Sosbud  

Rohaniwan Katolik : Moralitas Calon Sangat Penting Dalam Pilkada

Avatar photo

“Dalam politik, moralitas merupakan sesuatu yang sangat penting. Karena sudah semestinya, seorang pemimpin itu harus bisa menjadi contoh, panutan dan teladan bagi rakyatnya. Karena itu, seorang pemimpin tidak boleh cacat moral dan cacat perilaku,” Rohaniwan Katolik Romo Benny Susestyo.

Jakarta, Delegasi.Com – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2018 dinilai tidak akan segaduh dan semassif Pilkada DKI Tahun 2017.

Sebab, di Pilkada 2018 ini, peta koalisi partai politik cukup cair.

Di sisi lain menurut Romo Benny, seperti yang dirilis suarakarya.com, masyarakat pemilih sudah banyak belajar dari pengalaman sebelumnya sehingga tidak akan mudah terpancing dengan ujaran kebencian ataupun hoax.

Hal itu disampaikan Romo Benny Susetyo, rohaniawan sekaligus pengamat sosial kemasyarakatan melalui sambungan telepon, di Jakarta, Rabu (31/1/2018). Meskipun demikian, Pilkada 2018 masih menyisakan “PR” yang cukup pelik.

Yakni, hadirnya kandidat calon pemimpin kepala daerah yang memiliki track record tersangkut moralitas. Salah satunya adalah Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Marianus Sae (MS) yang diduga kuat melakukan tindakan amoral terhadap asisten rumah tangganya sampai melahirkan anak. Kasus tersebut sampai dilaporkan ke Komnas HAM oleh Aliansi Masyarakat Penegak Integritas Bangsa Indonesia (Ampibi), belum lama ini.

Terkait hal itu, Romo Benny menegaskan dalam politik, moralitas merupakan sesuatu yang sangat penting. Karena sudah semestinya, seorang pemimpin itu harus bisa menjadi contoh, panutan dan teladan bagi rakyatnya. Karena itu, seorang pemimpin tidak boleh cacat moral dan cacat perilaku.

“Untuk wilayah yang calon kepala daerah (Cagub) tersangkut kasus moralitas, kuncinya ada di masyarakat. Setelah tahu track recordnya seperti itu (amoral), masyarakat harus lebih kritis, selektif dan cerdas dalam memilih. Inilah pentingnya Pendidikan politik bagi masyarakat,” ujar Benny Romo Benny menekankan, jangan sampai masyarakat terkena manipulasi politik yang dilancarkan para kandidat yang seringkali tidak memberikan gagasan-gagasan konkret untuk perubahan wilayah dan keberpihakan kepada masyarakatnya.

“Masyarakat harus lihat sampai ke dalam-dalamnya, seperti apa track record dan pengalaman hidupnya. Jangan sampai masyarakat tertipu oleh kemasan politiknya.

Kalau memang moralitas calon pemimpinnya hancur, jangan dipilih!” tegas Romo Benny. Seperti ramai diberitakan sebelumnya, Forum Komunikasi Penyelamat Moralitas Bangsa (FKPMB) pernah mengungkapkan bahwa Marianus Sae memiliki hubungan gelap atau berselingkuh dengan pembantunya berinisial MNS atau N. Hubungan itu bahkan menyebabkan sang pembantu hamil dan melahirkan seorang anak berinisial PR.

“Kami melihat sendiri rekaman video pengakuan N, mantan pembantu di rumah jabatan Bupati Ngada, bahwa ia dihamili oleh Bupati Ngada, Marianus Sae. Rekaman video itu kini tersimpan pada sebuah lembaga yang mendampingi korban kekerasan seksual di kota Maumere, Kabupaten Sikka,” ujar Ketua FKPMB Yonas Mitan seperti pernah dimuat di situs 108jakarta.compada 25 September 2015.

Tim Relawan untuk Kemanusiaan Flores (TRUK-F), sebuah lembaga advokasi kemanusiaan berbasis di Maumere, di mana di dalamnya ada sejumlah pastor dan biarawan/wati, pernah terlibat dalam advokasi terhadap MNS yang dianggap sebagai korban. //delegasi(suarakarya.com)

Komentar ANDA?