Rishi Sunak Keturunan India Jadi Perdana Menteri Inggris

Avatar photo
Rishi Sunak menjadi Perdana Menteri Inggris menggantikan Liz Truss dan menjadi pria Inggris keturunan India dan Asia pertama yang memimpin negara tersebut.//Foto: Reuter)

DELEGASI.COM, LONDON – Rishi Sunak menjadi Perdana Menteri Inggris menggantikan Liz Truss dan menjadi pria Inggris keturunan India dan Asia pertama yang memimpin negara tersebut.

Mantan Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak memenangi pemilihan ketua Partai Konservatif yang berkuasa dan otomatis akan menjadi perdana menteri, menggantikan Liz Truss yang mundur.

Dilansir BBC, Kemenangan Sunak, 42, dipastikan pada Senin (24/10) setelah saingan satu-satunya, Penny Mordaunt mundur dari kontestasi. Sejak awal pencalonan Sunak terus mendapat dukungan dari kolega-koleganya di Partai Konservatif.

Dalam pidato pertama setelah kemenangannya, Sunak mengatakan dia “merasa mendapatkan kehormatan dan bangga” mendapat dukungan dari kolega-kolega anggota parlemen Partai Konservatif dan dipilih sebagai pemimpin.

Rishi Sunak (tengah) bertemu dengan anggota komite Partai Konservatif di Parlemen Inggris sesudah dinyatakan menang pemilihan ketua partai pada Senin (24/10).//Foto: Reuter

“Ini merupakan kehormatan terbesar selama hidup saya untuk bisa mengabdi kepada partai yang saya cintai dan membalas budi kepada negara yang telah memberikan begitu banyak,” kata Sunak.

Dia direncanakan akan diundang oleh Raja Charles III untuk diminta membentuk pemerintahan. Audiensi ini biasa dilakukan sebelum perdana menteri menjabat secara resmi. Acara itu dijadwalkan berlangsung pada Selasa (25/10).

Berdasarkan mekanisme pemilihan partai, calon ketua harus didukung sekurang-kurangnya 100 anggota parlemen dari Konservatif. Sunak mengantongi dukungan jauh melebihi batas minimal.

Rishi Sunak otomatis menggantikan Liz Truss dan menjadi pria Inggris keturunan Asia pertama yang memimpin negara tersebut. Dia juga menjadi perdana menteri termuda pertama dalam tempo lebih dari 200 tahun. Tapi di tengah krisis ekonomi dan kekacauan partai, mengapa masih ada orang yang ingin menjadi perdana menteri?

Perdana menteri Inggris mendapatkan fasilitas rumah bergaya Georgian yang mewah di tengah London, ratusan staf, perjalanan pribadi, dan bercakap-cakap dengan Raja setiap pekan.

Posisi ini juga berarti orang tersebut punya kesempatan melakukan hal-hal baik dan memperbaiki kehidupan banyak orang. Dan apapun yang terjadi, perdana menteri akan menorehkan nama dalam sejarah.

Namun di saat seperti sekarang ini, mengapa masih ada orang yang mau menempatkan diri dalam kontestasi pemilihan pemimpin partai supaya bisa menjadi perdana menteri?

Pertanyaan ini diajukan oleh presenter BBC, Laura Kuenssberg, kepada seorang staf senior Downing Street, dan respons yang diterimanya adalah, “Sejujurnya saya juga tidak tahu jawabannya.”

Di daftar teratas permasalahan yang harus segera diselesaikan oleh perdana menteri baru Inggris adalah permasalahan ekonomi yang sedang mendera negara itu.

Inggris sedang meluncur ke garis kemiskinan dan publik merasakan itu – atau seperti yang dikatakan oleh seorang menteri di kabinet, “Kita punya masalah yang sama seperti sebelumnya dan ditambah dengan krisis ekonomi.”

Kekacauan yang diciptakan oleh pemerintahan Liz Truss yang hanya seumur jagung telah membuat Partai Konservatif – atau Tory – bagian dari masalah itu. Keputusan-keputusannya, yang kemudian dengan cepat dibatalkan, telah menjadikan Inggris diperlakukan dengan brutal di berbagai bursa keuangan.

Akan ada lebih banyak keluarga dan pengusaha yang hidup lebih susah dan banyak dari mereka akan menyalahkan Tory atas kesulitan keuangan yang menghadang nanti.

Sunak akan punya lebih sedikit dana untuk dialokasikan ke kepentingan umum.

Badan kesehatan Inggris, NHS, telah kehabisan uang, begitu pun banyak sektor jasa untuk lansia dan orang-orang dengan disabilitas. Sektor pendidikan kesusahan mengejar ketertinggalan setelah Covid.

Sektor transportasi melemah, ada pula masalah dengan pembangunan rumah-rumah. Belum lagi tantangan perubahan iklim dan ketersediaan energi. Daftar masalah ini bisa terus bertambah panjang.

Ada alasan mengapa Menteri Keuangan Jeremy Hunt mengatakan akan ada “keputusan-keputusan sulit”. Pemotongan akan terjadi, dan bukan hanya karena tingkat inflasi sedang tinggi-tingginya.

Di luar Inggris, dukungan negara ini untuk Ukraina tak perlu dipertanyakan lagi – tapi sejauh ini tak ada yang bisa mengatakan, sampai kapan perang akan berlangsung, atau bagaimana akan berakhir.

Rishi Sunak, Penny Mordaunt, Boris Johnson – tiga kandidat yang dijagokan dalam pemilihan pemimpin Partai Konservatif setelah Liz Truss mengundurkan diri.//Foto: Reuter

Bagaimana Inggris dan sekutunya menghadapi China? Dan perselisihan dengan Uni Eropa tentang perbatasan Irlandia, sisa masalah yang dibawa Brexit, belum juga selesai.

