Jakarta, Delegasi.Com — Corak kain tenun khas Flores terbentang cantik di dalam Indonesia Pavilion. Salah satu pameran yang digelar oleh pemerintah yang bekerja sama dengan berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) di tengah ajang tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB).
Dirilis CNNIndonesia.com, tak seperti pameran pada umumnya yang beratap gedung mewah, kali ini pemerintah menata pameran itu dengan beratap dan berdinding bambu serta berlantai kayu.
Warna-warni kain Maumere, salah satu sentra penghasil kain tenun di Flores pun menjadi perhatian beberapa peserta yang berkunjung ke Indonesia Pavilion.
Rosvita, penjual kain tenun asal Maumere mengatakan banyak peserta dari warga asing yang berminat dengan produknya meski Indonesia Pavilion baru dibuka pagi ini, Senin (8/10/2018).
Hanya saja, minat itu memang baru sebatas bertanya terkait produk kain tenun Maumere.
“Warga asing suka karena kami kan menggunakan bahan pewarna alami, jadi di satu sisi tidak ada efek samping ke kulit,” cerita Rosvita, Senin (8/10/2018).
Bahan pewarna alami untuk kain yang digunakan antara lain kunyit, kapur sirih, dan dedaunan. Tak ayal, proses pembuatan untuk satu kain saja bisa memakan waktu hingga tiga bulan.
Dengan penuh kesabaran, Rosvita menjelaskan proses pembuatan kain maumerenya, termasuk proses pewarnaan kainnya.
“Awalnya kan kami ikat dulu kainnya, setelah itu diambil pewarna alamnya setelah itu direndam. Untuk satu warna saja butuh tujuh kali pewarna,” papar Rosvita.
Proses pewarnaan dan pembuatan kain yang panjang ini tak ayal membuat harga jual kain ini jadi cukup mahal. Satu lembar kainnya saja dibanderol sekitar Rp2,5 juta.
Selain kain panjang, dia tak cuma menjual Namun, ia tak hanya menyajikan kain untuk dipamerkan dalam Indonesia Pavilion, tetapi juga ada dompet dan tempat kartu nama bermotif kain tenun maumere.
“Untuk dompet sama kartu nama kami kerja sama dengan brand lokal asal Jakarta, jadi mereka membeli kain sama kami lalu baru diolah lagi,” jelas Rosvita.
Sayangnya, ia cuma membawa 12 kain untuk ajang IMF-WB. Padahal, dalam sekali pameran ia biasa membawa 50 buah. Namun begitu, ia sudah mengantisipasi jika ada banyak permintaan, maka konsumen bisa memesan dan akan langsung dikirim dari Maumere ke lokasi konsumen.
Dari sisi pendapatannya sendiri, Rosvita mengaku umumnya mengantongi setidaknya Rp50 juta per bulan. Angka itu belum termasuk jika dirinya mengikuti pameran dalam bulan tersebut.
“Tergantung ya, kalau ada pameran bisa lebih dari Rp50 juta,” jelas Rosvita.
Bagi yang penasaran dengan kain Maumere yang dijual Rosvita, peserta bisa datang ke Indonesia Pavilion hingga dua hari ke depan. Sebab, salah satu panitia Indonesia Pavilion Anindita mengatakan spot pameran kain Maumere akan berganti secara berkala dengan kain dari daerah lainnya, seperti dari Jawa.
“Nanti kainnya berganti-ganti, tapi jual beli kain bisa di Indonesia Pavilion satunya,” tutur Anindita.
Dalam hal ini, panitia IMF-WB membuat dua pondok untuk Indonesia Pavilion, di mana satu pondok lainnya dibuat khusus agar konsumen bisa membeli produk dari 46 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dipamerkan dalam Indonesia Pavilion.
Sebab, pondok Indonesia Pavilion satunya hanya diperuntukkan memamerkan budaya Indonesia, seperti kain tenun dan rumah adat dari berbagai provinsi.
//delegasi(CNN/ger)