Kelompok UMKM Binaan Bank NTT  “Hekang Dite” di Manggarai Kian Kreatif Bergeliat  

Avatar photo
Pius Rengka dan Lavny Manesi, tim juri Bank NTT untuk kepentingan Festival Desa Binaan Bank NTT disambut kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Hekang Dite di Desa Kajong, Kecamatan Reo Barat, Kabupaten Manggarai.//Foto: Selegasi.xom(Detakpasifik)

DELEGASI.COM, RUTENG  Meski perjalanan Pius Rengka dan Lavny Manesi, tim juri Bank NTT untuk kepentingan Festival Desa Binaan Bank NTT menempuh jarak 4 jam perjalanan Ruteng-Kajong, Rabu, 14 September silam, tetapi tim juri terhibur dengan suguhan inovatif  Kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Hekang Dite di Desa Kajong, Kecamatan Reo Barat, Kabupaten Manggarai, kian kreatif bergeliat.

Gagasan awal UMKM Hekang Dite tumbuh menyembul awal Agustus 2022 silam. Tetapi gegap gempita kreasi 10 ibu anggota UMKM Hekang Dite ditopang sangat kuat oleh pastor Paroki Kajong, Romo Bernard. Mereka, telah menghasilkan beberapa produk andalan yang bakal dipasarkan luas di Manggarai dan atau Flores pada umumnya.

Ditemui di destinasi wisata Bukit Batu, Desa Kajong, para anggota UMKM, Hekang Dite, menerangkan, hingga kini kelompok UMKM Hekang Dite telah berhasil memproduksi kecap, diracik dari bahan gula aren yang merupakan potensi lokal di daerah itu. Potensi lain berupa kacang kedelai dan sorgum.

Dilansir detakpasifik.com, salah satu tokoh kunci pendorong kreativitas para ibu itu adalah Romo Bernard. Pastor gemar pertanian ini dibantu serius oleh alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Undana, Angel Biu.

Kelompok UMKM Binaan Bank NTT, ‘Hekang Dite’ di Kajong, Manggarai //Foto: Detakpasific.com

Produk kecap, kreasi para ibu itu diberi nama Kecap Raping lantaran bahan dasarnya sebagian besar dari air nira yang diproduksi dari pohon aren. Populasinya cukup besar di daerah itu.

Nira pohon aren, selain menghasilkan batangan gula merah buatan lokal, juga dapat dikelola menjadi kecap manis. Cita rasanya tak kalah dengan kecap yang diproduksi luas di pasar modern. Bahkan jaminan kesehatannya sangat tinggi karena tidak diracik dengan bahan kimia lain yang mungkin merusak kesehatan manusia.

Pada tanggal 10-11 September silam, tutur Romo Bernard, kelompok Hekang Dite berhasil mengundang pakar pertanian ke Kajong untuk menjelaskan manfaat dan fungsi gula aren. Mereka ingin mengenal lebih detail bagaimana gula aren dikelola menjadi kecap dan bagaimana pula sorgum dan jagung dikelola menjadi bahan makanan yang berguna bagi manusia dan hewan dengan aneka jenis olahan.

Romo Bernard berkisah. Pada awalnya, dirinya melihat realitas potensial lahan milik umat di parokinya. Mereka memiliki aneka potensi. Tetapi, potensi hebat itu belum disentuh oleh kreativitas inovatif yang memadai. Lahan luas yang tersedia tampaknya tidak dikelola maksimal.

Padahal lahan berupa hamparan luas dan dataran rendah yang syarat humus itu dapat dimaksimalkan fungsinya sebagai sumber makanan dan aktivitas ekonomi. Karena itu, Romo Bernard bersama tim kerjanya melakukan serial upaya pemberdayaan (empowering), dengan memperkenalkan tagline UMAT BERUBAH.

Mereka kemudian melakukan kolaborasi berupa kerja sama dengan Bank NTT setempat. Kerja sama dimaksud berupa pemberian kredit merdeka terutama kepada para ibu dan jenis usaha mikro kecil menengah.

Pimpinan Bank Cabang Pembantu Reo, Adelbertus Alfian Hana (35 th), yang akrab disapa Alan itu sangat apresiatif. Gagasan kolaboratif itu didukung penuh oleh Pimpinan Cabang Bank NTT di Ruteng, Romy Radjalangu. Maka sejak awal Agustus 2022, kerja sama kolaboratif itu pun bergeliat dan bangkit berkembang seiring dengan semangat umat Paroki Kajong yang membara mendambakan kemajuan dan pembebasan dari lilitan kemiskinan.

Sementara itu, potensi lokal yang dimiliki Desa Kajong dan Paroki Kajong cukup beragam. Bukan saja hortikultura, kuliner, tetapi juga destinasi wisata yang dapat mengubah hidup para petani di situ.

