Petani Didorong Kembangkan Pertanian Organik

  • Bagikan

Kupang,Delegasi.Com – Petani di NTT harus didorong untuk mengembangkan sistem pertanian organik dalam rangka mendukung program pemerintah provinsi di bidang kepariwisataan.

Demikian dikatakam Ketua Komisi II DPRD NTT, Yucun Lepa  kepada wartawan di Kupang, Selasa (9/7/2019).

Yucun mengatakan, pekan lalu bersama rombongan Gubernur Viktor Laiskodat melakukan kunjungan kerja ke Oslo, Norwegia. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan ketika berada di Eropa Utara ini adalah pameran kopi, jambu mete dan marungga organik. Ini merupakan langkah yang cukup bagus dilakukan Gubernur Laiskodat untuk memperkenalkan potensi ekonomi rakyat NTT ke mancanegara. Semua produk pertanian organik itu habis terjual dalam kegiatan pameran tersebut.

“Norwegia merupakan salah satu negara di Eropa Utara penikmat kopi terbesar dan konsumsi pertanian organik,” kata Yucun.

Ketua DPW PKB NTT ini menyampaikan, tekad pemerintah provinsi yang menjadikan pariwisata sebagai penggerak utama akan berkembang pesat kalau didukung oleh sektor pendukung yang baik dengan aspek pertanian sebagai faktor pendorong. Dengan kata lain, menjual pertanian untuk pengembangan sektor pariwisata. Karena itu pertanian organik harus didorong dalam menjawabi kebutuhan wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara.

“Kita harus dorong pertanian berbasis agrowisata dimana semua hasil olahan pertanian harus organik,” ungkap Yucun.

Menjawab tentang hampir semua lahan pertanian di NTT sudah terkontaminasi pertisida, Yucun nyatakan, sebenarnya tidak menjadi masalah. Karena Komisi II DPRD NTT pernah menghasilkan peraturan daerah (Perda) tentang lahan pertanian berkelanjutan yang diarahkan pada pertanian berkelanjutan. Karena itu, sistem pertanian yang dikembangkan harus selaras alam, meningkatkan produksi pertanian dan menjaga lingkungan. Artinya, menekan sedapat mungkin penggunaan bahan kimia dan pestisida.

“Sistem pertanian yang dikembangkan harus bersifat organik dengan mendorong petani memproduksi atau menggunakan pupuk kompos atau bokashi,” jelas Yucun.

//delegasi(hermen)

Komentar ANDA?

  • Bagikan