Larantuka, Delegasi.com – Mahasiswa Adonara di Jogyakarta yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarya atau KMAY menggelar diskusi kelompok, Minggu (13/11/2017).
Diskusi yang digelar di Kantin Relino Sanata Dharma Yogya, seperti yang dirilis pos kupang.com tersebut mengangkat tema diskusi,” Sisi Lain Lewotana di Mata Kids Jaman Now”.
Sebanyak 30 mahasiswa terbentuk di dalam tujuh kelompok diskusi. Setiap kelompok dengan jubirnya masing-masing mengangkat berbagai persoalan di Flores Timur.
Kelompok Hedung dengan jubir Paskal Lewo mengangkat permasalahan terkait pola pikir masyarakat dalam menyikapi berbagai persoalan yang dihadapi.
Masalah pengangguran misalnya karena masyarakat menunggu pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan.
Padahal seharusnya masyarakat bisa berinisiatif menciptakan lapangan pekerjaan.
Kelompok Hedung ini memukan solusi agar masyarakat memberikan akses informasi yang memadai, pendidikan dan pelatihan.
Erik Sabon perwakilan kelompok Behiro mengangkat persoalan sampah. Sampah menjadi persoalan bersama di Flotim.
Sampah ditemukan di banyak ruang publik, merusak keindahan, kebersihan dan kesehatan.
“Ini masalah kesadaran masyarakat yang masih minim dan ketersediaan fasilitas seperti tong sampah, bank sampah, dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang belum memadai,” jelas Sabon.
Joanna perwakilan kelompok Wuhu Amet mengangkat masalah ketersediaan dan pemanfaatan fasilitas pendididkan di Flotim.
Fasilitas pendidikan masih minim, fasilitas pendukung seperti komputer juga belum.
Ama Hali perwakilan kelompok Dopi mengangkat persoalan infrasturktur jalan. Sempit dan rusak. Sebagian karena masyarakat tidak merelakan lahan untuk pelebaran jalan.
Di sisi lain, masih lemahnya komitmen pemerintah pada perbaikan infrastruktur jalan.
Kelompok Kenube diwakili oleh Ina Oliv dan Dewi mengangkat masalah ketersediaan air bersih.
Masalah air mulai dari ketersediaan sumber mata juga masalah infrasktur perpipaan dan bak
Para mahasiswa juga menyoroti minimnya kesadaran masyarakat akan perlindungan mata air. Penebangan hutan secara liar masih cukup marak menyebabkan debit air menurun dan mengering.
Kelompok Mudu yang diwakili Ina Priska mengangkat persoalan pengangguran di Flotim di antaranya karena minimnya lapangan pekerjaan dan maraknya praktek KKN dalam perekrutan pegawai.
Lulusan sarjana kurang memiliki kemampuan membaca peluang, minim wawasan serta kurang keterampilan.
Orientasi menjasi PNS salah satu penyebab tingginya pengangguran. Padahal kebutuhan formasi PNS sangat terbatas.
Ada pun tantangan bagi generasi muda Flotim bagaimana menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengelola sumber daya alam yang ada di Flotim.
Hal ini membutuhkan perubahan pola pikir orang muda maupun masyarakat pada umumnya.
Kelompok Nawing mengangkat persoalan budaya Lamaholot Flotim yang semakin terkikis, terutama mode berpakaian.
Mereka mendukung pemerintah daerah Flotim saat ini yang menggelorakan semangat cinta kain tenun lokal.
“Kita perlu mendukung gerakan ini, hanya saja perlu sekali gerakan ini menjadi gerakan bersama semua elemen masyarakat dan bukan sebatas seremonial saja,’ demikian Nawing.
Ketua KMAY, Romanus Boli Rebon mengatakan Dikusi Mahasiswa Adonara di Yohya ini bagian dari latihan tingkat dasar KMAY yang sudah digelar sebelumnya.
Meski jauh di perantaun, kata Boli Rebon, KMAY tetap memikirkan berbagai permasalahan di Flotim dan mendiskusikannya bersama-sama.//delegasi(pos kupang.com/hermen)