kilo minimal Rp. 5.000, maka sudah menghasilkan Rp.50 juta.

Belum diolah jadi jagung titi dan pakan ternak. Maka banyak orang Flotim yang akan jadi kaya mendadak.

Dan, bisa pilih makan siang di Amerika,”pungkas Kamilus Tupen Jumat,keras. Petani Jagung ini disergap media disela-sela stand pameran Jagung Tuwagoetobi saat sedang asyik diskusi tentang jagung bersama Ketua KPU Flotim, Kornelius Abon Taby,SE, yang juga berlatar belakang aktivis Yaspensel Keuskupan Larantuka, yang bergerak di bidang pemberdayaan petani.

//delegasi(BBO)

Komentar ANDA?