ADONARA-DELEGASI.COM–Pesan moral sebagai umat Katolik di Paroki St. Martinus Hinga, agar senantiasa menjadi Daun Palma, yakni selalu hijau, segar dan tidak mudah layu, kering, menghidupkan, dan tidak boleh menjadi tipe manusia muka belakang serta suka menjual sesama untuk kenikmatan sendiri, yang disampaikan oleh Romo Hendrikus Raya Buan San Dosinaen,Pr, Pastor Paroki St. Martinus Hinga, dalam Misa Perayaan Minggu Daun Palma, memperingati Yesus Kristus memasuki Kota Yerusalem, rupanya menjadi renungan dan refleksi tepat, dengan apa yang sedang dialami para Wartawan di Flores Timur saat ini, memasuki Masa Pekan Suci menuju Hari Raya Paskah.
Pasalnya, ketika pegiat Media, para Kuli Pena ini gencar memberitakan serangkaian peristiwa penyelamatan calon Pekerja Migran Indonesia asal Flotim, mulai dari korban dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Katarina Kewa Tupen (21) di Medan, dan juga Katarina Kewa Kolin (42) bersama teman-temannya di Pelabuhan Makasar, serta berupaya keras membongkar jaringan kejahatan kemanusiaan ini, bersama Aparat Kepolisian dan Pegiat Kemanusiaan, baik di Flotim, Jakarta, Medan dan Makasar, kini dikejutkan dengan aksi tak terpuji, pencatutan nama sejumlah Wartawan di Flotim, untuk meminta uang kepada Warga yang sedang terlibat kasus rentenir, yang diduga kuat dilakukan Benedikta Noben Da Silva.
Baca Juga: Tak Ada Firasat Buruk, Selalu Berdoa Agar Anak Katarina Kewa Tupen Baik-Baik Saja
Direktris sebuah Yayasan Kemanusiaan di Flotim, yang selalu sibuk urusi Calon Pekerja Migran Indonesia, dan soal-soal kemanusiaan lainnya.
Modusnya, sebagaimana yang diceritrakan Wartawati Ritha Senak, dari Media Online, NKRI. Post.Com, dan Media Timor.Com, Oknum ini dengan menelpon korban kasus rentenir, (EM) meminta sejumlah uang untuk diberikan kepada 5 (Lima) Wartawan, yang mengikuti Wakil Bupati Flotim Agus Boli, datangi Anak-anaknya Katarina Kewa Kolin, korban TPPO yang diamankan Polisi di Pelabuhan Makasar.
“Padahal, Kami tidak pernah menyuruhnya dan tidak pernah bertemu warga tersebut.
Baru ketahuan, setelah Teman Wartawan Tribun Flores, Pos Kupang, Amar Ola Keda ditelepon dari Kantor Pusat bahwa meminta sejumlah uang kepada warga.
Amar Ola Keda, lalu menelpon Saya, untuk turun ke TKP, menemui Warga Elen Manuk.
Kami datangi Warga itu, dan mewawancarainya.
Ia (EM, red) membuka rekaman percakapan di telepon, ternyata diketahui bahwa yang menelpon minta uang untuk Wartawan, adalah Ibu Benedikta Noben Da Silva.
Baca Juga: Flotim Darurat Human Trafficking, Saatnya Dibangun BLK dan LSTA Pekerja Migran Indonesia
Akhirnya, Kami hubungi Ibu Benedikta Noben Da Silva, datang untuk diklarifikasi dan sudah diselesaikan baik-baik, sampai saling minta maaf serta damai, setelah Kami ancam untuk polisikan,”terang Ritha Senak.
Meski demikian sudah diselesaikan, namun aksi pencatutan Nama Wartawan untuk meminta sejumlah uang kepada Warga, langsung mendapat ragam reaksi, di Laman Media Sosial.
Tak terkecuali para Wartawan di Flotim pun langsung angkat bicara keras mengutuk tindakan ceroboh itu.
Ketua Group Persatuan Wartawan Lewotana (Pewarta) Flotim, Patman Werang, bahkan menulis dilaman Group Pewarta Flotim, dengan sangat tajam menohok.
