OPINI  

Ribuan Babi di Nagekeo Mati Terserang Hog Cholera

Avatar photo
babi terserang
Drh. Fransiskus X.P.G Bethana ketika mengambil sampel darah babi di salah satu peternak babi di Nagekeo untuk mendeteksi hog cholera, Kamis (14/9/2017). Beginilah salah satu ciri babi terserang hog cholera// foto Pos kupang

Mbay, Delegasi.com  – Gawat, hog cholera menyerang ternak babi di Nagekeo.  dilaporkan   pos kupang.com, sampai dengan Kamis (14/9/2017), sudah 5.562 ekor babi mati dan masih ada 86.981 ekor babi yang terancam karena hock colera.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo, Gu Petrus yang dihubungi melalui telepon, Kamis (14/9/2017), mengatakan, saat ini pihaknya sudah mengambil langkah-langkah pengendalian dengan melakukan vaksinasi di beberapa lokasi setelah mendapat bantuan vaksin 7.500 dosis dari Pemerintah Provinsi NTT.

Petrus juga mengatakan, Dinas Peternakan Provinsi NTT telah mencatat kasus serangan hog cholera di Nagekeo untuk rancangan penanganan tahun 2018.

Demikian juga, katanya, dengan DPRD Nagekeo. “Kita akan bicarakan dengan DPRD Nagekeo untuk pengadaan vaksin tahun 2018,” kata Petrus.

Dokter hewan pada Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo, drh. Fransiskus X.P.G Bethana yang ditemuibdi ruang kerjanya, Kamis siang, menjelaskan, Hog Cholera tidak saja menyerang ternak babi di Nagekeo, tapi seluruh Flores dan Lembata.

Karena itu, katanya, untuk pengendalian harus dilakukan vaksinasi massal seluruh Flores dan Lembata secara serentak.

“Di Nagekeo pertama ditemukan kasus di Boawae pada Januari 2017. Kedua di Nangaroro, Kaburea dan sekarang menyebar di seluruh kecamatan,” kata Frans.

Ia menjelaskan, hog cholera hanya bisa dicegah tidak bisa diobati karena dijangkitkan oleh virus.

“Kita hanya berupaya untuk meminimalisir kematian. Penyebab virus yang dijangkitkan melalui udara.

Hanya bisa dicegah, tidak bisa diobati. Upaya yang kita lakukan dengan memblokir penyebaran,”jelas Frans.

Ia mengatakan, babi yang terserang hock colera hanya bisa disembuhkan oleh daya tahan tubuhnya sendiri.

“Dengan perlakuan dari peternak..makan dua kali sehari, asupan vitamin memadai, kebersihan kandang terjamin dan peternak telaten. Kalau melihat pola beternak masyarakat Nagekeo secara keseluruhan memang cukup sulit,” demikian Frans.

Frans kemudian menyebut ciri-ciri babi terserang hock colera yakni; panas tubuh tinggi atau lebih dari 39,5 derajat Celcius, nafsu makan hilang, kalau babi putih ada bercak merah di bawah perut.
Frans mengatakan, selain vaksin, pihaknya juga akan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah.

“Melalui sekolah lebih cepat,” katanya.

Dikatakan Frans, pihaknya memang mengalami keterbatasan vaksin dan tenaga lapangan. Karena itu, lanjut Frans, penanganan kasus tidak bisa dilakukan secara cepat.

“Tenaga terbatas. Vaksin terbatas karena memang tidak disiapkan. Tidak diantisipasi, karena tidak pernah diduga Hock Colera masuk ke Flores. Kalau mau kendali harus serentak Flores dan Lembata karena lalu lintas babi antara daerah di Flores jalan terus,” tambah Frans.

Frans mengungkapkan, akibat serangan Hock Colera, pihaknya harus membatalkan pengadaan babi tahun 2017.

Informasi tentang kematian ternak babi diungkapkan Kepala Desa Aeramo, Seravinus Mena, Rabu (13/9/2017).

Seravinus mengatakan, sejak bulan Mei sampai Jully 2017 sudah ratusan ekor ternak babi milik warga di Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo mati mendadak.

“Sampai saat ini, peternak belum mengetahui jenis penyakit yang menyebabkan ratusan babi mati mendadak.

Seravinus mengatakan, selama kutun waktu Mei sampai September, dirinya sudah kehilangan delapan ekor babi.

“Tinggal lima ekor lagi, yang delapan ekor lainnya sudah mati semua. Sampai sekarang saya juga belum tahu jenis penyakit apa,”ungkapnya.

Seravinus mengungkapkan, tidak hanya babi miliknya yang mati mendadak tapi babi milik warga di Desa Aeramo.

“Kalau saya hanya 13 ekor. Itupun belum terlalu besar. Tapi ada peternak lainnya lebih dari 13 ekor bahkan ada yang 20 ekor,” demikian Seravinus.

Kerugian secara ekonomi, katanya, tidak sedikit. “Kalau satu ekor Rp 4 juta , ratusan ekor itu sudah ratusan juta. Hanya dalam waktu tiga bulan,” kata Seravinus.

Seravinus menjelasakan, ciri-ciri penyakit yang menyerang ternak babi di wilayahnya itu antara lain, suhu tubuh ternak panas tinggi dan nafsu makan berkurang, malas bergerak, secara perlahan berat badan ternak mulai turun.

“Terkadang babi menggigil terus tidak bisa bergerak. Paling lama empat hari sudah pasti mati,” jelas Seravinus.//delegasi(pk/hermen)

Komentar ANDA?