VATIKAN-DELEGASI.COM– Magic dua buah lagu karya Padre Markus Solo Kewuta,SVD, Anggota Dewan Penasehat Kepausan di Tahta Suci Vatikan, yang berkarakter Roh abadi dan bernapas panjang ‘Bawalah Daku ke Sion, yang ditulis 30 tahun lalu, tepatnya tahun 1992, saat berada di Tingkat III Seminari Tinggi St.Paulus-Ledalero, sebelum dipilih melanjutkan Studi ke Austria, serta terbaru lagu ‘Selen Ro’ yang digubah tahun 2013, kini benar-benar mendunia, sebab semakin disukai banyak orang di berbagai Negara.
Teranyar, Lagu Selen Ro, menjadi lagu pilihan dalam acara bergembira dalam Perayaan Minggu Misi Sedunia, di Roma, Italia, Minggu,16/10/2022, yang sangat disukai banyak orang dari berbagai Negara, yang hadir.
“Mereka sangat suka menari penuh gembira bersama dalam acara Minggu Misi Sedunia, itu,”terang Padre Marco,SVD sapaan khas Padre Markus Solo Kewuta,SVD dalam rilis Persnya kepada Delegasi.Com, Minggu, 16/10/2022, Malam.
Baca juga: Syukuran Perak Imamat, Padre Marco,SVD: Memuji dan Memuliakan Tuhan
Padre Marco,SVD mengisahkan, sebagai pengarang dua lagu yang berkarakter abadi dan bernapas panjang, memang sudah banyak dilombakan dan dinyanyikan di berbagai negara, dalam banyak kesempatan.
Hingga tayang dan viral di channal-channal Youtube.
SELEN RO bersama berbagai negara di Roma pada hari Minggu Misi Sedunia.
“Ini sesuatu yang sangat memuaskan dan membahagiakan buat Saya. Karena lagu Saya berkarakter abadi,”tuturnya, lanjut.
Lagu Selen Ro, misalnya, menjadi pilihan para Suster Konggregasi Putri Reinha-Rosari di Roma, Italia, dalam ramah-tamah bersama Ikrar Kaul Kekalnya, kemarin.
Demikian pula, saat Malam Konser Syukuran Perak Imamat Padre Marco,SVD di halaman Gereja St.Petrus Lewouran, Kamis, 15/09/2022, Lagu Selen Ro, yang dibawakan Padre Marco,SVD bersama Ancis Matarau, sangat menghibur warga yang hadir.
Panggung Konser seketika diserbu umat, menari mengeliling Padre Marco,SVD, diantara sorot warna-warni lampu hias, malam itu.
Panggung dan Tenda Konser benar-benar menjadi milik warga dan undangan yang bersukacita, bersama Sang Jubilaris yang telah menjalani 25 tahun panggilannya itu.
Padre Marco,SVD, sosok yang punya bakat seni, yang diturunkan oleh Bapak dan Mamanya, lebih jauh menukilkan, Lagu Bawalah Daku ke Sion, yang liriknya ditulis dalam lekukan nada-nada bergaya Batak, mula-mula ditulisnya dalam konteks Jalan Salib.
“Mengungkapkan sebuah kerinduan terdalam manusia akan curahan kasih Tuhan, pengampunan dan penyatuan spiritual dirinya dengan Tuhan.
Pengalaman kejatuhan dan ketakberdayaan manusia adalah sebuah pengalaman universal manusia, kapan dan dimana pun, dan di segala waktu,”ujarnya, mendalam.
Tarian SELEN RO bersama Suster2 Yunior PRR sebagai tanda syukur atas Pembaharuan Kaul dan Ultah Kongregasi ke-64 di Roma hari ini, 16 Agustus 2022 dengan Bintang Tamu Sr. M. El. PRR.
Hasrat kembali kepada rekonsiliasi spiritual dengan Tuhan dan bangkit dari keterpurukan multidimensi ini dirasakan oleh setiap insan dan oleh karena itu menyapa begitu banyak orang, ikut menjadi bagian dari makna lagu ini.
“Kesederhanaan lagu ini menyatu dengan keseharian manusia.
Saya sengaja menemukan dan mengungkapkan lirik lagu ini dalam lekukan nada-nada bergaya Batak, yang dikenal memiliki roh kesedihan dan petualangan rasa yang menjurus kepada keharuan.