Wartawan TVRI Biro Flotim ini, menulis dengan angel tajam, ‘Mencatut nama Wartawan, Direktris yayasan kemanusiaan peras warga’.
Lalu, menukil panjang,
Kasih Ibu tak lagi menembus sekat bermantelkan permata.
Permata bunda tak lagi berkilau, kini kilauan sinar kebohongan terkuak, mungkin esok nanti ada ceritra baru tentang praktek rampokan atas nama Wartawan, mungkin tertuturkan dari sejumlah korban, mungkin dengan kasus yang berbeda.
Baca Juga: Lagi,Warga Flotim Jadi Korban Perdagangan Orang, Ulah Calo TKI
Hari ini dengan kasus rentenir, bisa juga esok nanti ada ceritra dari pelaku kekerasan seksual anak dibawah umur pun terlitanikan.
Mungkin dan Semoga ini hanyalah ilusiku malam ini, efek dari tak bisa tidur!!!
Serendah itu harga diri dan harga dari sebuah profesi yang merupakan salah satu dari 4 pilar demokrasi bangsa???
Saatnya lawan dan tuntaskan kasus ini!!!
Demikian sikap protes dan menolak keras aksi rendahan tak bermoral pencatutan nama Wartawan, untuk minta uang tersebut.
Patman Werang, pun mengingatkan agar siapapun tak boleh melakukan hal ini lagi.
Sebab, bisa dipolisikan.
“Siapapun, yang merasa pernah diperas, diminta uang dengan mencatut nama Wartawan di Flotim, laporkan ke Kami supaya dituntut secara hukum,”tegasnya.
Komentar terhadap aksi kegamangan dan kacau oleh Direktris Yayasan Kemanusiaan ini, juga dilontarkan Wartawan Aksinews.Com, EkoraNTT. Com, Yurgo Purab, dengan narasi kemanusiaan, yang sedikit lebih santun, namun mematikan.
Yurgo Purab menulis, ‘Kerja-kerja kita harus ramah kemanusiaan. Justru disitu, martabat Kita sebagai manusia in se diukur.
Bukan soal sejauh mana Kita membantu, tapi soal ‘intensio dantis’.
Agama kemanusiaan harus lebih bergetar dari ego sektoral dalam bingkai-bingkai lembaga mana pun, yang menyatakan diri pro kemanusiaan, tapi membawa hasrat nama tertentu.
Amat disayangkan…perilaku. Sikap, cara berpikir, mentalitas yang hibuk, kacau, gamang bahkan khaotik,”tutupnya.
Rasa kecewa dan marah juga dilontarkan Awak Wartawan lainnya, yakni Amar Ola Keda, dari Pos Kupang.Com dan TribunFlores.Com, Teddi Kelen, dari Bentara.Com, Boni dari Zonalinews.Com, Eman Bataona, Elton dari BerandaTimur. Com, dan beberapa lainnya.
Lepas dari itu, renungan Minggu Palma oleh Romo San Dosinaen,Pr, tentang jangan menjadi manusia muka belakang, gampang berubah, sebentar jadi orang baik di depan, namun di belakang jadi orang jahat, hendaknya diresapi dan direfleksikan.
Agar saat memasuki pekan suci, mulai dari Rabu Abu, Kamis Putih, Jumad Agung, Sabtu Suci dan Minggu Paskah, senantiasa menjadi seperti daun Palma, yang selalu hijau, segar, tak mudah kering dan layu, boleh menjadi renungan moral yang menarik bagi pihak manapun, terutama pejuang kemanusiaan, agar tetap konsisten dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Sebab tak elok, jika mengaku pejuang kemanusiaan, menyelamatkan nyawa dari Tindak Pidana Perdagangan Orang, mengajak Wartawan sama-sama memerangi kejahatan Human Trafficking, Korupsi, dan lainnya, namun di saat yang sama, mudah mencatut nama Wartawan, hanya untuk niat mengambil uang korban yang dibela.
Atau, menepuk diri sebagai pengurus keagamaan, (Gereja, red) tapi sombong, angkuh dan gemar memecah belah umat.