Delegasi.com– Jangan tanya tentang kehidupan dunia malam seperti wanita penghibur, perjudian dan hiburan lainnya sama BKH, karena kaget saja tidak cukup. Kita hanya bisa simak dan mikir…..
NTT itu bukan LAS Vegas, kota terpadat ke-28 di Amerika Serikat. Itu tempat judi, perempuan dan hiburan dengan sejumlah resor kasinonya dan hiburan sejenis.
NTT juga bukan MACAU, tempat yang dijuluki sebagai surganya ASIA. Macau terletak di tepi barat Sungai Pearl Delta di selatan Provinsi Guangdong, Cina dan terletak sekitar 60 kilometer di sebelah timur Hong Kong.
Sementara NTT? Daerah gersang, kurang air, miskin, gizi buruk, human trafficking. NTT daerah tertinggal dan peringkat ke-3 dari belakang, setelah Papua dan Papua Barat.
Prihatin, iya. Kerja keras dan komitmen keberpihakan telah lama hilang dari kamus perjuangan. Kita berteriak tapi alam belum mendengar.
Sadar akan kondisi NTT yang luar biasa itu, maka mimpi untuk membuat hidup seperti menikmati Las Vegas atau Macau seperti mendaki bukit Himalaya tanpa rasa lelah karena menancap merah putih di puncak adalah kebahagiaan tiada tara.
Demikianlah BKH ketika hidupnya dari masa kecil sampai berhasil menaklukan Jakarta akrab dengan kisah pilu penuh derita dan miskin. “Miskin itu sakit dan saya hanya mau melihat terang.
Ketika saya menikmati terang, saya berkeinginan kuat agar terang yang saya nikmati bisa dirasakan banyak orang”, ujarnya suatu waktu.
Akhirnya, definisi dunia malam di mata BKH menjadi kerja…kerja…kerja. BKH tidak membenci iklim seperti Las Vegas atau Macau, tetapi itu menjadi pilihan dan sangat personal. Tergantung mimpi dan cara melihat masa depan.
Kembali. Las Vegas dan Macau adalah tempat yang asyik untuk para penjudi dan penikmat dunia malam bersama dayang-dayang yang siap menemani, kapan pun. Mereka cantik, terawat dan penuh gelora. Suka, silakan pilih. Tapi kalau tidak, anda tahu jalan pulang.
“Jalan pulang” adalah jalan yang sepi. Tidak ada wanita penghibur, tidak ada teman berjudi, dan tidak ada hiburan malam. Sepi. Tetapi mengisi kesepian tidak mesti dengan wanita, judi atau hiburan lain.
Kasino dan disqoutik bukan solusi, bar dan spa bukan pilihan dan wanita adalah istri, anak, ibu dan saudari perempuan. Mereka semua ada di rumah. Bukan wanita lain. Bukan di tempat lain. Kasino itu rumah, bar dan spa juga rumah. Rumah adalah tempat terbaik dan semua kebaikan berawal dan berakhir di rumah.
Jika rumahmu tempat terindah dan membuatmu bahagia, tinggalah. Berteduhlah seolah-olah sedang hujan di bulan desember atau mentari di waktu siang. Di luar itu hanyalah panggung sandiwara. Penuh dengan ungkapan sayang, tetapi selalu diakhiri dengan salam perpisahan dan selamat tinggal.
Akibatnya, bukan hanya duit yang ikut habis tetapi masa depan pun bisa hilang. Demikian BKH bercerita tentang pilihan hidupnya yang jauh dari dunia malam, perempuan dan hiburan lainnya.
Baginya, dunia malam, perempuan dan hiburan harus menjadi masa depan. Dan masa depan itu semuanya ada di rumah. Tidak perlu dicari, tidak perlu mengeluarkan duit. Yang perlu dilakukan hanyalah membuat semua yang ada menjadi lebih baik dan bermanfaat.
“Sekian puluh tahun, saya ada di tanah jawa, namun waktuku sebagian besarnya untuk sekolah, membaca buku, menulis artikel atau berdiskusi dengan teman-teman se-ide untuk membuat bangsa ini menjadi lebih baik. Inilah casino-ku, inilah bar dan spa serta hiburan yang nikmatnya juga sama”. Dalam hati, saya bilang, berbeda yaaaa….dengan kita.
Semua ini, lanjut BKH, saya lakukan, karena mencintai Indonesia. Saya mencintai Indonesia dan mencintai NTT seperti saya mencintai keluarga. Dicibir dan dicaci maki sekali pun ketika saya membela kebenaran dan konstitusi di negara ini, saya tidak peduli. Saya akui, jalan yang sepi seperti kebenaran selalu tahu mengungkapkan dirinya.
Apakah BKH tidak pernah ke tempat-tempat yang asyik menurut banyak orang itu? Tidak usah heran. Jawabannya TIDAK. Karena, menurutnya, asyik atau tidak, semua berawal dari pikiran dan pergulatan tentang masa depan. “Rumah tempat yang asyik, dan masa depan juga harus dibuat asyik karena semuanya sangat bergantung kepada cara pandang dan bagaimana memanfaatkan waktu yang tersedia”, ucap BKH
Mungkin itulah yang membedakan BKH dengan para pejabat atau calon pejabat lain di negeri ini bahkan di NTT ini. Konon, tua di rumah muda di jalan. Boleh senggol, boleh berjoget. Boleh keringat boleh basah. Tapi manusia layak dihargai karena martabatnya sebagai ciptaan bukan mainan tanpa nafas dan pikiran.
Martabat NTT harus dianggap sebagai martabat dan harga diri setiap jiwa kita yang lahir, besar dan mati sebagai orang NTT. Kita hanya perlu bekerja dan berkeringat siang malam utk NTT yang lebih sejahtera. Dan inilah saatnya.//delegasi(*)
Oleh : Eltari Purnama, Relawan HARMONI