LARANTUKA-DELEGASI.COM–Aparat Kepolisian Resort Flores Timur, diminta untuk menyelidiki dan mengusut tuntas peristiwa terbakarnya kebun Kelor Covid-19 seluas 3 hektar di Desa Kiwangona, arah Got Hitam-Waibao, beberapa waktu lalu.
Pasalnya, peristiwa terbakarnya Kebun Kelor yang dibiayai dari Program Padat Karya Pertanian dalam rangka pemulihan ekonomi akibat Pandemi Covid-19, senilai Rp.2 M lebih ini, masih menyimpan misteri, apakah terbakar karena unsur sengaja atau tidak sengaja.
Dan, kejadian ini berpotensi merugikan keuangan negara.
Sebab, sumber dananya langsung dari Pos APBD Flotim Tahun Anggaran 2020, yang peruntukkannya jelas untuk pemulihan ekonomi masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Demikian pernyataan Anggota DPRD Flotim, yang juga Anggota Komisi C, Muhammad Ikram Ratuloli,SE, saat ditemui Delegasi.Com, di sela-sela Rapat Gabungan Komisi bersama Pemerintah, terkait Dana Penanganan Covid-19 Tahun Anggaran 2020 di Gedung Bale Gelekat Lewotanah, DPRD Flotim, Kamis, 09/09/2021, Siang.
Pihaknya, kata Miral Ratuloli, meminta Aparat Kepolisian agar bisa menyelidiki kejadian ini, untuk bisa mengungkap fakta yang sebenarnya.
“Apalagi ini Kebun Kelor dibiayai dari dana penanganan Covid-19 dengan nilai anggaran yang cukup besar, sekitar Rp. 2 M lebih, bersama Kebun Kelor Covid-19 di Solor dan Daratan Larantuka.
Yang jelas, ini bukan hal biasa, sehingga harus ada kejelasan atas peristiwa tersebut.
Kita pastikan akan minta diusut.
Masah, sudah tanam Kelor banyak-banyak, kok bisa terbakar begitu,”ujar Miral dengan nada kecewa, sembari nyatakan, akan turun ke lokasi untuk lihat Kebun Kelor Covid-19 yang terbakar itu.
Ia juga meminta Dinas Perkebunan dan Peternakan jangan diam saja, tapi sebaiknya lapor Polisi supaya diusut siapa pelaku dan apa penyebabnya Kebun Kelor Covid-19 itu terbakar.
Peristiwa ini memang telah menyita perhatian banyak pihak, termasuk Media.
Pasalnya, suka atau tidak suka, dengan sekian banyak tanaman Kelor yang ikut mati karena hangus terbakar, membuat kebun, yang masih dalam masa pemeliharaan ini harus disulam lagi alias diganti tanaman lagi.
Dan, berdampak serius pada progress capaian target program menjadi melamban untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi di masa Pandemi Covid-19.
“Yah, kalau sudah begini, maka jelas mengganggu target progress program.
Padahal, program ini sifatnya membantu pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19.
Terpaksa diganti dengan benih yang baru, dan pasti tunggu hujan baru tanam lagi,”ujar beberapa warga yang enggan ditulis identitasnya dalam obrolan lepas bersama Delegasi.Com, di Larantuka, Rabu, 08/09/2021, Pagi.
(Delegasi.Com/BBO)