Hukrim  

Peserta Magang: Heran, Kuliah 2 Bulan, IPK Tembus 3.79

Avatar photo
Peserta Magang saat tiba di Kantor Bupati Flotim dan bertemu Bupati Anton Hadjon, Jumad, 11/09/2020, Pagi. (Delegasi.Com/BBO)

LARANTUKA,DELEGASI.COM – Fakta lain terkait nasib para peserta magang program kuliah sambil kerja di Taiwan yang dibuat Pemkab Flores Timur bersama Stimik STIKOM Bali dan LPK Dharma kembali terkuak.

 

Kali ini seputar proses perkuliahan selama peserta magang yang mengikuti program kuliah sambil bekerja di Taiwan itu berada di Bali.

 

Disebutkan, proses perkuliahannya yang berjalan hanya kurang lebih 2 bulan itu terkesan hanya sekedar memenuhi syarat formal. Dan, tak memberikan nilai tambah bagi para peserta magang.

“So begitu rata-rata nilai IPK peserta magang diatas 3, bahkan ada yang tembus 3,79. Walaupun, tak semua proses perkuliahan berjalan dengan baik, termasuk soal-soal.yang ,”demikian diceritrakan Sukarnia Arzad dan Benediktus Lamanepa, Dua orang peserta magang yang kembali ke Flotim pada Jumad,11 September 2020, yang ditemui Delegasi.Com, dikediaman Ruth Wungubelen, usai makan siang.

Menurut Sukarnia Arzad, peserta magang asal Desa Sagu itu, peserta magang yang ikut program kuliah tersebut, pun hanya mereka yang nginap di Mess Batanghari.

“Yah, awal masuk kuliah, Kami dikumpulkan di salah satu gedung yang namanya KTI Global, bukan di STIMIK STIKOM Bali.

Gedung KTI Global Bali, yang menjadi tempat kuliah eksekutif peserta magang Taiwan 2019. (Delegasi.Com/BBO)

 

Lalu, Kami semua dibagikan jaket, dimana Jaket itupun bukan dibagikan secara baik dalam suasana formal seperti biasanya di sebuah Perguruan Tinggi.

Tapi, diletakan begitu saja diatas meja, lalu Kami sendiri yang memilihnya.

Sehingga ada yang ukurannya pas dan ada yang tidak.

Lalu, Kami dilantik sebagai mahasiswa. Ada dua teman yang mewakili untuk dilantik yakni Awi Sogen dan Indah Parawansa,”ujarnya.

Kemudian, sambung Sukarnia Arzad, proses perkuliahan tatap muka pun sempat berjalan beberapa kali bersama dosen.

Termasuk ada penugasan yang diberikan.

“Kami pun sempat mengerjakan tugas-tugas itu beberapa kali.

Namun, setelah itu Kami mulai jenuh, bosan dan malas, sehingga ada penugasan juga yang Kami abaikan.

Bahkan, ada teman yang tak ikut kuliah tatap muka itu lagi.

Puncaknya, saat Covid-19 mulai mewabah. Dimana, perkuliahannya melalui online Zoom. Kami tak bisa ikut lagi karena uang untuk beli pulsa tidak ada.

Tetapi, herannya IPK Kami tinggi-tinggi semua, yakni rata-rata diatas Tiga Koma. Bahkan, ada teman yang capai 3,79.

Bahkan lebih edan lagi, ada teman yang tak ikut kuliah dan kerja tugas, tetapi mendapat nilai tertinggi,”pungkas Sukarnia, tersenyum.

Ia juga mengakui tak diberikan dokumen ataupun semacam sertifikat piagam tanda telah mengikuti program perkuliahan dari STIKOM Bali.

Hal yang sama diakui Benediktus Lamanepa, asal Desa Tikatukang, Kecamatan Adonara.

Menurutnya, waktu perkuliahan yang dijalani terkesan sangat singkat dan tidak memberikan nilai tambah.

Bahkan, dirinya ikut heran dengan IPK 3.79 yang diperolehnya.

“Itupun Saya buka lihat di Websitenya STIKOM Bali.

Disitu, saya jadi heran. Kok bisa yah IPK Saya setinggi ini. Padahal, kuliahnya begitu-begitu saja,”ujarnya, sedikit malu.

Saat ditanyai apakah ada bukti dokumen seperti ijasah atau sertifikat yang diberikan, Benediktus sampaikan kalau tak ada satu dokumen pun yang dberikan.

Sementara itu, perwakilan orang tua, Ruth Wungubelen kepada Delegasi.Com meminta agar Aparat Penegak Hukum, Polresta Denpasar dan Polres Flotim yang telah mendapat pengaduan para peserta magang agar ikut menyelidiki proses perkuliahan yang terkesan abal-abal ini.

“Iyah, agar bisa diketahui siapakah yang mengatur proses perkuliahan seperti ini. Kan, aneh sekali, masah kuliah 2 bulan juga tidak jelas tapi anak-anak dapat nilai tinggi sekali.

Malahan, IPK sampai 3,79. Inikan menyangkut kredibilitas lembaga STIKOM Bali juga,”pungkasnya, serius.

Ruth Wungubelen menegaskan, pihaknya berencana akan menemui DPRD Flotim dan Bupati Flotim lagi untuk menyampaikan hal ini.

“Karena, sebagai orang tua, Kami sangat tidak mau kalau anak-anak dipermainkan seperti ini.

Mereka yang pulang ini, tak pegang satu pun dokumen dari STIKOM Bali sebagai bukti nilainya selama ikut program kuliah itu,”tohoknya, keras. (Delegasi.Com/BBO)

Pasalnya, sejak masuk awal sekitar Bulan September 2019, semuanya serba tidak tentu arah dan jauh dari suasana perkuliahan sebagaimana biasanya.

Waktu perkuliahan pun terhitung sangat singkat.

Kurang dari dua bulan.

Tatap muka bersama Dosen pun hanya beberapa kali.

Sudah begitu, semua peserta kuliah di STIKOM Bali itu,

//delegasi (BBO)

Komentar ANDA?