Saya akui kalau Saya sukses menuangkan dan menempatkan roh kuat pada tempat-tempat yang tepat di dalam lagu ini, sehingga menyapa kedalaman emosi manusia.
Itulah rahasia kekuatan roh dibalik lagu ini,”beber Pastor asal Indonesia yang sudah lebih dari 15 tahun berkarya di Tahta Suci Vatikan di Bidang Dialog Perdamaian Antar Umat Beragama Se Dunia, yang juga menangani Desk Islam Asia-Pasifik.
Ia juga melitanikan lagu Bawalah Daku ke Sion pertama kali dinyanyikan 65 Calon Imam SVD, seangkatannya tingkat III di Seminar Tinggi St.Paulus Ledalero, pada Jalan Salib bersama Hari Jumat Sore di Kapela Agung Ledalero, 1992.
“Dengan latihan secara baik, diiringi Gitar dan Keyboard dari Loteng Kapela Agung Ledalero, Kami menyanyikan lagu ini, dan ternyata sangat memukau dan menggugah banyak Frater serta Dosen.
Setelah Jalan Salib itu, Mereka beramai-ramai meminta teks lagu ini.
Dalam waktu relatif singkat, teks lagu Saya asli dengan tulisan mesin ketik itu sudah beredar jauh.
Pada kesempatan liburan, para Frater membawa teks lagu itu ke Kampung halamannya di seluruh wilayah NTT.
Dalam perjalanan waktu, lagu ini kemudian dikenal luas dan semakin disukai hingga saat ini,”sentil Padre Marco,SVD kian menarik.
Diberbagai Negara lagu ini kemudian dinyanyikan dan dilombakan pada banyak kesempatan.
Demikian pula, pada Channal YouTube, lagu ini pun terus direkam dan dibagikan sebagai bahan konsumsi rohani banyak orang,”katanya, lagi.
Hal yang sama dengan lagu ‘Selen Ro’.
Persisnya empat tahun setelah lahirnya lagu ‘Rindu Kampung Halaman’ pada tahun 2016, yakni Tahun 2020, akibat tergerak dan terprovokasi dengan khasanah musik daerah Lamaholot, terutama lagu Selen, dan mengikuti karya-karya lagu di Channal YouTube, Padre Marco,SVD kemudian, dibawa kepada kedekatan emosional, melahirkan lagunya berjudul ‘Selen Ro’.
“Dari sekian banyak lagu Dolo dan Selen, Saya lantas bercita-cita, menulis sebuah lagu yang belum ada sebelumya, dan selalu dikenang selama-lamanya.
Memang, tarian Selen sudah ada sejak lama, tapi lagu-lagu masih sebatas pada lagu ‘Lui E’, dengan gerakan Selen, berirama Dolo.
Refleksi panjang atas tarian Selen dan upaya penemuan baru sebuah alternatif musik lain untuk tarian Selen, kemudian membawa Saya kepada melodi dan irama Selen Ro yang sekarang ini,”tukasnya.
Dikatakannya, sebenarnya Selen Ro versi asli, sudah ditulis tahun 2013.
Awalnya hanya bermain dengan Keyboard dan merekam secara amatir Studio Mini miliknya.
“Ketika Saya kekurangan Gitaris Basis, Saya memanggil Pak Rudi Hanafi, Konsuler di Kedutaan Besar Tahta Suci Vatikan di Roma, untuk mengisi live dengan gitar elektronik pada Studio Saya.
Lalu, untuk memperindah vokal, Saya mula-mula mengundang Suster-Suster yang tinggal di Roma, menyanyi bersama Saya.
Ada Suster Maria Ina asal Ende/Lio, Suster Isabela Pegan asal Ende/Lio, dan Suster Marburge Kelore asal Solor.
Hasil apa adanya, Saya uppload di YouTube dengan animasi film Pasutri Interkultural Indonesia-Italia.
Davide dan Tina Magini, dengan Putera Mereka Nicola di Roma.
Baca juga: Prosesi Penjemputan Padre Markus Solo Kewuta,SVD Meriah dan Hikmad
Hingga pada tahun 2020, Saya menerima pesan WA dari Ancis Matarau, menjadi sebuah kegembiraan.
Pasalnya, Saya selalu ikuti dan mendengar lagu-lagu daerahnya di Channel YouTube.
