LARANTUKA-DELEGASI.COM– Nasib Guru Honor di Flores Timur, dijadikan nomor satu dalam program unggulan perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Flotim, dibawah nakoda Maksimus Masan Kian,S.Pd.
Hal ini disepakati dalam Forum Rapat Kerja Pengurus PGRI Flotim, Selasa, 05 Februari 2021, dengan agenda penyusunan Kalender Program Kerja Tahun 2021.
BACA JUGA : Animo Werving Catam TNI-AD 2021 di Flotim-Lembata, Diapresiasi Dandim Letkol.Ciz Imanda
Demikian pernyataan Ketua PGRI Flotim 2021-2025, Maksimus Masan Kian, dalam rilis Pers yang dikirim ke Redaksi Delegasi.Com, Larantuka, sebelum akhir pekan kemarin.
Dikatakan, sedikitnya ada 14 Sekretaris Bidang dengan satu program unggulan siap dipersembahkan untuk guru di Flotim.
“Nomor urut satu yang siap tereksekusi di Bulan Januari 2021 adalah Bidang Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan, yakni melakukan upaya persuasif bersama secara bertahap mendorong Pemerintah Daerah, memperhatikan nasib kesejahteraan guru honor.
Pasalnya, mereka dengan segala daya dan upaya, serta keterbatasan, mengabdi untuk Anak Bangsa.
Tapi, kesejahteraan yang diperolehnya, amat miris!,”tegas Masan Kian.
BACA JUGA: Elegant, PKM Lamabunga Tuntas 100 Persen dan Sudah di-PHO
Bidang ini, lanjutnya, dikomandani Sekretaris Bidang Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan, Maria Goreti Peni.
Lebih jauh disampaikan, Forum Raker PGRI Flotim, khusus point kesejahteraan guru honor, tidak saja menyasar Pemda, tapi juga Pemprop NTT dan Pusat.
“Negara harus tahu dan sadari sungguh, bahwa nasib guru honor saat ini amat miris.
Olehnya, pembicaraan penting tentang nasib bangsa, jangan sekali-kali melupakan nasib guru honor,”pungkasnya, serius.
Bahkan, dari sumber kuat yang didapati Delegasi.Com, besaran honornya amat tak layak. Ada guru komite yang sebulan dihargai cuman Rp.150.000-200.000.
Program lain yang ikut dibesut ialah, spirit perjuangan peningkatan mutu profesionalisme guru,”sambung Masan Kian, lagi.
“Kami optimis, perlahan, satu-persatu, PGRI Flotim siap menjawab pertanyaan besar, ‘PGRI selama ini buat apa saja? PGRI selama ini dimana saja? Boleh taruhan!,”sergap Guru muda hebat, dan berprestasi nasional ini.
Secara terpisah, kepada Media, Maria Goreti Peni, yang juga menjabat Ketua GTKHNK 35 Flotim, membeberkan sejumlah persoalan pelik yang melilit guru honor di Flotim.
Antara lainnya: Pertama: Gaji honor komite sangat rendah dan tak manusiawi.
Dibandingkan dengan beban kerjanya, yang juga sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, sebagai pilar utama peradaban bangsa.
Kedua: Upah Minimum Kabupaten (UMK) bagi guru honorer kontrak daerah, masih tergolong rendah dan tak mencukupi kebutuhan hidup dan jauh dari kesejahteraan.
Ketiga: Pengangkatan tenaga kontrak daerah bagi formasi guru, yang terjadi belum sesuai dengan mekanisme perekruitan guru kontrak berdasarkan lama pengabdian.
“Ironisnya, masih adanya penerimaan tenaga guru honorer yang berpendidikan non Keguruan.
Juga masih adanya penerimaan tenaga guru honorer yang belum berijazah Sarjana (S1).
Lebih buruk lagi, masih adanya tenaga guru honorer titipan dari pihak-pihak tertentu di Flotim,”tajam Maria Goreti.
Keempat: Belum ada analisis kebutuhan guru yang jelas di setiap sekolah, sehingga ada guru yang alami kekurangan jam mengajar.
Kelima: Masih ada Kepala Sekolah yang berlaku diskriminatif dalam hal beban kerja terhadap guru honor.
Keenam: Sulitnya guru honorer komite dalam pengusulan NUPTK, karena terkendala SK Kepala Daerah dan kinerja operator DAPODIK yang kurang maksimal.
“Padahal, ada tenaga guru honorer yang sudah mengabdi belasan tahun,”hantam Goreti Peni, lagi.
Ia berharap, PGRI Flotim maupun Pemprop NTT hingga Pusat, dapat bersuara tegas kepada para pihak terkait.
BACA JUGA: Elegant, PKM Lamabunga Tuntas 100 Persen dan Sudah di-PHO
Simak Hasil Rapat Gubernur VBL Bersama Forkopimda
Agar bisa cari jalan keluar terbaik untuk perbaiki nasib guru.
“Bukan berarti hari ini Kita omong dan langsung dijawab, tapi minimal ada tahapan perjuangan yang mesti terus digencarkan.
Orang Kita kalau tidak diingatkan, biasanya masa bodoh dan tak menaruh peduli,”tutupnya, mengingatkan.
Apresiasi patut diberikan kepada Raker PGRI Flotim kali ini.
Meski baru ‘seumur jagung’ Maksi Masan Kian,dkk membesut PGRI Flotim, namun gerakannya ba’h kilat disambar petir, membikin ‘hujan turun gunung’ seruduk seribu satu macam bongkah es, problema dunia pendidikan dan guru di Flotim, yang selama ini ‘membatu’.
Satu-satu mulai diurai-dipintal baik-baik jalan keluar, dan kini mulai terlihat cahaya terang lilinnya.
Mulai dari Penempatan Sekretariat PGRI, urusan tanah milik PGRI Flotim, konsolidasi pengurus kabupaten dan cabang, lalu menyasar persoalan hak dan kesejahteraan guru, manajemen pelayanan di Dinas PKO Flotim, hingga diskusi buka wawasan menuju profesionalisme guru dengan menghadirkan narasumber handal, bahkan soal dunia IT para guru di Flotim untuk back up data base.
Tak cuman itu, gereget bangun Sekretariat PGRI Flotim pun ditancap gasnya, serta bicara tertib iuran tetap PGRI Flotim.
Semuanya dijadikan target pasti. Tinggal bagaimana Maksi Masan dan tim worknya, tetap menjaga kecepatan dan daya juangnya. Selamat!
(Delegasi.Com/BBO)