Gubernur NTT Ajak Petani Lakukan Diversifikasi Pangan

  • Bagikan
Lonto Leok atau Urung Rembug tentang pengelolaan pangan di NTT saat acara  penutupan Hari Pangan Sedunia (HPS)  ke-39 Tingkat Provinsi NTT dan Pameran Pangan Lokal di Borong,  Manggarai Timur, Jumat (27/9/2019).//Foto: Humas Setda NTT(Delegasi.Com)

BORONG, Delegasi.Com – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, mengajak petani untuk melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan di kebun atau lahannya.
Hal ini untuk menghindari ketergantungan pada salah satu tanaman pangan. Demikian rilis Humas Setda NTT yang diterima Delegasi.Com, Jumat(27/9/2019).

“Kita harus melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan.  Kita berkewajiban mewujudkan penganekaragaman pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh kita, ” jelas Gubernur Viktor dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah NTT,  Benediktus Polo Maing saat acara  penutupan Hari Pangan Sedunia (HPS)  ke-39 Tingkat Provinsi NTT dan Pameran Pangan Lokal di Borong,  Manggarai Timur,  Jumat (27/9/2019).

Tema yang diangkat adalah _Meningkatkan Potensi Pengelolaan Sumber Daya Lokal Menuju NTT sehat dan NTT Sejahtera._ Dengan motto _Menjadikan Pangan Lokal NTT Berdaya Saing Global._

Sekretaris Daerah NTT, Ben Polo Maing //Foto: Dok. Humas Setda NTT(Delegasi.Com)

 

Gubernur menegaskan, NTT punya beragam potensi pangan lokal yang tersebar luas di seluruh wilayah NTT.  Baik yang tersedia di kebun,  sawah,  ladang, laut dan hutan. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan dan mengembangkannya.

“Namun dalam kenyataannya, kebutuhan pangan kita masih didatangkan dari luar NTT. Selama ini,  kita mendatangkan beras,  jagung, kedelai,  buah-buahan, bawang dan sayuran dari luar NTT.  Melihat potensi-potensi yang kita miliki di lapangan,  saya optimis kalau kita semua bekerja keras,  kita bisa memperoleh hasil optimal juga bisa mandiri dalam hal ketersediaan pangap lokal,” jelas politisi Nasdem tersebut.

Mantan Ketua Fraksi Nasdem itu mengharapkan agar pengembangan menu berbasis pangan lokal harus terus ditingkatkan. Tidak berhenti di meja pameran.

“Kreasi ibu-ibu PKK berbasis pangan lokal harus disosialisasikan lebih lanjut kepada masyarakat agar dapat diterapkan di dalam masing-masing keluarga. Promosi pangan lokal harus diperkuat dengan pengembangan aneka kuliner berbasis pangan lokal yang bisa jadi ikon dari masing-masing kabupaten/kota,” jelas Gubernur.

Kandidat Doktor di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu secara khusus memgingatkan kembali masyarakat NTT untuk mengembangkan kelor. Tanaman tersebut menjadi pohon masa depan yang diandalkan untuk atasi masalah kekurangan gizi dan stunting.

Lonto Leok atau Urung Rembug tentang pengelolaan pangan di NTT//Foto: Dok. Humas Setda NTT(Delegasi.Com)

 

“Tanaman kelor NTT termasuk yang terbaik di dunia sehingga bisa menjadi ‘emas hijau’ yang bernilai ekonomis tinggi.  Saya ajak seluruh masyarakat daerah ini untuk menanam kelor secara massal sebagai tanaman produksi dan mengkonsumsinya untuk kebutuhan gizi, “urai Viktor.

Sementara itu Ketua Panitia sekaligus Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan NTT, Yohanes Octavianus mengatakan, HPS bertujuan untuk mengingatkan pentingnya ketersediaan pangan sebagai hak hidup setiap manusia.

“Beberapa acara untuk menyukseskan HPS ini di antaranya sidak pangan segar asal tumbuhan di Pasar Inpres Borong dan kelompok tani. Dari hasil sidak ini,  masih ditemukan tanaman-tanaman yang gunakan pestisida di atas batas normal. Juga ada kegiatan lomba pangan lokal oleh ibu PKK, jalan santai,  lomba jajanan kreatif berbasis kelor, lomba stand pameran,  juru informasi dan stand terbaik,  kegiatan talkshow,  seminar dan pertemuan evaluasi,” jelas Yohames.

Sebelum penutupan acara,  diadakan kegiatan _lonto leok_ atau urung rembuk antara utusan para petani,  kelompok tani, PKK dan unsur pemerintah daerah.
Dalam kesempatan itu,  terungkap usulan dan permintaan dukungan dari pemerintah daerah terhadap pengembangan pupuk organik di NTT.

“Kami minta perhatian pemerintah untuk bisa batasi penggunaan pestisida yang berbahan kimia.  Karena menurut pengalaman,  beras atau pangan yang gunakan pupuk organik lebih mahal harganya dari pangan yang gunakan bahan kimia, ” jelas Marselus Rangkat, petani asal Manggarai Timur.

Dalam kesempatan tersebut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT memberikan bantuan kepada Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani (KWT) berupa dana insentif, ,traktor 2 buah, 1 mesin pompa air, benih.  Turut diberikan juga bantuan dari Dinas Peternakan  NTT berupa anakan lamtoro teramba,  polybac, vaksin Dan Collar dan obat-obatan ternak.

Juga diserahkan hadiah kepada juara lomba festival pangan lokal Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA),lomba citra menu jajanan kreatif berbasis kelor, lomba stand,  juru penerang (jupen)  dan poster.

Pada bagian akhir dibacakan deklarasi HPS ke-39 berupa dukungan bagi pengembangan pariwisata dengan upaya pengembangan holtikultura,  pengoptimalan pemanfaatan lahan dengan adanya kebijakan bupati/walikota,kampanyekan produk lokal di hajatan pemerintah dan keluarga, pekarangan instansi pemerintah harus ditanami pangan.

Selanjutnya HPS ke-40 ditetapkan akan dilaksanakan di Sumba Barat Daya.

Acara ini juga dimeriahkan oleh pentas tarian caci oleh siswa/siswi SMA di Borong, Manggarai Timur.

//delegasi(hermen jawa)

Komentar ANDA?

  • Bagikan