Di Kajong terdapat sejumlah destinasi wisata berupa air terjun Tengku Siwa, Gua Waekuli, dan ada ular besar penghuni gua, sebagai ikon wisata potensial. Sayangnya, narasi tentang destinasi wisata Kajong belum disebar luas dan belum dikenal luas.

Sedangkan gula merah kini diubah menjadi kecap manis. Kecap pasti sangat dibutuhkan oleh seluruh ibu rumah tangga di seluruh Flores atau di tempat lain. Kecap yang diproduksi UMKM Hekang Dite diberi merek dagang Kecap Raping karena bahan dasarnya dari pohon enau, yang dalam bahasa lokal disebut raping.

Maka sejak intervensi Bank NTT melalui kredit merdeka, para ibu di Kajong kini bergerak cepat. Bahkan dalam waktu tidak terlalu lama akan ada dua orang Kajong dikirim ke Jepang untuk mengikuti pelatihan leadership pertanian dan lainnya. Satu di antaranya adalah Angel Biu.

Angel Biu, salah satu tokoh muda penggerak kelompok UMKM di Kajong. Dia berceritera bahwa Kajong bukan saja memiliki Bukit Batu Pos Wisata yang dapat memandang hamparan sawah 120 ha, di sebelah barat, tetapi juga di sekeliling bukit batu dapat dipantau aneka jenis hortikultura nantinya. Karena itu, umat Paroki Kajong, kini giat menyiapkan diri untuk menerima limpahan wisatawan yang mungkin jenuh di Labuan Bajo.

Kerja sama dengan Bank NTT, menurut Angel, sangat bermanfaat dan membantu gerakan perubahan di wilayah itu. Dapat diduga bahwa di masa depan, para ibu di Kajong akan bergeliat terus hingga Kajong menjadi salah satu pusat kuliner di belahan utara Kabupaten Manggarai, dan dapat mensuplai sayur, lombok dan hasil pertanian lainnya.

Karena itu, harap Angel, Bank NTT perlu terus terlibat dalam urusan packaging, dan mencari offtaker agar ada kepastian pasar dan kepastian harga.

Untuk sementara, upaya mereka menjual hasil kreasi dan inovasi para ibu dijual melalui pasar tradisional dan melalui media sosial, baik itu melalui akun Facebook dan WhatsApp, maupun Instagram. Tetapi masifikasi hasil belum tersedia, karena kendala ijin kecap manis masih dalam proses. Diharapkan hasil uji laboratorium dan ijin halal dapat segera diproses dan diterima.

Paroki Kajong sendiri menyiapkan sedikitnya lahan 6 ha, untuk tanaman hortikultura. Karena itu, pasaran dan kepastian harga sangat diperlukan.

Sekretaris Desa Kajong, Salesius Jehadi (42) menyetujui rencana ini dan pihaknya siap mendorong dan menggalakkan rakyat di Desa Kajong untuk bergerak bersama.

Hambatan dan tantangan

Menurut Salesius Jehadi, hambatan dan tantangan Desa Kajong masih banyak. Disebutkannya, rakyat Desa Kajong dapat berubah cepat manakala pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten membantu mesin pengolah kecap dan sorgum untuk masifikasi produksi kuliner berbahan lokal.

Kini umat dan rakyat Kajong telah mengolah kue kering sorgum, biskuit berbahan sorgum. “Nah aneka kreativitas ini perlu diapresiasi oleh pemerintah dengan cara membantu perangkat lain yang tidak dapat disediakan secara lokal,” ujar Salesius.

Hambatan lain ialah jalur jalan provinsi 20 km di ruas jalan Kajong-Kedindi masih rusak. Pihaknya mengharapkan agar pemerintah provinsi segera tuntaskan pengerjaan poros jalan Kajong-Kedindi ini agar mobilitas barang dan manusia lancar.

Jika arus jalan poros Kajong telah bagus, maka orang akan memilih jalan melalui Kajong menuju Labuan Bajo dibanding melalui Ruteng-Labuan Bajo, karena jarak tempuh dan waktu tempuh kian pendek.

Meski demikian, selaku perangkat Desa Kajong, dia mengapresiasi geliat pembangunan infrastruktur jalan provinsi karena sebagian besar jalan provinsi di kawasan Kabupaten Manggarai Barat hingga Kabupaten Manggarai, sebagian besar telah dikerjakan tuntas.

Dia dan masyarakat di Kajong menilai, Gubernur NTT Viktor Laiskodat maupun anggota DPR RI, Julie Laiskodat, adalah pasangan suami istri yang sama-sama gesit, baik dan peduli pada penderitaan rakyat.

“Pasangan ini sangat peduli dengan penderitaan rakyat. Hal ini terbukti dari kegiatan pembangunan yang dikerjakan selama ini,” ujar Salesius yang dibenarkan Romo Bernard.

//delegasi(dp)

 

Komentar ANDA?