Dirilis tribunnews.com, pernyataan Kwik Kian Gie ini ada di talkshow Indonesian Business Forum yang dipublikasikan oleh Talkshow tvOne pada 10 Mei 2018.
“Seandainya rupiah itu tidak merosot saya malah heran,” ucap Kwik Kian Gie.
Mantan Menko Ekuin itu mengatakan, Rupiah akan merosot terus menerus sampai tidak ada batasnya, sampai ada pimpinan yang sangat kuat mengerti persoalan dan berani membalikkan keadaan Rupiah.
Kwik Kian Gue juga memberikan perbandingan antara nilai tukar Rupiah dan nilai tukar mata uang beberapa negara tetangga Indonesia terhadap Dolar Amerika dalam 48 tahun terakhir.
Kwik Kian Gie memberikan perbandingan nilai tukar mata uang Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia terhadap Dolar Amerika dari 31 Desember 1970 sampai 10 Mei 2018.
Dalam pernyataannya, Kwik Kian Gie mengatakan bahwa dalam 48 tahun, Singapura mengalami penguatan nilai mata uang atau apresiasi sebesar 57 persen, Malaysia mengalami penurunuan nilai mata uang atau depresiasi sebesar 57 persen, Thailand mengalami depresiasi sebesar 52 persen, Filipina mengalami depresiasi sebesar 756 persen dan Indonesia mengalami depresiasi sebesar 3757 persen.
Atas dasar data tersebut Kwik Kian Gie menyimpulkan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat akan merosot terus menerus.
“Kalau sepajang 48 tahun seperti ini kenapa selanjutnya tidak (merosot),” ungkap Kwik Kian Gie lagi.
Kwik Kian Gie juga mengatakan merosotnya nilai tukar Rupiah ini bukan hanya masalah ekonomi saja, tapi Indoensia direkayasa oleh kekuatan asing untuk menjadi terpuruk dan bangkrut.
Diberitakan sebelumnya, Rupiah terpuruk ke angka Rp 14.938 per Dolar Amerika, bahkan semalam sempat tembus di angka Rp 15.029.
Dilansir dari data Bank Indonesia, pelemahan Rupiah juga terjadi pada masa krisis moneter tahun 1998 di era pemerintahan Presiden Soeharto.
Presiden Joko Widodo menegaskan, pelemahan nilai tukar terhadap Dolar Amerika Serikat bukan hanya terjadi terhadap Rupiah saja, tetapi juga mata uang negara lain.
“Tidak hanya negara kita, Indonesia, yang terkena pelemahan kurs, tidak hanya Indonesia,” ujar Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018), seperti dilansir Kompas.com.
Menurut Jokowi, pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan sentimen dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, dan krisis yang melanda Turki serta Argentina. //delegasi(Tribunnews)