Dirilis Sindonews.com dari laman Russia Today, buku itu mengeksplorasi upaya oposisi Katolik konservatif di AS untuk meluncurkan kudeta terhadap Paus Fransikus atau Paus Francis.
Salinan buku itu diberikan kepada Paus oleh sang penulis Nicolas Seneze, seorang jurnalis dari surat kabar Katolik Prancis La Croix, yang berada di atas pesawat kepausan pada hari Rabu.
“Bagi saya itu suatu kehormatan bahwa orang Amerika menyerang saya,” kata Paus yang bergurau ketika dia menerima buku itu. Dia bercanda bahwa buku tentang kritik terhadapnya akan menjadi kejutan besar.
Tetapi, juru bicara Vatikan Matteo Bruni berusaha untuk mengurangi ketegangan. Dia mengklarifikasi bahwa komentar Paus Francis dibuat secara informal.
“(Paus) Francis selalu menganggap itu suatu kehormatan untuk dikritik, terutama ketika itu berasal dari suara otoritatif atau, seperti dalam kasus ini, sebuah bangsa yang penting,” katanya, seperti dikutip Russia Today, Kamis (5/9/2019).
Terlahir dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio, Francis telah mendapatkan reputasi sebagai paus yang lebih “liberal”, dibandingkan dengan pendahulunya, John Paul II dan Benediktus XVI.
Hal itu menimbulkan kritik dari beberapa pejabat gereja dan kelompok pemikir sayap kanan. Buku Seneze menggambarkan, antara lain, bagaimana seorang mantan utusan kepausan untuk AS, Uskup Agung Carlo Vigano—telah menulis surat yang dipublikasikan tahun lalu—menyerukan agar Francis mengundurkan diri karena diduga menangani skandal pelecehan seksual Gereja Katolik.