BAGHDAD, DELEGASI.COM – Pemimpin Gereka Katolik Roma Paus Fransiskus mencoba menjangkau Muslim Syiah dunia dalam pertemuan dengan ulama terkemuka Ayatollah Ali Sistani pada Sabtu (5/3/2021). Dalam momen penting dalam sejarah agama modern tersebut, dua tokoh terhormat keagamaan tersebut bertemu di rumah sederhana Sistani di kota kuil Najaf pada Sabtu pagi.
Pertemuan ini termasuk dalam agenda hari kedua kunjungan Paus untuk pertama kalinya ke Irak. Paus berusia 84 tahun itu menyinggung soal gelombang kedua kasus virus corona, dan kekhawatiran keamanan untuk melakukan perjalanan ke Irak.
Kunjungan kepausan “yang telah lama ditunggu” ini bermaksud untuk memberikan penghiburan bagi komunitas Kristen kuno di negara itu, dan memperdalam dialognya dengan agama-agama lain.
Dia mendarat di bandara Najaf, di mana poster telah dipasang yang menampilkan pepatah terkenal oleh Sistani, khalifah keempat dan kerabat Nabi Muhammad, yang dimakamkan di kota suci.
“Ada dua jenis orang, baik itu saudara seiman atau saudara sederajat dalam kemanusiaan,” baca tulisan dalam spanduk.
Sebuah konvoi mobil membawanya ke Kota Tua, yang berada di bawah pengamanan yang sangat ketat. Dia melangkah keluar di salah satu gang kecil Najaf dan seorang koresponden AFP melihatnya melewati ambang pintu ke kantor Sistani.
Tidak ada pers yang diizinkan meliput dalam pertemuan tersebut, karena Sistani berusia 90 tahun itu sangat tertutup dan hampir tidak pernah terlihat di depan umum. Kunjungan itu adalah salah satu hal menarik dari perjalanan empat hari Paus ke-266 Roma, di Irak yang dilanda perang.
Sistani telah memainkan peran kunci dalam meredakan ketegangan dalam beberapa dekade terakhir. Butuh berbulan-bulan negosiasi yang cermat antara Najaf dan Vatikan untuk mengamankan pertemuan tatap muka kedua tokoh tersebut.
“Kami merasa bangga atas apa yang ditunjukan oleh kunjungan ini dan kami berterima kasih kepada mereka yang memungkinkan ini terjadi,” kata Mohamed Ali Bahr al-Ulum, seorang ulama senior di Najaf.
Penjunjung moral
Paus Fransiskus, pendukung kuat relasi antaragama. Dia telah bertemu dengan ulama Sunni di beberapa negara mayoritas Muslim, termasuk Bangladesh, Maroko, Turki, dan Uni Emirat Arab. Sementara itu, Sistani memiliki pengikut sebagian besar dari 200 juta Syiah di dunia. Kelompok ini termasuk minoritas di antara Muslim dunia, tetapi mayoritas di Irak. Dia merupakan tokoh nasional bagi warga Irak.
“Ali Sistani adalah pemimpin agama dengan otoritas moral yang tinggi,” kata Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot, kepala Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama dan spesialis studi Islam.
Sistani memulai studi agamanya pada usia lima tahun, naik dari jajaran ulama Syiah ke Ayatollah Agung pada 1990-an. Ketika Saddam Hussein berkuasa, dia mendekam dalam tahanan rumah selama bertahun-tahun. Tetapi, ulama ini muncul setelah invasi pimpinan AS menggulingkan rezim represif pada 2003.
Dia memainkan peran publik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada 2019, dia berdiri bersama pengunjuk rasa Irak yang menuntut layanan publik yang lebih baik dan menolak campur tangan eksternal dalam urusan dalam negeri Irak.
Pada Jumat (5/3/2021) di Baghdad, Paus Fransis membuat permohonan serupa. “Semoga kepentingan partisan berhenti, kepentingan di luar yang tidak memperhitungkan penduduk lokal,” kata Fransis. Sistani memiliki relasi yang rumit dengan tempat kelahirannya di Iran, di mana kursi utama otoritas keagamaan Syiah terletak di kota Qom.
Najaf menegaskan pemisahan agama dan politik. Sementara mayarakat Qom percaya ulama tertinggi, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, juga harus memerintah.
Penanganan Covid-19
Ulama Irak dan pemimpin Kristen mengatakan kunjungan itu dapat memperkuat posisi kota suci Najaf dibandingkan dengan Qom. “Sekolah Najaf memiliki prestise yang tinggi dan lebih sekuler daripada sekolah Qom yang lebih religius,” kata KardinalAyuso.
“Najaf lebih menekankan pada urusan sosial,” tambahnya. Di Abu Dhabi pada 2019, Paus bertemu dengan Sheikh Ahmed al-Tayeb, imam masjid Al-Azhar di Kairo dan otoritas utama Muslim Sunni. Mereka menandatangani teks yang mendorong dialog Kristen-Muslim. Pimpinan Katolik Roma berharap Sistani juga akan mendukung, tetapi sumber ulama di Najaf mengatakan kepada AFP bahwa itu tidak mungkin. Sementara Paus telah divaksinasi dan mendorong orang lain untuk mendapatkan suntikan, perwakilan dari Sistani belum mengumumkan vaksinasi tersebut.
Irak saat ini dicengkeram oleh kebangkitan kasus virus corona. Negara ini mencatat lebih dari 5.000 infeksi dan lebih dari dua lusin kematian setiap hari. Setelah kunjungannya ke Ayatollah Agung, Paus akan menuju ke situs gurun di kota kuno Ur.
Tempat ini diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, patriark umum dari agama Kristen, Yahudi dan Muslim. Di lokasi itu pula, Paus Fransiskus akan menjadi tuan rumah dialog antaragama, yang juga dihadiri oleh banyak minoritas agama Irak lainnya.
//delegasi(kompas)