KUPANG, DELEGASI.COM – Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur Tak pernah berhenti melakukan restorasi pola pertanian dengan tujuan meningkatkan kesejahteran rakyat.
Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) menjadi titik bidik paling ideal yang mencerahkan menuju NTT Bangkit, NTT Sejahtera. Semua kekuatan strategis mulai digerakkan setelah anggaran disetujui DPRD NTT.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sebagai kunci keberhasilan TJPS itu mulai berpacuh mensukseskan program itu.
Semua bersatu dalam tekad tunggal; bekerja keras, cerdas dan tuntas demi kesejahteraan masyarakat NTT
” Tanam Jagung Panen Sapi” adalah salah satu program Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat periode 2018-2023.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Lecky Frederi Koli kepada wartawan di Kupang, Jumat (24/6/2021 menjelaskan TJPS adalah program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman jagung yang diintegrasikan dengan ternak sapi untuk menigkatkan pendapatan dan taraf hidup petani.
Program ini katanya, khusus dibidang pertanian lahan kering. Sehingga lahan-lahan yang belum dimanfaatkan harus diolah agar dapat meningkatkan taraf hidup petani.
Pasalnya, Provinsi NTT sangat berpotensi untuk mengembangkan pertanian lahan kering .
Karena itu, pertanian lahan kering seperti Jagung perlu dikembangkan di wilayah Provinsi NTT. Mengapa harus jagung yang perlu dikembangkan?
Menurut Lecky Frederick Koli, berdasarkan sejarah, jagung menjadi makanan pokok masyarakat NTT di bagian pulau Timor.
“Mengutip Misi dari Gebernur NTT, “NTT Bangkit, NTT Sejahtera”. Maka salah satu langkah strategis yang diambil untuk mencapai Visi tersebut adalah mengembangkan pertanian lahan kering,” katanya.
Dijelaskan, salah satu hal yang disampaikan oleh Gubernur NTT saat debat Pilgub adalah Lahan kering di NTT masih banyak yang belum diolah.
“Sehingga lahan-lahan yang belum dimanfaatkan harus diolah sehingga dapat meningkatkan taraf hidup petani,” jelas Lecky Frederich Koli .
Terkait dengan Program “Tanam Jagung Panen Sapi ((TJPS)” menurut Lecky Frederick Koli tentu banyak orang akan bertanya
“Kok, bisa tanam jagung, menghasilkan sapi” ?, Iya, betul tanam jagung bisa menghasilkan sapi,” tandasnya.
Bagaimana caranya?.
Sejak program ini diluncurkan pada Musim Tanam (MT) I Februari 2020, menurut Lecky Frederick Koli, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sudah merekrut tenaga teknis untuk mendampingi petani dalam menjalankan program TJPS.
Daerah sasaran untuk program ini kata dia berada di pulau Timor (4 Kabupaten) dan Pulau Sumba (3 Kabupaten).
“Tenaga Pendamping tekni TJPS yang direkrut sebanyak 100 Orang yang menyebar di tujuh Kabupaten,” katanya.
Dari tenaga 100 orang ini, diberikan tugas untuk mendampingi Petani dengan standar setiap pendamping akan mendampingi 25-50 KK yang memiliki lahan seluas 1 Ha/KK.
Dari lahan 1 Ha per KK, diharapkan hasil produksi jagung minimal 5 ton per hektar.
Dari hasil 5 ton ini, sengaja disimpan untuk konsumsi keluarga dan sebagian dijual untuk beli sapi.
Petani akan difasilitasi berupa pengolahan lahan, benih, pupuk dan obat. Sehingga sangat tidak diragukan lagi kalau program ini tidak berhasil.
“Inilah alasan kenapa program ini diberi nama ” Tanam Jagung Panen Sapi”, Jelasnya.
Nyatakan Hasil Restorasi Pertanian
Program TJPS kini telah merasuki warga petani di beberapa titik yang menjadi pusat perhatian pemerinth. Buktiny, pada Mei Lalu, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) melakukan Panen Padi dan Tanam Jagung Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Periode Tanam bulan April-September di kawasan persawahan Kolidoki Desa Manusak Kabupaten Kupang, dengan luasan lahan potensial 800 hektar.
Restorasi Pertanian di NTT terealisasi melalui TJPS dimana Program ini bertujuan untuk meningkatkan luas tanam jagung, meningkatkan produksi dan produktivitas, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, memanfaatkan musim kemarau untuk berproduksi, meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi petani, serta menurunkan tingkat kemiskinan.
