Sosbud  

”NUDA KELEKAT” Dalam Budaya Lamaholot-Adonara

Avatar photo
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia NTT, Dr. Keron A. Petrus //Foto: delegasi.com(Dok.Pribadi)

“Cara pandang yang saya gunakan dalam rangkai seri tulisan Mengenal Lebih Dekat Ekologi Budaya Masyarakat Adonara, adalah Ekologi Budaya. Dimana  manusia (masyarakat) adonara dan alam/lingkungan saling berinteraksi menghasilkan pola budaya (budi adat, ungkapan, simbol-simbol, hak-hak) tertentu menjadi titik pijak atau pokok diskusi. Karena itu, jika ada ungkapan dalam bahasa setempat (Lamaholot-Adonara) yang akan ditanggapi atau didiskusikan hendaknya berpijak dari dan untuk Adonara”

Dr. Keron A. Petrus, SE, MA

 

MENGENAL LEBIH DEKAT EKOLOGI BUDAYA MASYARAKAT ADONARA

DELEGASI.COM–Tulisan ini hanya dimaksudkan untuk merespon perbedaan pandangan, yang bahkan telah memvonis salah penggunaan kata Nuda Kelekat dalam tulisan seri pertama. Saya perlu mengklarifikasinya agar tidak terjadi kesalahpahaman lebih jauh. Atau, minimal pembaca dapat mengetahui pertimbangan menggunakan kata tersebut.

Etisnya, klarifikasi ini berlangsung secara tatap muka. Saya siap lahir-batin untuk melakukannya. Namun, keinginan itu tidak terwujud karena alasan yang tidak dapat saya ungkapkan melalui tulisan ini. Maka, cara inilah merupakan pilihan terakhir agar pemahaman yang sama dapat terbangun.

NUDA KELEKAT  DALAM BUDAYA LAMAHOLOT-ADONARA

Sebagai pembuka, saya ingin menegaskan terlebih dahulu bahwa cara pandang yang saya gunakan dalam rangkai seri tulisan Mengenal Lebih Dekat Ekologi Budaya Masyarakat Adonara, adalah Ekologi Budaya. Dimana  manusia (masyarakat) adonara dan alam/lingkungan saling berinteraksi menghasilkan pola budaya (budi adat, ungkapan, simbol-simbol, hak-hak) tertentu menjadi titik pijak atau pokok diskusi. Karena itu, jika ada ungkapan dalam bahasa setempat (Lamaholot-Adonara) yang akan ditanggapi atau didiskusikan hendaknya berpijak dari dan untuk Adonara.

Artikel Terkait: 

Mengenal Lebih Dekat Ekologi Budaya Masyarakat Adonara
Kewae Sedo Bolen Penghuni Pertama Adonara
Benarkah Adonara Adalah Pulau Pembunuh?

 

Beranjak dari pemahaman di atas, ungkapan Nuda Kelekat dalam tulisan sebelumnya harus dipahami dari dan untuk Adonara. Dalam kerangka berpikir yang lebih luas, semua tindakan orang Adonara dalam bentuk apa pun (terutama yang baik) dari dan untuk alam Adonara maka keberadaan dirinya dapat disebut sebagai Nuda Kelekat Adonara.

Pilihan menggunakan kata Nuda Kelekat dalam tulisan tersebut didasarkan pada pertimbangan terhadap hak kepemangkuan. Hak kepemangkuan dalam budaya Lamaholot-Adonara mengacu pada sistem kekerabatan patrilineal (didasarkan pada garis keturunan laki-laki). Kepada garis keturunan laki-laki sulung (weruin) itulah, hak kepemangkuan untuk pertama kalinya diberikan (diwariskan).

Posisi Lewo (Desa) Lamahelan sebagaimana saya tulis, adalah Lewo Weriun bagi masyarakat Adonara. Maksudnya, lewo yang dipilih oleh garis keturunan weruin ketika meninggalkan perkampungan Riawale di puncak Ile Boleng.  Ini sejarah dalam budaya Lamaholot-Adonara, yang tidak terbantahkan oleh siapapun. Ada ungkapan: Kakan Lamahelan Arin Golek Ile.

Puncak Ile Boleng di Adonara Flores Timur //Foto: Istimewa

 

Ketika menjalankan peran untuk mewujudnyatakan hak dan kewajiban, terutama kewajiban yang melekat sebagai lewo weruin, maka pada saat itu Lamahelan adalah Nuda Kelekat. Nuda Kelekatnya siapa? Ya, Nuda Kelekatnya Adonara. Peran menjaga, merawat keberadaan Ile Boleng yang dijalankan sebagai lewo weruin adalah ritualisasi yang bersumber dari Alam Adonara itu sendiri.

Pertanyaan yang saya ajukan dalam tulisan itu, apakah penyelenggaraan ritual amet perat (pengampunan) yang dilakukan tersebut berkorelasi dengan hak kepemangkuan weruin (karena sebagai Lewo Weruin)?. Ataukah, peran itu dilaksanakan semata-mata karena mandat yang bersumber dan diberikan oleh alam Adonara?.

Ini sebuah pertanyaan reflektif untuk direnungkan, dan bukan untuk menggugat. Tidak sama sekali. Sebagai orang yang hidup dalam budaya Lamaholot-Adonara, tentunya kita tetap teguh terhadap hal yang benar. Meskipun di luar sana ada badai yang hendak menerjang, selama kita benar Alapet Rera Wulan, Alam dan Leluhur akan berpihak melindungi. Sebaliknya, jika hal yang kita lakukan ternyata direkayasa, kita akan diingatkan oleh Alapet Rera Wulan, Alam dan Leluhur dengan caranya masing-masing.

Sekali lagi dalam tulisan itu, saya katakan sudah saatnya kita perlu diskusi dari hati ke hati, terbuka untuk menemukan keberadaannya. Fenomena alam badai Siklon Tropis Seroja 5 April 2021 telah membuka pintu bagi kita anak Adonara, mari duduk diskusi. Sejarah adalah Identitas karena itu semua orang merasa berkepentingan terhadapnya.

Demikian, klarifikasi yang dapat saya lakukan. Semoga melalui penjelasan ini, kita mempunyai pemahaman yang sama  terkait penggunaan kata Nuda Kelekat dalam budaya Lamaholot-Adonara. ***

 

Penulis: Dr. Keron A. Petrus, SE, MA, Adalah Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia NTT.

Komentar ANDA?