KUPANG, DELEGASI.COM – LSM CIRMA (Centrum Inisiatif Rakyat Mandiri) menjalin kerjasama dengan Pemerintah New Zeland membangun sumur bor dan reservoar untuk 150 KK di Dusun 4 Desa Tanah Merah Kecamatan Kupang Tengag Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur.
Demikian dikatakan Direktur CIRMA Indonesia, John Mangu Ladjar kepada wartawan di Kupang, Senin (25/10/2020).
“Kita kerjasama dengan Kedutaan Besar New Zeland untuk suplai air bersih bagi masyarakat Desa Tanah Merah melalui program pembangunan dan pengeboran reservoar. Pengeborannya sudah sampai kedalaman 75 meter dan airnya sudah didapatkan. Jadi sementara ini kami pasang casing untuk instalasi dan pembangunan bak penampung,” ujarnya.
Menurut John Ladjar, program suplai air tidak hanya sampai pada pengeboran, tetapi sampai ke titik-titik di kompleks hunian.
“Instalasi induknya disiapkan. Sementara di kompleks hunian ada beberapa titik. Jadi nanti disambung dari instalasi induk ke titik-titik yang ada di kompleks hunian,” imbuhnya.
Proyek yang memakan anggaran sebesar Rp 213,000,000 mencakup biaya pengeboran dan instalasi serta manejemen air bersih itu, targetnya akan selesai pada bulan Desember 2020.
Terkait managemen pengelolaan dan pemanfaatannya bagi masyarakat, John menjelaskan bahwa untuk pegelolaan air atau manajemen, akan diatur oleh tim yang sudah dibentuk oleh penerima manfaat program yang terdiri dari 6 hingga 7 orang.
Penerima manfaat program juga mengatur iurannya untuk pengoperasian pompa air. Mereka juga memiliki petugas teknis untuk mengatur akses air bagi seluruh masyarakat.
“Bahwa untuk satu bulan reservoar bisa menggunakan pulsa listrik sekitar Rp 200,000-Rp 250,000. Itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat. Biaya tersebut bagi warga masyarakat murah dibanding kondisi mereka sebelumnya yakni harus membayar air tengki Rp 80,000/bulan,” ujarnya.
John Ladjar menambahkan bahwa dengan adanya sumur bor untuk kebutuhan air bersih bagi 150 KK, nilainya sangat murah jika jumlah uang pulsa itu di bagi rata untuk 150 kk tersebut.
“Saya j bilang ke warga untuk tidak kasih tunjuk bahwa mereka susah- susah amat. Jangan sampai dengan iuran air Rp 2000/ bulan saja tidak bisa bayar. Jadi saya ngomong dengan warga, kalau mereka sanggup dengan biaya Rp 25,000/bulan, maka akan dipungut Rp 25,000/bulan. Itu termasuk biaya pemeliharaan instalasi,” bebernya.
“Nah, apabila setuju Rp 25,000/bulan, maka satu bulan ada uang Rp 1,400,000. Kalau sekitar 10 bulan, artinya uang mereka mencapai puluhan bahkan belasan juta. Jadi kalian bisa pake itu uang untuk pinjam-meminjam, kasi putar itu uang bisa jadi koperasi air. Atau saya bilang kios air. Jadi kamu membeli air di sini, tapi kamu menyimpan uang anda,” imbuhnya.
Menurut John Ladjar, tim pengelola air akan mendampingi pengelolaannya dengan baik. Dana tersebut pinjam bunganya Rp 10,000. Setiap bulan iuran Rp 20,000 hingga Rp 25,000 dikembangkan menjadi pemasukan dan bisa dimanfaatkan untuk pengadaan bibit tanaman sayur guna pengembangan usaha pekarangan.
“Atau bisa tanaman hortikultura atau pemeliharan ikan di kolam- kolam. Nah itu yang kita lagi rintis bersama mereka. Jadi konsep kita ialah ingin menjadikan dusun 4 model Dusun Hijau Desa Tanah Merah, Kecamantan Kupang Tengah,” paparnya lagi.
John Ladjar juga menjelaskan bahwa masyarakat dusun 4 Desa Tanah Merah masuk kategori kurang mampu. Mereka merupakan campuran antara warga Indonesia eks Provinsi Timor-Timor dan Warga Lokal. Jadi perbandingannya 60% warga Indonesia eks Tim-Tim dan 40% Warga Lokal.
