OPINI  

Kebebasan Seks Berujung Khilafah

Avatar photo
Poster berisi seruan Tauhid untuk selamatkan Negeri yang dibawa peserta Aksi Mujahid 212 di Simpang Patung Kuda, Monas, Jakarta. (Foto: Tagar/Deddy Hutapea)

Hari ini ada Parade Mujahid 212. Seruannya menegakkan khilafah di Indonesia. Terlihat dari spanduk-spanduk yang mereka bawa. Bendera-bendera HTI berkibar.

Oleh: Eko Kuntadhi

 

Sulit untuk melepaskan aksi ini dengan beberapa aksi sebelumnya. Aksi mahasiswa yang menolak RUU KUHP yang berakhir ricuh. Juga aksi pelajar yang tidak kalah ricuhnya.

Bisa dibilang, aksi Mujahid 212 ini adalah puncak untuk memanaskan situasi. Setidaknya mereka menjelaskan, aksi Mujahid inilah ujung dari seluruh aksi ricuh yang terjadi.

Yang menarik adalah seruan-seruan yang dibawa dalam aksi mahasiswa kemarin. Kebanyakan mengerucut pada penolakan pembatasan kebebasan individu. Seperti penolakan aturan tentang seks bebas.

Jangan kaget jika seruan khilafah saat ini menyatu dengan seruan kebebasan seks. Ujung dari semua ini hanya satu: gagalkan pelantikan Jokowi.

Lihat saja posternya. “Vagina bukan milik negara!”

“Ngapain negara mengatur urusan gue tidur sama siapa!”

Kita tentu aneh. Bayangkan, bagaimana bisa gerombolan yang berteriak syariah, bisa bergandengan tangan dengan mereka yang memperjuangkan seks bebas. Bagaimana bisa perempuan-perempuan bercadar, bisa satu ‘frame’ dengan perempuan yang membawa poster:vVagina bukan milik negara.

Tapi itulah kenyataanya. Mereka semua gak peduli apa yang mau diperjuangkan. Tujuan semuanya hanya satu — pelantikan Presiden 20 Oktober.

Maka anak-anak mengusung kebebasan seks kini bermesraan dengan mereka yang percaya pelaku seks di luar nikah harus dirajam sampai mati. Rajam maksudnya, dikubur sampai sebatas leher, lalu kepalanya ditimpuki batu besar sampai hancur.

Bagaimana mungkin anak-anak yang dalam tuntutan posternya bernuansa liberal kini menyatu dengan para pengusung khilafah.

Tapi tunggu dulu. Aksi-aksi mahasiswa dimotori oleh pengurus BEM di berbagai kampus. Mereka memobilisir mahasiswa-mahasiswa baru untuk turun ke jalan. Sudah jadi rahasia umum, pengurus BEM kebanyakan adalah mahasiswa didikan liqo atau pengajian-pengajian ala Ikhwanul Muslimin.

Artinya, di bawah boleh saja poster-poster yang dibawa mahasiswa seperti memperjuangkan kebebasan bergaul. Tapi sesungguhnya kakak-kakak kelas yang menggiring mereka ke jalan, adalah mereka yang bersimpati pada kaum islamis.

Jadi, tidak salah kalau Aksi Mujahid 212 yang menyerukan khilafah ini merupakan puncak tujuannya.

Khilafah gak akan tegak, jika Indonesia baik-baik saja. Jalan untuk menegakkan khilafah adalah dengan menciptakan kekacauan. Kerusuhan.

Puncak kekacauan adalah apabila politik mengalami gonjang-ganjing. Caranya dengan menyasar Presiden. Inilah paket sesungguhnya dari rangkaian aksi kemarin.

Ini juga yang menjelaskan kenapa anak-anak BEM menolak bertemu Presiden. Mereka memang hanya mau menyudutkan kepala negara.

Jadi jangan kaget jika seruan khilafah saat ini menyatu dengan seruan kebebasan seks. Ujung dari semua ini hanya satu: gagalkan pelantikan Jokowi.

//delegasi(sumber: tagar.id)

Komentar ANDA?