LARANTUKA, DELEGASI.COM – Areal lokasi proyek yang sempit dan tidak bisa menjadi tempat pendropingan seluruh material dan bahan bangunan lokal maupun non lokal, di sekitar lokasi proyek, akhirnya berdampak serius pada melambatnya progress pekerjaan fisik proyek rehab total Puskesmas Lamabunga, Kecamatan Kelubagolit, senilai Rp.1.781.689.000, yang dibiayai Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2020.
Fisik proyek yang dikerjakan CV.FIZ, dengan pelaksana lapangannya Yoseph Semara Duran Kleden itu, pun tak bisa dipacu cepat, hingga baru menyentuh angka dikisaran 60 persen.
Yakni, dari fondasi, tembok halus seluruhnya, tiang beton, pemasangan kuda-kuda dan sebagian atap.
Lalu, siap dilanjut ke plafon dan keramik.
Meskipun, waktu kerjanya sesuai Kalender Kontrak Kerja tersisa 2 minggu, yakni pada tanggal 15 November 2020, terhitung sejak dokumen kontrak dimulai pada tanggal 15 Juni 2020.
Sementara pada bagian lain, seluruh material lainnya seperti kayu konsen, pintu, jendela, kuda-kuda, keramik, cat dan asesoris lainnya yang sudah disiapkan semua pun, terpaksa tak bisa dibawa ke lokasi proyek karena lagi-lagi terkendala tempat penyimpanan.
Demikian hasil pantauan dan fakta lapangan, maupun pengakuan langsung Pelaksana Proyek, Yoseph Semara Duran, Kepala Tukang, Ignasius Tukan dan Konsultan Pengawas, Aba Wahid, saat ditemui di lokasi proyek, Jumad, 30/10/2020, Pagi hingga Siang.
Menurut Semara Duran, sejak awal pihaknya memang sangat terkendala dengan tempat penyimpangan material proyek, sehingga progressnya tak bisa dikebut cepat.
Padahal, seluruh material, lokal dan non lokal, sudah sangat siap dari awal.
“Mulai dari pasir, batu, air, besi, semen, kayu, hingga tukang tidak ada masalah. Tapi, mau drop.dimana.
Sementara, tempat untuk drop material itu pun, luasnya tidak sampai 4 X 6 meter, dimana hanya bisa untuk tampung pasir pun paling banyak 3-4 reit.
Ini yang sangat menyulitkan.
Belum lagi, akses keluar masuk pekerja, dan berbagai peralatan seperti Molen, Truk hingga Exavator pun hanya satu jalur saja, yakni dari depan.
Tidak bisa dari samping, karena sudah masuk halaman Puskesmas dan mengganggu kerja pelayanan pasien.
Bayangkan saja, untuk kerja fondasi, sampai butuh waktu 2 bulan baru tuntas,”bebernya, serius.
Ia bahkan, menceritrakan untuk mempercepat progress fisik, dirinya terpaksa pernah mendroping material pasir dan batu puluhan reit di areal agak jauh dari Puskesmas, lalu menyewa orang untuk ambil secara manual ke lokasi proyek.
“Iyah, Saya terpaksa pakai cara itu untuk pasir dan batu.
Tapi, untuk besi terpaksa dikerjakan di rumah Saya yang jaraknya jauh dari lokasi proyek.
Demikian pula pekerjaan Kayu, dari konsen hingga kuda-kuda. Terpaksa kerja di luar semua.
Mau kerja disini tidak ada tempat untuk tumpuk Kayu,”timpalnya, lagi.
Kendati demikian, pihaknya, sambung Semara Duran, tetap berkomitmen menuntaskan pekerjaannya secara berkualitas.
Termasuk hadapi denda akibat keterlambatan fisik bangunan.
“Iyah, soal denda, jelas Kami siap hadapi. Itu sudah resiko. Tapi, bukan karena ada unsur lalai, tidak mampu atau sengaja to.
Saya boleh terlambat, tapi kualitas pekerjaan tidak kalah. Silahkan buktikan sendiri,”pungkasnya, bersemangat.
Pada bagian lain, Konsultan Pengawas, Aba Wahid, pun membenarkan kalau progress fisik proyek senilai Rp.1,781 M lebih ini melambat karena faktor sulitnya tempat untuk droping material dan akses keluar masuk pekerja hingga peralatan.
Walaupun, dirinya hampir setiap saat berada di lokasi proyek untuk memacu kinerja pelaksananya.
“Memang, untuk semua material hampir 100 persen siap. Dan, memenuhi standar.
Tapi, semuanya tak bisa dibawa ke lokasi.
Juga dari sisi kualitas fisik yang sudah dikerjakan, rata-rata baik dan memenuhi standar,”katanya, saat menjawab pertanyaan Wartawan, terkait campuran, kayu dan besi yang dipakai.
Hal yang sama juga diakui Kepala Tukang, Ignasius Tukan.
“Semuanya sesuai standar. Baik campuran, besi, kayu hingga finishing nanti.
Kami tetap kerja sesuai standar,”sambung Ignas.
Ia juga menambahkan, kalau faktor tidak ada tempat penampungan material, dan lokasi proyek yang sempit hingga susahnya akses keluar masuk pekerja serta peralatan maupun bahan, yang sangat berpengaruh pada lambannya pekerjaan.
“Pak Wartawan, bisa lihat sendiri dari luar hingga ke dalam ini. Semua material ditumpuk.
Belum lagi, mau dorong gerobak bawa campuran, pikul batu, kayu.
Mesin Molen saja belum bisa geser itu.
Bayangkan, saat pekerjaan di bagian belakang, Kami harus pikul batu dari depan, dengan jarak sekitar 50 an meter.
Mau lewat samping, tapi tidak ada jalur.
Ini yang buat lamban pekerjaan.
Padahal, jumlah pekerja dari awal sekitar 40 an orang.
Mau tambah lagi, tapi justru buat gerak tidak bisa cepat, karena tempat sempit.
Sekap kayu saja, terpaksa Kami kerja di dalam, karena di luar tidak ada tempat,”tohoknya, serius.
Ignas memastikan, pekerjaan atap, plafon dan keramik bisa tuntas saat masa kontrak selesai per 15 November 2020.
Sementara tahapan akhirnya, bisa tuntas sebelum masa Adendum 50 hari nanti.
Lambannya proyek ini pun disampaikan Raja Wati, salah seorang warga sekitar lokasi proyek, yang ditemui Media.
Ia bahkan, memuji kegigihan kerja Kontraktor pelaksana, pekerja proyek
dan konsultan pengawasnya, untuk tetap bertahan kerja sampai saat ini.
“Terus-terang, awalnya Kami ragukan pekerjaan ini bisa jalan hingga tuntas.
Karena, selain tidaknya tempat untuk drop material, namun kerja pembersihan lokasi proyek saja sangat sulit.
Sebab, jalur masuk hanya satu saja dan sempit.
Hingga pekerjaan galian dan fondasi pun, makan waktu 2 bulan.
Jadi, sangat wajar kalau pekerjaannya lambat sekali,”tukasnya.
Namun, pihaknya, sambung Raja Wati, optimis dan siap memberi dukungan penuh hingga proyek ini tuntas dan berkualitas.
//delegasi (BBO)