KUPANG, DELEGASI.COM – Kepala Biro (Karo) Humas dan Protokol NTT, Jelamu Ardu Marius mengajak masyarakat NTT untuk menanggapi secara positif pernyataan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat yang menyebut jika dua pulau yaitu Sumba dan Timor menyumbang penduduk miskin dan bodoh paling banyak di NTT.
“Sebenarnya di balik diksi dari Bapak Gubernur ini terkandung ajakan, ayo mari kita berubah dan memperbaiki diri supaya kita tidak tertinggal,” jelas Marius Ardu Jelamu dalam keterangan pers di Ruang Media Center, Selasa (18/8).
Marius yang didampingi Kabag Pers, Pengeloaan Pendapat Umum dan Pepustakaan, Diani T.A Ledo mengatakan, kemiskinan dan kebodohan tidak hanya ada di dua pulau itu tapi juga ada di daerah-daerah lainnya di NTT.
Apa yang dikatakan Gubernur NTT terkait hal tersebut didasarkan pada data statistik. Berdasarkan data penduduk miskin yang dirilis BPS tahun 2019, total penduduk miskin yang ada di 10 kabupaten di dua pulau tersebut adalah 619.400 jiwa.
Pulau Flores yang terdiri dari delapan kabupaten punya penduduk miskin sebanyak 367.800 jiwa. Sisanya sebanyak 159.000 jiwa tersebar di Sabu Raijua, Rote Ndao,Lembata dan Alor.
Bila dilihat lebih spesifik lagi menurut Jelamu, data statistik BPS pada tahun 2019, enam Kabupaten dengan jumlah penduduk miskin tertinggi (dalam ribuan jiwa) masing-masing TTS 130, 3, Sumba Barat Daya 96,3, Kabupaten Kupang 92,0, Sumba Timur 77,4, Manggarai Timur 75,8, Manggarai 69,3.
Untuk 6 kabupaten dengan indeks kedalaman kemiskinan tertinggi mencakup Sumba Timur 8,57, Sumba Tengah 7,57, TTS 6,68, Sabu Raijua 6,20, Sumba Barat 5,11 dan Rote Ndao 5,08.
“Sementara 6 kabupaten dengan indeks keparahan kemiskinan tertinggi yakni Sumba Timur 3,14, Sumba Tengah 2,20, TTS 2,09, Sabu Raijua 1,78, Sumba Barat 1,37 dan Rote Ndao 1,33. Rata pengeluaran per kapita per bulan dari masyarakat NTT adalah Rp.373.992 , berada di bawah batas garis kemiskinan yang ditetapkan nasional pada Maret 2020 sebesar Rp. 454.652 ” jelas Marius.
Lebih lanjut, Marius mengungkapkan, kemiskinan tidak berdiri sendiri. Terkait juga dengan indikator-indikator lainnya seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, sosial budaya dan indikator lainnya.
“Orang menjadi miskin bisa karena kemampuan untuk kelola potensi dirinya kurang maksimal, atau karena sumberdaya alam yang ada di sekitarnya kurang,ataupun karena tanahnya tandus sehingga tidak bisa dikelola secara manual butuh teknologi dengan cost tinggi,” jelas Marius.
Dikatakan Marius, Pemerintah Provinsi NTT seperti yang ditegaskan Gubernur NTT dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus kemarin, tetap berupaya keras untuk mewujudkan visi NTT Bangkit Menuju Sejahtera walaupun dalam situasi pandemi Covid-19. Mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan, membangun infrastruktur, memajukan pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan serta pariwisata untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Menurut Jelamu, ketahanan ekonomi NTT terhadap dampak pandemi covid-19 sangat kuat. Kalau di triwulan kedua, ekonomi nasional terkontraksi pada minus 5,32 persen, NTT justru tumbuh 0,96. Sekali lagi kami mengajak masyarakat Nusa Tenggara Timur untuk membaca dan memaknai pernyataan bapak gubernur secara positif sebagai motivasi.
“Kita harapkan para bupati/walikota tetap menjaga trend pertumbuhan ekonomi yang positif. Semua komponen terkait lainnya seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, perbankan, kalangan industri dan pemangku kepentingan lainnya di momentum 75 tahun kemerdekaan RI agar bergandengan tangan membangun NTT menuju kesejahteraan dan meningkatkan semangat literasi,” jelas Marius.
Apresiasi untuk Dekranasda NTT
Dalam kesempatan tersebut Marius Jelamu atas nama Pemerintah Provinsi NTT sekali lagi memberikan apresiasi kepada Presiden Joko Widodo yang dalam dua momentum besar menggunakan pakaian adat dari NTT yakni saat sidang tahunan MPR pada Jumat 14 Agustus memakai pakaian adat Sabu Raijua dan pada upacara Peringatan HUT ke-75 RI pada Senin 17 Agustus menggunakan pakaiaian adat dari TTS.
“Terima kasih kepada Bapak Presiden telah memperkenalkan adat dan istiadat NTT ke panggung nasional dan internasional. Ini tentu memotivasi masyarakat NTT untuk terus menghargai dan melestarikan kekayaan intelektual warisan budaya kita. Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur selalu menghimbau dan memberikan contoh agar kita senantiasa bangga memakai tenunan khas NTT,” jelas Marius.
“Apresiasi yang tinggi juga kepada Dekranasda NTT di bawah kepemimpinan Ibu Julie Sutrisno Laiskodat. Kerja keras beliau dan jajarannya menyebabkan pakaian adat NTT bisa dikenal secara nasional dan di berbagai negara serta juga dikenakan oleh Presiden Jokowi,”pungkas Jelamu.
//delegasi (*/tim)