Gubernur Viktor dalam sambutanya menekankan tentang kerja kolaborasi, kerja di luar kemampuan manusia, manajemen pengelolaan air untuk setiap musim tanam sehingga terwujudnya Tanam, Jaga dan Panen.
“Kerja diatas 800 ha, jangan kerja lamban dan biasa-biasa saja, kalau tidak kita gagal. Pemimpin pada Dinas Teknis (Pertanian, Peternakan,Perindustrian dan Perikanan) haruslah aktor lapangan yang tangguh di lapangan, kalau mau program kita berhasil, maka Camat, Danramil dan Kapolsek setiap hari harus jaga di sini, Bupati dua kali dalam seminggu, dan Gubernur sebulan sekali. Kita lihat Sumba Tengah, berhasil hanya karena ada kepedulian Bupati Kapolres Dandim para Maramba, dinas terkait, dan para pemudanya,” ungkap Gubernur Laiskodat
“Alat pertanian dilarang diberikan ke petani, karena para petani butuh lahanya dikelola dan ditanam, untuk itu, sistemnya brigade, lahan dan petani dimana siap, alsintan turun disitu, kebijakan ini diterapkan untuk mewujudkan keadilan bagi para petani di NTT,” pungkas Gubernur.
“Kalau panen artinya tanamnya bagus dan jaganya bagus, tapi saat tanam kita perlu skenario terbaik, misalkan Oktober-Maret kelebihan air dan April-September itu kekurangan air maka kita mesti analisa manajemen pengelolaan air agar kita tidak gagal pada kesalahan yang sama,” ujar Gubernur VBL.
Gubernur Viktor Laiskodat juga menjabarkan terkait dengan Program TJPS bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan pangan, melainkan juga untuk pergerakan ekonomi menuju skala industri.
“Untuk menanam jagung sebanyak ini bukan saja untuk makan melainkan untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok industri pakan ternak, kita mesti menyiapkan rantai pasok di daerah ini karena uang yang keluar dari NTT untuk pembelian pakan ternak, setiap tahun sebanyak Satu Triliun lebih,” ungkap Gubernur Viktor
Selanjutnya Bupati Kupang, Korinus Masneno dalam sambutanya menyatakan siap berkolaborasi antar Program Kabupaten, Revolusi 5P dengan Program Pemprov yakni TJPS
“Ditempat ini Potensinya 800 ha, baru dikelola 160 ha untuk padi, segera kami berikan bantuan bibit dan pupuk sebagai program kami Revolusi 5P, namun senang hati juga TJPS masuk di wilayah ini untuk optimalisasi lahan seluas 800 ha,”
Selanjutnya Rektor Undana, Frederik L. Benu menyampaikan terkait program TJPS, Undana mendukung penuh pelaksanaannya sebagai wujud kontribusi lembaga pendidikan terhadap pembangunan NTT.
Atas nama para petani menyampaikan apresiasi, kami sangat merespon dan mendukung program TJPS, pada saat yang sama, lokasi ini kami manfaatkan air dari bendungan Raknamo, harapan kami bapak Gubernur mendorong semua pihak terlibat aktif mengelola lahan 800 ha, kami siap bekerjasama termasuk Kampus Undana, termasuk 30.000 mahasiswa yang kami optimalkan untuk mendukung Program TJPS,” ungkap Rektor Fred
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan KP, Lecky F. Koli dalam sambutanya menyampaikan terkait rantai nilai, peluang ekonomi bagi masyarakat serta skenario optimalisasi lahan potensial dan air.
“Panen 160 ha di lahan potensial 800 ha, menghasilkan beras 400 ton maka menghasilkan 4 M, didinas pertanian kami segera menggarap untuk TJPS di lahan ini, segera 800 ha kita kelola kita panen jagung dalam waktu 100 hari, maka nilai ekonomi dimana proteksi produksi yang dihasilkan 3000 ton maka petani menghasilkan 90 M kalau kita integrasikan dengan ternak maka dapat lebih meningkatkan pendapatan petani, areal ini kita bisa skenariokan pengelolaan air tanam Padi-Jagung-Kacang dengan memanfaatkan jaringan irigasi Raknamo agar bermanfaat bagi petani,” ungkap Kadis Lucky
“Setelah ini kami segera distribusi alsintan, benih, bibit dan pupuk sesuai dengan tahapannya dan SDM Provinsi dari persiapan hingga panen, untuk pupuk perlahan kita beralih dari pupuk kimia menuju ke pupuk organik dengan persentase 80:20 persen dan pastinya pastinya berkontribusi juga terhadap pertumbuhan ekonomi bagi daerah ini,” jelasnya.
//delegasi (***)