Soe, Delegasi.Com– Tinggal sehari pelaksanaan pemungutan suara pilgub Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 27 Juni 2018, masyarakat diminta untuk mewaspadai barter suara dengan pembagian sembako agar bisa memilih pasangan calon (Paslon) tertentu.
Pola transaksional yang tidak mendidik ini patut disayangkan, bila dilakukan oleh paslon tertentu melalui tim di lapangan.
“Para politisi harus memberi pencerahan politik yang benar kepada masyarakat dalam memberikan hak suaranya pada pilgub,” kata Ketua Tim Relawan Garuda Harmoni Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Jhoni Bata di Soe, Senin (25/6/2018).
Pada kesempatan itu Jhoni Bata yang didampingi sekretaris Tim Relawan Garuda Harmoni, Dominggus Tulalesy meminta relawan dan tim sukses masing – masing paslon gubermur untuk ikut mengajak masyarakat datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) menggunakan hak pilihnya tanpa ada tekanan. Pilihan yang diberikan, hendaknya berdasarkan program yang diusung paslon dengan harapan mampu menjawab harapan dan memberi jalan keluar dari kesulitan hidup masyarakat.
“Kami berharap masyarakat TTS dapat memilih pemimpin politik yang bebas dari masalah hukum sehingga nantinya ketika terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur mampu menyelesaikan masalah rakyat yang semakin kompleks,” pinta Jhoni Bata.
Selain itu diyakini, pilihan yang diberikan tentunya didasarkan pada program yang bisa diimplementasikan dengan mempertimbangkan peluang menang berdasarkan peta pemilih NTT. Sehingga suara yang diberikan tidak sia- sia karena keliru memberikan pilihan.
Jhoni Bata menambahkan, sejarah mencatat, pada pilgub 2013 lalu, paslon gubernur tertentu menang besar di TTS, tapi tidak dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur karena total suara seluruh NTT kalah dengan paslon lain. Karena itulah, mempertimbangkan semua aspek sangat dibutuhkan sebelum memberikan hak suara pada 27 Juni.//Delegasi (ger)