OPINI  

Meriah, Perarakan Patung Santa Maria di Malaka

Avatar photo
//Foto: Kompas.com

Malaka, Delegasi.com – Ribuan warga Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), hadiri acara perarakan besar Patung Santa Maria Nain Feto Feto Malaka, Rabu (31/10/2018).

Dirilis kompas.com menyebutkan, sejak pagi masyarakat berdatangan dari segala penjuru, bahkan dari negara tetangga Timor Leste juga ikut berbondong-bondong menuju Gua Lourdes Ina Maria Nain Feto Malaka atau biasa disebut Gua Maria Tubaki Betun Malaka.

“Semua larut dalam sukacita. Kami terlibat untuk mengemasnya sebagai salah satu daya tarik wisata religi. Tanpa menggurangi nilai-nilai leluhur dari budaya keagaman ini,” ujar Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran.

Stefanus menambahkan pihaknya terus membenahi dan mengemas kegiatan perarakan besar Patung Santa Maria Nain Feto Feto dengan menarik untuk menarik kunjungan wisatawan. Caranya dengan menginformasikan ke publik secara luas jauh sebelum acara digelar.

“Kami juga sudah menginformasikan bahkan ke negara tetangga jauh hari sebelum acara. Bahkan minat warga Timor Leste sangat tinggi. Karena negara tetangga yang beragama Katolik sangat banyak sekali,” ucapnya.

Dari segi infrastruktur juga lanjut Stefanus, akan dibenahi. Kemasan kegiatan lain juga disiapkan, tanpa mengurangi bobot kegiatan keagamaan.

Dari pihak Kementerian Pariwisata sendiri menyambut baik upacara budaya yang digelar di crossborder area (area perbatasan).

Pelaksana Tugas Deputi Pengembangan Pemasaran I Ni Wayan Giri Adnyani yang didampingi Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional III, Muh. Ricky Fauziyani, mengatakan, event ini adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya negara tetangga.

Terlebih NTT kata Adyani, memiliki tiga pintu yang bisa dilewati wisatawan mancanegara.

“Kami ingin meningkatkan kunjungan wisman, khususnya pasar Timor Leste lewat pos-pos pintu perbatasan. Khususnya yang ada di NTT lewat tiga Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Yaitu PLBN Mota’ain di Belu, PLBN Motamasin Malaka, dan PLBN Wini di Timor Tengah Utara. Juga lewat enam PLBN,” ucap Adnyani.

Sementara itu, Ricky menjelaskan, NTT tahun ini ditargetkan sebagai penyumbang wisman cross border area ke-II setelah Kepulauan Riau (Kepri). Kepri sendiri ditargetkan menyumbang 2.187.000 juta wisman. Untuk NTT ditargetkan menyumbang wisman 1.635.354 juta wisman pada 2018.

“Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Wisman Timor Leste pada periode Januari hingga Juli 2018 1.005.600 wisman. Naik 89,16 persen menjadi 531.600 dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Wisman Timor Leste pada bulan Juli 2018 mencapai 163.300 wisman, naik 91,44 persen dibanding Juli 2017 yang mendatangkan 85.300 wisman,” ujar Ricky.

Ricky berharap, bentuk formula original dan nilai budaya serta keagamaan dalam perarakan patung ini tidak hilang dan tetap dipertahankan.

“Kalau bisa kegiatan perarakan patung, jangan digabung dengan kegiatan olahraga. Harusnya kegiatan ini dirangkai dengan kegiatan yang ada kaitannya seperti lomba paduan suara, lomba baca kitab suci dan lomba kuis kitab suci serta kegiatan rohani lainnya,” jelasnya.

Hal ini kata Ricky, dimaksudkan untuk tidak menghilangkan nilai suci daripada kegiatan perarakan patung ini.

Di sisi lain, Kabid Pemasaran Area II Regional III di Deputi Bidang Pemasaran I, Hendry Noviardi, menegaskan jika banyak event cross border selalu memiliki daya tarik bagi wisatawan dan dipadati banyak wisatawan.

“Kemasan festival cross border selalu mempunyai daya tarik. Sehingga wisatawan datang dalam jumlah besar. Unsur atraksi yang menarik dan jarak yang tidak terlalu, menjadi alasan wisatawan cross border selalu memadati event seperti Pararakan Patung Santa Maria Nain Feto Feto Malaka ini,” katanya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga optimis banyaknya festival cross border di Malaka ini mampu menjaring wisatawan mancanegara. Apalagi festival ini juga turut mengenalkan potensi budaya dan kerajinan tangan NTT.

“Event ini juga melihatkan budaya dan kerajinan tangan juga ditampilkan. Oleh sebab itu, Event Crossborder ini adalah sarana tepat untuk mengenalkan budaya Malaka dan NTT,” tutup Arief. //delegasi(kompas/ger)

Komentar ANDA?