Beliau meminta izin menyanyikan lagu-lagu Saya, termasuk lagu Selen Ro
Dan, dengan senang hati Saya menerima, lalu mulai berdiskusi untuk perbaikan hingga menghasilkan warna lagu Selen Ro, yang populer, hitz dan berkarakter abadi seperti sekarang ini,”ulas Padre Marco,SVD.
Sembari menambahkan, keduanya sepakat merombak lirik dan musik yang ada, serta bekerjasama secara profesional.
Pemusik Univilsion di Maumere, pun nyatakan siap bekerjasama.
“Setelah membuat buraman musik dan syair, Kami lakukan ujicoba beberapa kali, sehingga Saya merasa okey dan memberi izin tayang.
Saya tahu dan sadar lagu Selen Ro menjadi populer, hitz dan tenar seperti sekarang ini, bukan karena Saya saja, tapi berkat kerjasama dengan Ancis Matarau dan Univilson Maumere,”pungkasnya, terbuka.
“Olehnya, ucapan terima kasih telah Saya sampaikan terima kasih sejak lahirnya lagu Selen Ro versi baru ini.
Dan, terus akan Saya sampaikan setiap kali bertemu di berbagai kesempatan.
Mudah-mudahan kedepan lahir lagi lagu-lagu berkarakter abadi.
Sesuatu yang baik dan abadi, butuh refleksi mendalam dan proses kematangan tertentu.
Pepatah Jerman bilang, Gut Ding Braucht Weile, artinya Sesuatu yang baik butuh waktu,”tutupnya.
Asal tahu saja, Padre Marco,SVD, mewarisi bakat seni yang diturunkan Ayah Nikolaus Pulosoko Kewuta (Almahrum) dan Mamanya, Getrudis Kewalile Lein (Almahrumah).
Orang tuanya, suka menyanyi dan bersuara bagus.
Bahkan, Ayahnya, Almahrum Nicolaus Pulosoko Kewuta, masih muda sudah punya Band, dan selalu tampil di berbagai kesempatan, terutama saat acara pernikahan.
“Beliau, gemar bermain musik mulut dan memimpin koor.
Ibu Saya, walau tidak bersekolah tetapi memiliki kemampuan menghapal lagu-lagu sangat kuat dan bisa bernyanyi dengan perasaan seni tinggi.
Mereka menginspirasi Saya sejak kecil,”kenang Padre Marco,SVD diakhir sesi ini.
Dan, mengakuinya, sambil menulisnya, “Kalau bakat ini terbawa ke Sekolah Dasar dan SMPK Ile Bura pun Saya aktip menyanyi.
Hingga di Seminari Menengah Hokeng pun, Saya lolos seleksi oleh guru musik ikut masuk koor khusus seminari.
Sempat pula dijagokan guru musik masuk kelompok kecil berlatih bermain musik organ.
Sayangnya, Saya kurang berbakat di bidang bermain musik organ, sehingga hanya berkonsentrasi di seni musik dan tarik suara.
Keluar dari group musik organ, Saya oleh guru musik memilih Saya masuk jadi Anggota Solis Seminari, dan menjadi salah satu dari beberapa Dirijen Seminari.
Dari situ berkembanglah talenta musik dan seni suara Saya.
Akan tetapi, Saya mulai menggubah lagu saat Novisiat di Seminari Nenuk, Timor dan Seminari Tinggi Ledalero.
Mula-mula Saya menulis lagu-lagu Gereja dinyanyikan waktu misa dan ibadat di kalangan Novisiat serta Seminari Ledalero.
Rekan-rekan Seperjuangan Calon Imam kemudian menerima lagu-lagu Saya.
Mungkin Mereka merasa kreasi rangkaian-rangkaian not dan roh dalam lagu-lagu Saya menjawabi keinginan dan hasrat Mereka,”tutup Pemilik karya lagu-lagu yang jumlah sudah lebih dari 50 an lagu itu campur baur Lagu Gereja, dan Pop berbahasa Lamaholot, Indonesia, Inggris, Italia dan Jerman.
Dimana, salah satunya yang terbilang populer, hitz dan tenar yang dinyanyikan Babo, adalah lagu Rindu Kampung Halaman, tahun 2016. Selamat menikmati..
(WAR/Delegasi.Com)