Menyibak Kisah Menimbang Rasa Daerah Tertinggal di NTT

  • Bagikan

“Derita panjang mereka dipastikan akan berakhir, untuk tidak lagi bersusah payah berjalan kaki menjangkau Desa, Kecamatan dan ibu kota Kabupaten kebanggaanya”

Marthinus Boekan, Staf Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT

 

Hari ini aku berada di puncak, titik tertinggi Kota karang Kupang, wilayah kekuasaan Walikota Kupang, Jefri Riwu Kore.  Kedua bola mataku memandang lepas, menikmati keindahan kota ini hingga kelautan nan luas. Kekaki langit dalam batasan garis cakrawala di antara pesona Teluk Kupang yang eksotis ditimpah mentari senja.

Nun jauh di sana pulau kecil Semau yang eksotik, perkampungan Bapak Viktor Bungtilu Laiskodat, Gubernur NTT.

Pulau kecil yang terbentuk dari gugusan batu karang ini, menyimpan seribu satu kisah menarik, perjuangan hidup seorang pemimpin hebat yang dilahirkan dari rahimnya. Legenda inspiratif bagi generasi anak jaman millenial tanah Flobamora, meraih masa depan menjadi orang hebat.

 

Lalu kedua mataku menangkap hijauan gunung Fatuleu dalam jangkauan pandang yang jelas. Wajah karang menghiasi separu tebingnya yang terjal hingga sebagian puncaknya diselubungi kabut hitam, seakan tersirat pesan syaduh, “ kisah sedih ” masyarakat dibaliknya, di lemba dan ngarai antara liukan aliran sungai besar dan kecil alam Anfoang yang keras dan terisolasi, peninggalan para penguasa dimasa silam.

Wilayah ini bagai kisah dari negeri anta beranta yang seolah tidak bertuan.
Keluh kesah masyarakat di wilayah ini sungguh menggugah nurani orang nomor  satu NTT, Bapak Viktor Bungtilu Laiskodat bersama rekan seperjuangan setianya, Bapak Yosesf Nae Soi.

Keduanya telah mendengar secara mendalam, dengan mata dan hati. Cinta dan cita kedua orang hebat ini, separu jalan telah ditunjukan untuk menolong mereka, membuka kran isolasi transportasi, jurang dalam yang memisahkan mereka dengan saudara-saudaranya sebangsa dan setanah air, menikmati pembangunan hingga 72 tahun Negara yang kita cintai ini berada dialam merdeka, termasuk “ Sambi Rampas “ Kabupaten Manggarai Timur menjadi salah satu sekala proritas program kerjanya yang fenomenal “ NTT Bangkit ”.


Sarana transportasi ke wilayah Sambi Rampas yang dibangun secara sporadis mulai tercabik-cabik dalam hitungan 12 bulan sabit. Masyarakat masih langgeng menggunakan sarana angkutan tradisional antar kampung hingga ke Ibu Kota Kecamatan mengangkut hasil bumi dan barang dagangan, melalui jasa baik hewan berkaki empat (Kuda, Sapi dan kerbau ) yang dijinakan.

Karenanya kehadiran orang nomor satu NTT yang dikenal dengan istilah fenomenalnya “ Gubernur I dan Gubernur II ” menjadi fajar baru.

Oase penyegar menghapus guratan wajah penat masyarakat dan generasi anak bangsa di wilayah-wilayah terisolasi ini.

Derita panjang mereka dipastikan akan berakhir, untuk tidak lagi bersusah payah berjalan kaki menjangkau Desa, Kecamatan dan ibu kota Kabupaten kebanggaanya. Inilah kisah syaduh warisan masa silam didua wilayah ini dan tentunya masih ada wilayah-wilayah lainnya di NTT yang belum disentuh, bagai dipangku secara permanen, tiada bertepi sejak leluhurnya.
Terima Kasih Bung Vikotor Yosef, Gubernur dan Wakil Gubernur pilihan rakyat NTT yang “ Vox Populis Vox Dei.“ Pembaharu sejati.

Pendobrak ketertinggalan. Harapan masyarakat Flobamora mencapai hidup sejahtera. Senyuman ceriah mereka kelak, adalah perjuangan anda berdua telah menjadi berkat.

“Doa orang-orang susah, adalah doa orang-orang jujur dan itu ajaib. Tuhan Yang Maha Baik dan tidak pernah tidur itu, dipastikan selalu ada disetiap langkah dan pijakan kaki Bapak berdua, membawa NTT menuju sejahtea “.

Salam Damai Paskah, Tuhan Memberkati.

Komentar ANDA?

  • Bagikan