KUPANG, Delegasi.Com – Miris menyaksikan nasib 900-an pekerja migran asal Propinsi NTT di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Wahana Tritunggal Cemerlang (WTC) dan PT Inovasi.
Pekerja terbanyak di PT WTC sejumlah 612 orang dan di P Inovasi sekitar 200-300-an orang.
Manajemen perusahaan memanfaatkan para preman dan komunitas adat setempat memaksa para pekerja keluar dari kamp penampungan pekerja hari Minggu (15/9/2019).
“Hari Minggu itu datanglah segerombolan orang yang mengaku sebagai kepala suku dari komunitas adat setempat mengultimatum para pekerja keluar dari camp,” kata Silvester Nong Manis, S.H, dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Varitas, mengubungi pos-kupang.com,Rabu (18/9/2019) pagi dari Kutai Timur.
Silvester menjelaskan, pekerja migran dominan asal Kabupaten Manggarai, Sikka, Adonara (Flores Timur), Kupang dan Ende, saat itu diberik waktu 3×24 jam harus tinggalkan camp pekerja.
‘Kami berusaha mediasi dengan bantuan tokoh-tokoh asal NTT dengan warga setempat, tetapi tidak bisa. Dari pada terjadi akibat lebih buruk, hari Minggu (15/9/2019), kami tinggalkan kamp,” kisah Silvester yang tiba di lokasi hari Jumat (13/9/2019).
Ratusan pekerja migran bersama anak-anak, bayi, balita dan ibu hamil tinggalkan camp dan menginap di Aula Kantor Camat Karangan, Kabupaten Kutai Timur.
Kondisi pekerja migran, dilukiskan Silvester, menyedihkan terutama bayi, balita dan ibu hamil.
Camat Karangan merelakan aula kantor camat, namun ia tak mampu membiayai kehidupan para pekerja migran selama di penampungan.
“Untuk makan dan minum, mereka patungan dari beras satu dua kilogram. Mereka cari air sendiri lalu masak dan makan bersama-sama,” kisah Silvester.
Sampai hari keempat di tempat penampungan sementara, kata Silvester, para pekerja migran masih memenuhi kebutuhan sendiri.
Mereka belum minta bantuan akomodasi ke pihak manapun.
“Saya sudah bicara dengan pak Camat Karangan supaya kasih kami waktu sekitar satu minggu lagi,” kata Silvester.
Ia mengkhawatirkan kondisi kesehatan pekerja migran terutama anak-anak, bayi, balita dan ibu hamil. Cepat atau lambat, kata Silvester, kehidupan di penampungan yang sangat minim fasilitas untuk tinggal, mereka terserang penyakit.
Silvester berencana menyurati para bupati dan Gubernur NTT menyampaikan kondisi pekerja migran ini.
//delegasi(*/ger wisung)