Guru Mesti Lebih Adaptif di Era New Norma

Avatar photo
Forum Kebijakan Kurikulum & Model Pembelajaran di Era New Normal, bersama Guru se-Kelubagolit, Rabu, 28/10/2020.(Delegasi.Com/BBO)

LARANTUKA, DELEGASI.COM – Para guru diajak lebih adaptif, inovatif dan kreatif dalam membangun kerjasama dengan para orang tua murid, agar kebijakan belajar dari rumah, dapat berjalan optimal. Sekaligus menghasilkan mutu pembelajaran yang berkualitas selama masa Pandemi Covid-19 ini.

Termasuk mampu beradapetasi dengan IT sebagai media pembelajaran seperti Whatshap dan Zoom, demi menjawab tujuan pendidikan yakni pembebasan dan pemberdayaan.

Demikian intisari pendapat yang disampaikan Koordinator Pengawas (Korwas) Guru Kabupaten Flotim, Philipus Kumanireng dan Ketua Yayasan Persekolahan Umat Katolik (Yapersuktim) Kabupaten Flores Timur, Romo Thomas Labina,Pr saat tampil sebagai narasumber bersama Wakil Ketua Komisi C DPRD Flotim, Muhidin Demon Sabon, dan Ketua AGUPENA Flotim, Maksimus Masan Kian, dalam forum ‘Kebijakan Kurikulum & Model Pembelajaran di Era New Normal’ bersama para Guru Kelubagolit di Aula SDK Hinga, Rabu, 28/10/2020, Pagi hingga Siang.

Romo Thomas Labina,Pr sedang sampaikan pikirannya tentang Masa Depan Pendidikan di Flotim di era New Normal, di Aula SDK. Hinga, Rabu, 28/10/2020. (Delegasi.Com/BBO)

 

Menurut Philipus Kumanireng, sebagai kurikulum hidup, maka guru mesti menjadi model yang patut ditiru.

Apalagi dalam suasana pembelajaran di rumah seperti saat ini.

“Guru jangan tinggal diam, namun Kerjasama dan penguatan peran orang tua di rumah sebagai pendidik utama dan terutama, agar program belajar dari rumah, harus tetap dilakukan.

Termasuk Guru harus turun mengenal dengan baik lingkungan, rumah dan penggunaan media-media pembelajaran terdekat.

Agar saat mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai kompasnya Guru, tepat sasaran.

Sekaligus dalam membuat dan membagikan Lembaran Kerja Peserta Didik (LKPD), diharapkan lebih sederhana dan adaptif,”ujar Kumanireng.

Ia menambahkan, para orang tua dan guru mesti terlibat bersama dalam membimbing peserta didik di rumah.

Misalnya, orang tua wajib merekam video belajar anaknya, lalu mengirimnya ke guru, supaya penilaian proses belajar bisa berjalan baik,”katanya lagi.

Demikian pula dengan para guru, mesti terampil dan cepat beradapetasi dengan IT, baik lewat Media Zoom dan WA.

Sementara itu, Romo Thomas Labina berharap agar para guru benar-benar menjadikan sekolah sebagai basis persemaian benih bagi masa depan peserta didik.

Sekaligus mampu menjawab tujuan pendidikan yakni membebaskan dan memberdayakan.

Karena itu, Dia meminta para guru agar lebih inovatif, kreatif dan adaptif dengan situasi saat ini.

“Iyah, Saya kira guru harus punya visi dan target yang jelas,”pungkasnya.

Pasalnya, sebut Dia, saat ini banyak orang pintar tapi picik.

Ia bahkan membeberkan banyak lulusan pendidikan tinggi saat ini yang justru tak bisa bersaing di dunia kerja.

Malahan, kalah jauh dibandingkan tamatan Sekolah Dasar, SMP dan SMA.

“Saya kira, perlu dilakukan refleksi bersama di Hari Sumpah Pemuda yang ke-92 ini tentang kemana dunia pendidikan kita saat ini, agar bisa bangkit,”tukasnya lagi.

Romo Thomas pun membandingkan format pendidikan di Eropa dan Indonesia sebagai bahan refleksi para guru.

“Di Eropa misalnya, pada tingkat TKK siswa diajak untuk mengenal diri, SD mengenal lingkungan, SMP mengenal bakat, SMA/SMK praktek/menghasilkan karya, sedangkan Perguruan Tinggi lebih mengarah pada Membangun/kematangan.

“Nah, ini berbeda dengan Indonesia, dimana siswa hanya diarahkan belajar dan ujian, sehingga praktis tak bisa bekerja profesional dan produktif setelah tamat.

Olehnya, banyak lulusan Perguruan Tinggi yang menjadi pengangguran,”kritiknya.

Pada bagian lain, Muhidin Demon Sabon, yang menyoroti aspek politik anggaran pendidikan, meminta para guru agar berani membuka komunikasi dan melawan berbagai ketidakadilan anggaran pendidikan yang terjadi selama ini di Flotim kepada Lembaga DPRD Flotim.

Termasuk berkaitan dengan kesejahteraan guru.

“Saya kira, para guru harus berani bersuara, keluar dari zona nyaman dan melawan perasaan itu.

Berbagai kendala yang dihadapi seperti sertifikasi guru, hak-hak guru yang diabaikan selama ini mesti dibuka, agar tidak menghambat kerja para guru di era new normal ini,”pungkasnya, serius.

Pihaknya, kata Muhidin, siap menjembatani kepentingan para guru.

Forum Guru Kelubagolit kali ini yang dihadiri cukup banyak orang, berjalan dinamis dan lancar.

Bahkan, pihak AGUPENA Flotim, yang dihadiri langsung Maksimus Masan Kian,dan rekan-rekannya, pun langsung tancap gas melatih para guru untuk tahu menggunakan media online sebagai media pembelajaran.

Dan, direspons dengan sangat baik oleh peserta forum.

Forum dialog ini secara resmi dibuka Romo Thomas Labina,Pr dan ditutup Koordinator Wilayah (Korwil) Pengawas, Jamil Demon Seza.

//delegasi (BBO)

Komentar ANDA?