OPINI  

Memilih dan Memilah Bermedia Sosial

Avatar photo

“Adalah naif, atas nama demokrasi, kebebasan dipandang berlaku tanpa steril. Maka bagi pegiat media sosial, tuntutannya adalah sikap bijaksana (saring sebelum shering).  Berlakulah bijak dalam memilih dan memilah. Antara materi, waktu dan jemari perlu terkendali secara bijaksana. Jangan sampai jari mendahului pikiran. Tabir dunia yang kaku, beku dan formal runtuh oleh kecepatan pelontar medsos. Hanya dengan jari, peran kata tergantikan”

Elvis Arianto

 

Ilustrasi Bermedia Sosial //Foto: startfriday.co.id

 

DELEGASI.COM – ”Banyak jalan menuju Roma”.Demikian setiap orang punya cara memanfaatkan media sosial digital secara kreatif untuk menunjang inovasi dan perubahan cara pandang dunia baru dan keterhubungan sosial. Sebut saja platform Facebook sebagai salah satu perambah yang sangat diminati. Ada banyak tujuan orang berfacebook seperti popularitas, eksplorasi pengetahuan, bakat, hiburan, dan tentu jaringan pertemanan.

 

Kesejarahan Media Sosial

Cikal bakal media sosial(medsos) dimulai sekitar akhir abad ke-19. Kompas.com(edisi Rabu, 22/05/2019) merilis jejak sejarah media sosial. Bahwa dunia media sosial bermula dari penemuan Telegraf oleh Samuel Morse tahun 1844 meski bukan kategori media online, setidaknya Telegraf telah membuka cakrawala baru teknologi bagi perkembangan lain berbasis internet.

Internet baru berkembang sekitar tahun 1970-an awal. Sementara Tahun 1978, media sosial pertama baru tercipta dalam bentuk Bulletin Board System (BBS) yaitu sebuah platform yang mengumumkan pertemuan dan berbagai informasi dengan mengunggahnya di BBS sebagai tonggak komunitas virtual pertama kali dalam sejarah.

Hingga tahun 1979 muncul UserNet sebagai komunikasi buletin, artikel atau newsgroup online. Tahun 1995, menjadi awal kemunculan situs web pribadi yang memungkinkan orang berbagi via internet meskipun belum ada sistem pertemanan secara virtual. Lalu muncul blogingpada tahun 1999 dengan lahirnya blogger dan livejournal.

Melalui layanan Blogger dan Livejournal memberi ruang orang mulai berbagi tulisan dan komunikasi blog dan jurnalnya sendiri.

Group jejaring sosial semakin pesat manakala muncul Friendster dikalangan anak muda tahun sekitar tahun 2002. Aplikasi jenis ini memungkinkan penggunanya dapat membuat profil dan terkoneksi secara virtual dengan orang di seluruh dunia. Kesuksesan friendster memicu kemunculan jejaring pertemanan lain dengan spesifikasi berbeda seperti MySpace meskipun hanya untuk sarana musik dan Linkedln untuk kepentingan bisnis dan pekerjaan.

Dari latar inovasi dan penemuan-penemuan memicu kreator muda sang programmer komputer Mark Zuckerberg pada tahun 2004 berhasil meluncurkan Facebook meskipun awalnya hanya untuk layanan sosial bagi kalangan Mahasiswa.

Karena kegandrungan, dalam perjalanan waktu Facebook diperluas penggunaanyake berbagai kalangan diatas batasan usia 13 tahun.

Demikianlah perkembangan teknologi terus menginspirasi para kreator selalu berinovasi mengembangkan media sosial lain seperti Youtube (2005), Tweeter (2006), Instagram (2010) dan Snapchat (2011).

 

Ilustrasi Bermedia Sosial //Foto: startfriday.co.id

 

Memilih dan Memilah

Sebagai aplikasi sosial, Facebook telah memberi banyak manfaat dan dampaknya. Namun sama dengan aplikasi sosial lain sebagai rekayasa teknologi, hasil temuan dan atau inovasi tentu punya kelemahan. Antara lain membuat penggunanya memiliki disorientasi (ketergantungan) pada tingkat yang parah oleh para ahli disebut Fear of Missing Out (FOMO) yakni fenomena”rasa takut”.

Orang memiliki rasa takut ketinggalan infromasi dan trend. Hidupnya seolah hampa dan tidak bernilai jika tidak mengakses media sosial.

Kendali kebebasan, proses bermedia sosial pada kenyataannya tidak berarti bebas tanpa syarat. Ternyata ada frasa-frasa hukum (UU) yang membatasi ruang gerak dan kebebasan orang untuk bermedia sosial.

UU Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, memberi batas ruang gerak dan kebebasan orang untuk bermedia sosil.

Adalah naif, atas nama demokrasi, kebebasan dipandang berlaku tanpa steril. Maka bagi pegiat media sosial, tuntutannya adalah sikap bijaksana (saring sebelum shering). Berlakulah bijak dalam memilih dan memilah. Antara materi, waktu dan jemari perlu terkendali secara bijaksan. Jangan sampai jari mendahului pikiran. Tabir dunia yang kaku, beku dan formal runtuh oleh kecepatan pelontar medsos. Hanya dengan jari, peran kata tergantikan. Benua yang luas tak lagi berjarak. Isolasi dan keterasingan itu masa lalu. Kini berbagai wilayah, peradaban dan budaya semakin terbuka.

 

Tak dinyana, tidak jarang dunia medsos membuat gaduh dan meriuh. Banyak hal berseliweran oleh nada-nada provokasi, penyebaran kebencian (hatespeech), kebohongan (hoax), intolerasi, diskriminasi, rasis, persekusi, penistaan, pembunuhan karakter dan sebagainya.

Sekat pribadi dan ranah publik menjadi semakin tipis ketika materi privat dioval bebas ke ruang publik. Cekcok dan perpecahan akibat medsos menggangu harmoni rumah tangga, keluarga bahkan masyarakat.

Dapat dibayangkan sejauh apa martabat kemanusiaan itu diperhadapakan. Rusak susu sebelanga hanya karena keseleo jari. Dalam ruang  kebangsaan, nilai rasa nasionalisme harus kembali dijahit.

Facebook adalah alat kebebasan perspektifseni sosial. Bagi yang suka menulis setiap ide maupun gagasan dapat dituangkan sebagai lukisan-lukisan pemikiran yang yang memperindah wall Fecebook. Wall Facebook dapat menjadi kliping digital yang menarik dengan banyak pesan dengan latar refleksi, apresiasi, sumbang saran, ungkapan rasa (puisi), pendapat, dan tualangjejak karya seni.emoga bermanfaat***

Kupang

Medio Mei 2021

 

Penulis adalah Pekerja Seni, tinggal di  Kota Kupang

 

Komentar ANDA?