Di atas kertas, perdana menteri yang baru harus punya kemampuan politik untuk setidaknya memulai menyelesaikan berbagai masalah itu, karena Tory memiliki suara mayoritas sangat besar secara proporsi di Parlemen.

Tapi segala permasalahan internal partai tersebut telah membuat “partai itu tak bisa diatur,” meminjam kata-kata seorang menteri di kabinet.

Siapa Rishi Sunak?

Mantan menteri keuangan ini berada di urutan kedua, di belakang Liz Truss, pada pemilihan pemimpin Partai Konservatif yang berlangsung bulan lalu.

Dia muncul sebagai kandidat utama setelah mantan Perdana Menteri Boris Johnson mengumumkan tak akan turut bertarung. Sunak memiliki pendukung terbuka yang terbanyak di antara anggota parlemen Konservatif.

Dalam pemilihan sebelumnya melawan Truss, dia telah memperingatkan rencana pajak lawannya itu akan menenggelamkan perekonomian Inggris namun ia gagal meyakinkan anggota partainya dan kalah dengan 21.000 suara.

Orang tua Sunak datang ke Inggris dari Afrika timur dan keduanya berasal dari India. Sunak menjadi perdana menteri Inggris pertama yang berlatar belakang Inggris-Asia.

Lahir di Southampton, Sunak tumbuh dengan bersekolah swasta, kemudian menempuh pendidikan tinggi di Universitas Oxford, Inggris lalu Stanford, Amerika Serikat.

Dia menjadi anggota parlemen pada 2015 dan meski hanya sedikit orang di Westminster pernah mendengar namanya, dia menjadi menteri keuangan pada Februari 2020.

Di masa awal jabatannya, dia sudah harus menghadapi pandemi, menghabiskan banyak uang untuk menjaga keberlangsungan perekonomian, yang melambungkan popularitasnya.

Meski begitu, reputasinya sempat ternoda setelah adanya kontroversi soal pajak dari istrinya, dan tak lama dia juga didenda karena melanggar aturan karantina wilayah.

Untuk memenangi kursi perdana menteri kali ini, Sunak barus berhadapan dengan dua sosok besar lainnya.

Salah satunya adalah Boris Johnson – yang dipaksa lengser dari kursi perdana menteri oleh rekan-rekan separtainya sendiri.

Meski begitu, masih ada sebagian anggota Tory yang kecewa dia mundur – dan mereka meyakini sekarang adalah waktu tepat untuk Johnson kembali.

Salah satu pendukungnya di kabinet berkata, “dia penting untuk kita di 2019, dan dia penting untuk kita sekarang” – setengah bercanda mengatakan mereka sedang merancang “kebangkitan terbesar setelah Lazarus”.

Tapi bukan berarti ide ini dengan mudah diterima orang. Seorang mantan menteri berkata dengan khawatir, “Separuh dari Partai Tory akan kesal dan 90% warga negara ini akan kesal.”

Boris Johnson, tak diragukan lagi, adalah selebriti politikus terbesar saat ini. Namun banyak rekan separtainya yang meyakini dia terkenal karena keburukannya, bukan karena dikagumi.

Jika Johnson tidak bisa mendamaikan partainya di bawah kepemimpinannya yang lalu, lantas apa yang akan berbeda sekarang? Meski begitu, Johnson tetap menjadi risiko besar bagi Sunak, yang digadang-gadang menjadi favorit banyak anggota parlemen.

Beberapa kalangan menyalahkan Sunak atas kejatuhan Johnson dan mungkin tidak akan pernah sepenuhnya menerima dirinya sebagai pemimpin. Seorang sumber berkata, “Ada bagian besar Partai Konservatif yang tidak mau bekerja di bawah Rishi.”

Para pendukung Sunak dan Johnson sama-sama merasa lawan mereka tidak akan bisa mempersatukan partai, yang akan membawa Tory dalam “lingkaran setan argumen”, menurut seorang menteri kabinet.

Menurut polling terbaru, di luar Gedung Parlemen Westminster, kepopuleran Partai Konservatif merosot jauh. Hanya kepemimpinan seorang manusia super saja yang dapat menyelamatkan reputasi partai saat ini.

Lantas, mengapa masih ada yang menginginkan jabatan perdana menteri di saat sekarang ini?

Itulah politik. Percampuran antara panggilan mulia untuk melayani masyarakat dan nafsu untuk menuruti ambisi.

Atau seperti yang pernah dikatakan oleh seorang menteri senior, “Akan selalu ada seseorang dari Partai Tory yang meyakini mereka adalah orang terpilih yang dapat memimpin semua orang di tanah yang dijanjikan.”

Wartawan politik BBC Nick Eardley mengatakan Sunak memulai jabatan di saat situasi ekonomi yang sangat sulit.

Publik di Inggris tidak mendapatkan penjelasan tentang rencana ekonominya sejak kontes pemilihan ketua Partai Konservatif beberapa bulan lalu.

Sekarang, muncul seruan bagaimana ia akan mengatasi masalah anggaran negara.

Juga, sudah muncul tekanan politik agar pemerintah menggelar pemilihan umum. Ini sudah diserukan oleh partai-partai oposisi dan beberapa anggota parlemen dari Partai Konservatif.

Namun, tujuh pekan setelah kalah dari Liz Truss, Sunak kini memegang kunci untuk berkantor di Downing Street, London.

Tak diragukan lagi, tugasnya sungguh sangat berat.

//delegasi(BBC)

Komentar ANDA?