Tel Aviv, Delegasi.Com – Angkatan Darat (AD) Amerika Serikat (AS) marah dengan badan intelijen Israel, Mossad, atas kegagalan operasinya di Negara Arab.
Sumber-sumber politik dan militer di Tel Aviv mengungkap ketegangan antara militer Washington dan badan mata-mata Zionis tersebut.
Mengutip surat kabar Arab Saudi yang berbasis di London, Asharq Al-Awsat, Jumat (30/8/2019), seorang pejabat tinggi di pasukan Israel mengatakan Mossad gagal karena tidak mengoordinasikan operasinya dengan pasukan AS yang dikerahkan di negara itu. Operasi yang gagal itu diduga terjadi di Irak.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Selasa lalu oleh Amir Oren, seorang penulis untuk Walla News, militer Israel takut akan kemunduran dalam hubungan dekat dengan mitranya dari Amerika dan Pentagon.
Beberapa tanda pertama dari masalah muncul baru-baru ini dan hal itu telah memengaruhi hubungan antara militer Israel dan direktur Mossad Yossi Cohen.
Seorang pejabat di militer Tel Aviv menuduh Mossad memiliki cacat dalam kinerjanya yang membahayakan hubungan sensitif dengan Badan Keamanan Nasional (NSA) di Washington dan wilayah tersebut.
Oren berbicara tentang ketegangan “tersembunyi” antara tentara Israel dan Mossad mengenai kontak utama dengan agen-agen keamanan Amerika dan pertikaian baru-baru ini dengan AS memperburuk hubungan mereka.
Kontak harian dilakukan melalui tentara Israel—yaitu oleh departemen operasi dan perencanaan—dengan atase militer di Washington. Sedangkan Mossad menjalankan komunikasi melalui direkturnya dengan utusan CIA di Tel Aviv, dan juga melalui kepala Misi Mossad di Kedutaan Besar Israel di Washington dengan Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT) di markas CIA. Kadang-kadang, kontak langsung dilakukan antara Cohen dan Direktur CIA Gina Haspel.
Oren menambahkan bahwa masalah koordinasi Israel-Amerika diangkat setelah tentara Israel melakukan operasi di wilayah operasi Komando Pusat AS.
Hal itu dapat dipahami sebagai isyarat keterlibatan Israel dalam ledakan terbaru yang terjadi di Irak dan yang menargetkan posisi Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), kelompok milisi Syiah Irak pro-Iran.
Komando Pusat AS sangat kritis dalam pelanggaran kedaulatan negara di wilayah operasinya, yang tidak berbatasan dengan Israel.
Operasi Mossad, karenanya, membuat marah Pentagon dan telah menolak semua alasan dan permintaan maaf.
Ketegangan ini bertepatan dengan debat lain antara Tel Aviv dan Washington tentang hubungan Amerika-Iran.
Sumber lain di Tel Aviv mengatakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sangat prihatin dengan tanda-tanda bahwa Presiden AS Donald Trump siap untuk membuka babak baru dalam hubungan dengan Iran dan meninggalkan kebijakan garis keras yang diadopsi oleh Netanyahu.
Kekhawatiran ini meningkat pada hari Senin ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan rencana untuk mengadakan pertemuan puncak antara Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
//delegasi(*/hermen)