LSM CIRMA hanya membiayai satu titik sumur bor untuk 150 KK. Mereka juga mendapat bantuan dari Pemerintah, Hanya model pendekatannya saja yang berbeda yakni memberi bantuan tidak mengikuti sampai lapangan.
LSM CIRMA ingin hadir langsung bersama masyarakat dan mengamati keseharian mereka dan kesulitan mereka.
“Saya bicara dengan mereka dan mereka cerita sendiri bahwa selama ini mereka dapat bantuan renovasi rumah berupa seng dan semen serta lain- lain, tapi mereka jual. Sekarang pola pendekatannya kita ubah. Kita akses ke pola hidup yang lebih layak dan kita ikuti mereka terus agar mereka tidak lalai dan menyalagunakan bantuan tersebut,” pungkasnya.
Jadi LSM CIRMA, lanjutnya, juga berusaha menjadikan masyarakat penerima manfaat program sebagai pengawas untuk bantuan (sumur bor, red) yang mereka terima .
“Jadi untuk program pembangunan reservoar air dan kebun contoh itu, ada warga yang menghibahkan tanahnya sebagai lahan contoh. Setiap warga yang ingin memakai air tersebut, harus menyiapkan bedeng di rumah. Kalau tidak mau menyiapkan bedeng, konsekuensinya tidak mendapatkan air,” ujarnya.
Ditanyai apakah penerima manfaat program tersebut menerima kebijakan dimaksud, John Mangu Ladjar menjawab bahwa masyarakat menerima.
“Kita pake surat pernyataan. WC, Kamar Mandi juga mereka buat surat pernyataan. Jadi surat itu ditandatangani, setiap KK wajib mentaati semua butir- butir ini. Saat pertemuan dengan mereka dibacakan kalau setuju maka tanda tangan dan Pemerintah Desa turut hadir menyaksikan. Kita coba mengkomunikasikan hal tersebut dengan perangkat desa dan kecamatan serta pihak kesehatan sebelum program tersebut berjalan,” paparnya.
Kalau dari aspek kesehatan, katanya, LSM CIRMA dalam kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang membantu menyuplai vitamin A untuk balita. Di bulan Juli 2020 lalu CIRMA menyuplai 31,000 kapsul lunak vitamin A untuk kebutuhan satu Kabupaten, termasuk di lokasi dusun 4 Desa Tanah Merah. Program tersebut merupakan kolaborasi CIRMA dengan Lembaga Vitamin Angel Amerika Serikat. Lembaga tersebut menyuplai vitamin dan obat cacing.
Awalnya LSM CIRMA turunkan program, ada rencana pengadaan keramik tetapi masyarakat mengeluh bagaimana mungkin adakan keramik sementara air tidak ada. Jadi kita usaha adakan air, tetapi lagi-lagi masyarakat kurang akses alat untuk menghadirkan air sehingga langkah selanjutnya setelah ada air, CIRMA melakukan sosialisasi pola hidup bersih dan sehat.
“Sebelum membangun WC Sehat, petugas dari CIRMA sudah mengedukasi penerima manfaat program tentang pola hidup sehat. Termasuk mengedukasi bagaimana menggunakan jamban, karena selama ini masyarakat masih menggunakan pola ‘WC Terbang’ alias BAB di sembarang tempat,” ungkapnya.
Terkait program CIRMA itu, kata John Ladjar, Pemerintah Kabupaten Kupang mengapresiasi dan menyambut baik program tersebut setelah CIRMA melaporkan bahwa CIRMA telah melakukan pembangunan WC Sehat.
“Jadi kita memberi kontribusi pada pembangunan-pembangunan yang seharusnya dilakukan oleh PEMDA. Nah kan program Pemkab Kupang sampai tahun 2030 semua masyarat bisa mengakses air bersih dan WC sehat. Kalau saya googling, hampir 80 persen masyarakat tidak punya wc sehat dan akses air bersih. Penelitian dari BENGKEL APEK itu ada sekitar 10 persen masyarakat masih BAB sembarangan,” imbuhnya.
//delegasi(*/tim)