Paus Francis Sebut Muslim Uighur Teraniaya, Ini Respon China

  • Bagikan
Paus Fransiskus disambut oleh Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan saat tiba di bandara Abu Dhabi, UEA, Ahad (3/2/2020).//Foto; EPA

BEIJING, DELEGASI.COM – China mengatakan komentar yang dibuat oleh Paus Francis yang menyebut etnis Muslim Uighur “dianiaya” tidak berdasar. Pernyataan itu dilontarkan China di tengah pengawasan internasional yang meningkat atas perlakuannya terhadap kelompok minoritas.

“Pernyataan Paus Fransiskus tentang Uighur sama sekali tidak berdasar,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, pada jumpa pers harian di Beijing seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (24/11/2020).

Zhao menyatakan bahwa pemerintah China telah melindungi hak-hak etik minoritas sesuai dengan hukum, karena Beijing menghadapi kritik dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat lainnya atas tindakan kerasnya terhadap orang Uighur di wilayah paling barat Xinjiang.

Paus Francis membuat komentar itu dalam sebuah buku baru, “Let Us Dream: The Path to a Better Future.” Itu menandai pertama kalinya dia berbicara tentang Uighur setelah didesak selama bertahun-tahun oleh pengamat hak asasi manusia.

Vatikan bulan lalu memperbarui perjanjian kontroversial dengan China tentang pengangkatan uskup. Kesepakatan itu mengesampingkan tekanan dari Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo yang mengatakan kesepakatan itu membahayakan “otoritas moral” Gereja Katolik.

Pakar PBB memperkirakan lebih dari satu juta warga Uighur dan Muslim Turks lainnya telah ditahan di luar kemauan mereka selama beberapa tahun di kamp-kamp di wilayah paling barat.
Laporan media dan pengawas juga telah mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia termasuk kerja paksa dan sterilisasi paksa perempuan Uighur.

China membantah penganiayaan terhadap kelompok minoritas dan mengatakan kamp-kamp yang menampung warga Uighur memberikan pelatihan kejuruan dan diperlukan untuk melawan ekstremisme.

China menyebut laporan pelanggaran hak asasi di Xinjiang “dibuat-buat” dan “berita palsu,” serta menegaskan bahwa Pemerintah China memperlakukan semua etnis secara setara.

//delegasi(sindonews)

Komentar ANDA?

  • Bagikan