SEBA, DELEGASI.COM – Sudah 10 tahun lebih, rakyat Sabu Raijua (Sarai) belum merasakan perubahan yang berarti. Air bersih masih sulit. Bahan bakar minyak (BBM) sulit didapat dan mahal. Generasi muda juga sulit mendapatkan lapangan kerja. Dan masih banyak persoalan yang dihadapi masyarakat Sarai.
Demikian disampaikan Calon Bupati Sabu Raijua (Sarai) nomor urut 2, Orient Riwu Kore saat menyampaikan visi misi Paket IE RAI pada sesi pertama debat publik yang digelar KPU Sarai, Selasa (3/11/2020).
Menurut Orient, Sarai butuh seorang pemimpin berwawasan luas, seorang pemimpin yang mampu membangun kampung halamannya. “Kami hadir membawa ilmu, wawasan, pengalaman serta budaya disiplin dan kerja keras untuk membangun Sarai,” ujar Orient didampingi Calon Wabub, Thobias Uly.
Visi Paket IE RAI, kata Orient, sangat jelas. Yaitu, mewujudkan generasi Sarai yang hidup dan bermartabat berlandaskan gotong royong. Hidup bermartabat dimana kebutuhan-kebutuhan utama rakyat harus dipenuhi. Fokus kami ada 10 point yaitu: pemenuhan air bersih, BBM, penyediaan lapangan pekerjaan, perhatian terhadap nelayan dan tani (petani kebun, petani rumput laut dan petambak garam), UMKM, pemenuhan listrik (Sarai Terang), pembangun infrastruktur (jalan, dermaga, dan lain-lain), pendidikan serta kesehatan.
Paket IE RAI menargetkan dalam waktu 3 tahun, masyarakat bisa merasakan hasil nyata di bawah kempemimpinan Orient dan Tobi. “Tentu ini bertahap, tapi kami jamin dan bersungguh-sungguh bahwa dalam 3 tahun masyarakat bisa merasakan perbedaan yang nyata dan perubahan yang terukur,” ungkap Orient seraya meneriakan ‘salam dua jari’, ‘salam perubahan’ dan ‘merdeka’.
Yang menarik, di awal penyampaian visi dan misi Paket IE RAI, Orient menceritakan sedikit perjalanan hidupnya sejak kecil hingga meraih kesuksesan. Ia mengaku lahir di Nunbaun Sabu dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang guru. Untuk membantu ekonomi rumah tangga, ibunya membuat kue dan menjaga kios kecil. “Kami anak-anak membantu berjualan kue keliling kampung. Sejak kecil saya berjuang untuk belajar, untuk hidup yang lebih baik sehingga bisa keluar dari penderitaan,” kenang Ori.
Setelah melewati perjuangan yang tidak mudah, Orient akhirnya bisa berhasil. Dari tidak punya apa-apa, hingga mencapai pendidikan tinggi di Amerika. Setelah 30 tahun di Amerika, ia kembali karena panggilan, kerinduan, kecintaannya pada tanah leluhur. “Karena itu saya ingin bicara dari hati ke hati dengan ina, ama, a’a, ari. Saya ingin Sarai berubah. Saya ingin menerapkan ilmu, wawasan dan pengalaman saya untuk membangun Sarai,” ungkap Orient.
//delegasi(*/tim)