Muhidin Demon: Kisruh Bidan Indri, Komisi C Segera Panggil Direktur RSUD Larantuka

  • Bagikan
Wakik Ketua Komisi C DPRD Flores Timur, Drs.Muhidin Demon Sabon Tokan,SH //Foto: delegasi.com (BBO)

LARANTUKA, DELEGASI.COM –  Pro kontra terkait penempatan Bidan Indri dari ruang VIP ke ruang Isolasi oleh Direktur RSUD dr.Hendrikus Fernandez, dr.Sanny, yang berbuntut  panjang.

 

Sikap keras bidan Indri tetap melawan perintah atasannya itu, ternyata ikut memancing reaksi Anggota DPRD Flotim Muhidin Demon Sabon, yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi C DPRD Flotim tersebut.

 

Muhidin menegaskan, keputusan manajemen RSUD Larantuka itu terkesan otoriter dan lebih memperlihatkan sebuah sikap yang sangat memaksa dan arogan.

 

Mestinya, kata Muhidin, Direktur RSUD Larantuka, dr. Sanny perlu mempertimbangkan kembali keberatan dari Bidan Fransiska Payong Ina.

Apalagi, yang bersangkutan punya keluhan riwayat sakit yang ada hubungannya dengan pembesaran limpah, yang kemudian menyebabkannya sering alami kram perut hebat hingga membuatnya sesak napas.

 

“Iyah, ini sudah keterlaluan sikap Direktur RSUD Larantuka tersebut. Tanpa ada pertimbanga  kemanusiaan. Mestinya, keputusan yang dibuat tak menimbulkan masalah baru,” tegasnya, serius saat menghubungi  Delegasi.Com dari Kupang, Selasa, 08/09/2020, Siang.

 

Selaku mitra Komisi C DPRD Flotim, Muhidin mengaku   akan segera memanggil  Direktur RSUD Larantuka dan manajemennya untuk minta klarifikasinya.

 

Bahkan, pihaknya sebut Muhidin Demon, akan mendalami masalah ini untuk menemukan sebenarnya ada apa.

 

Dikatakannya, mestinya sebelum membuat keputusan, Direktur RSUD Larantuka sudah mempertimbangkannya secara obyektif, agar tidak menimbulkan kegaduhan seperti ini.

 

Terutama, tidak boleh ada reaksi penolakan yang keras seperti ini dari Bidan Fransiska.

Bidan Fransiska Payong Ina, yang akrab disapa Bidan Indri. Menolak Ditempatkan ke Ruang ISO RSUD Larantuka karena sakit. (Delegasi.Com/BBO)

 

Sementara Bidan Fransiska Payong Ina, yang akrab disapa Bidan Indri, saat dikonfirmasi Delegasi.Com, Selasa, 08/09/2020 malam, membantah keras pemberitaan yang menyatakannya asma.

 

“Saya tegaskan, yang menyatakan Saya asma itu bohong. Karena saya tidak pernah bilang kalau Saya asma. Sesak napas yang dimaksud itu bukan karena asma. Jika asma maka napasnya terus-menerus. Yang Saya katakan adalah apakah karena pembesaran limpah ini ada hubungannya dengan kram perut hebat yang sering saya alami, yang kadang-kadang sampai sesak napas itu. Atau karena masalah kesehatan lain, karena pembesaran limpah itu terjadi karena adanya penyakit pencetus,” ujarnya, serius.

 

Bidan Indri juga menolak keterangan Direktur RSUD Larantuka, dr.Sanny kepada Media, yang menyatakan bahwa ada informasi dari Kepala Ruangan VIP RSUD Larantuka, bahwa dirinya tak pernah ada keluhan sesak napas.

 

“Iyah, terkait informasi dari Kepala Ruangan VIP itu, Saya mau bilang bahwa Kepala Ruangan VIP itu berdinas hanya Pagi saja. Sedangkan, Sore dan Malam hari tidak. Yang lebih tahu tentang keluhan Saya adalah Part Dinas Saya, yang berdinas lama dengan Saya, yang mana sebelum Saya USG bulan Mei lalu. Keluhan sakit perut yang hebat, bahkan sampai Saya sesak napas juga, teman-teman saya tau kok. Dan, atas indikasi itulah Saya pergi USG. Nah, dari hasil USG itulah yang menyatakan kalau limpah Saya membesar,”timpalnya, lagi.

 

Bidan Indri kepada Delegasi.Com lebih jauh menjelaskan, sakitnya itu kadang datangnya secara tiba-tiba, hingga tidak bisa jalan. Berdiripun agak susah, katanya.

 

Sementara itu, Direktur RSUD Larantuka, dr.Sanny kepada awak Media, Selasa, 08/09/2020 menyampaikan, dirinya sudah konsul ke dokter penyakit dalam, sehubungan dengan keadaan Bidan Fransiska dengan limpahnya yang membesar, dinyatakan kalau limpahnya masih normal untuk daerah Flotim yang endemisnya Malaria.

 

Bahkan, sebut dr.Sanny, pihaknya pun sudah meminta Fransiska untuk jalani pemeriksaan kesehatan guna memastikan sakit yang dikeluhkannya.

 

“Saya juga dapat laporan, Fransiska sudah ke Poli Penyakit Dalam. Kita tunggu keterangan dokter,”ujarnya, lagi.

 

dr. Sanny juga menjelaskan, ruang isolasi itu menangani pasien pelaku perjalanan atau yang kontak dengan pelaku perjalanan. Juga ibu bersalin atau anak-anak pelaku perjalanan.

“Disana ada APD dan staf yang dibekali pelatihan memakai atau membuka APD. Kalaupun Fransiska sakit, maka ditempatkan di ruang yang tidak kontak pasien.. Yang pasti tidak di VIP. Karena di VIP itu ada pasien penyakit menular,” tambahnya,lagi.

 

Pada bagian lainnya, Bidan Fransiska juga membenarkan kalau dirinya telah melakukan pemeriksaan kembali ke Poli Penyakit Dalam, pada Selasa, 08/09/2020.

 

“Dan, dari hasil pemeriksaan dokter penyakit dalam dinyatakan, kalau semua organ dalam Saya tidak nampak kelainannya. Tentunya, hasilnya berbeda dengan situasi saat USG Bulan Mei lalu di RSUD Larantuka, juga. Hanya saja, kenapa hasil lab, USG, Ronsen, dan EGK tidak diberikan kepada Saya untuk dibawa pulang. Tapi, justru diserahkan ke Manajemen RSUD Larantuka. Saya tidak pegang satupun hasilnya. Bahkan, hasil foto Ronsen pun tak dikasih. Padahal, biaya pemeriksaan itu Saya bayar sendiri Rp.609.000,”tohoknya lagi.

 

Bidan Indri juga menyatakan keberatan terhadap penjelasan Direktur RSUD Larantuka bahwa dirinya pernah diberikan surat panggilan menghadap.

 

“Saya perlu luruskan pemberitaan itu. Saya tidak pernah dipanggil menghadap. Iyah, kemarin dalam pertemuan Saya tanyakan itu, kapan saya dipanggil menghadap, apakah via surat atau apa?

 

“Saya minta bukti panggilannya. Karena Saya merasa belum pernah dipanggil menghadap. Dan, manajemen RSUD Larantuka pun mengakui bahwa tidak pernah ada panggilan menghadap. Mereka justru berdalil sebagai anak-mama, berharap Saya datang sendiri menghadap. Padahal, mereka lupa kalau soal ini sudah masuk ranahnya surat-menyurat,”.

 

“Memangnya, Saya yang bodoh atau bagaimana nih. Masah, sudah didesak minta bukti surat panggilan menghadap, malah bilang anak-mama lagi. Edan yah,”timpalnya,sengit.

Rencananya, Bidan Indri akan di BAP Manajemen RSUD Larantuka, Rabu, 09/09/2020.

 

“Hingga kini, Bidan Indri bersikukuh akan tetap melawan ketidakbenaran atas keputusan Direktur RSUD Larantuka tersebut. Dan, tidak masuk bertugas di ruang isolasi.

 

Ia bahkan memilih untuk lebih baik mengundurkan diri sebagai tenaga kontrak kesehatan di Flotim.

 

“Iyah, Saya tetap lawan. Bukan untuk bertahan. Tapi, agar praktek yang tidak benar ini tidak boleh terjadi lagi,”pungkasnya, tajam.

 

//delegasi (BBO)

Komentar ANDA?

  • Bagikan